In this chance, I post my journey in my first semester in ELS Program Hasanuddin University.
In 2014, ELS Program has about 53 new students. We are divided into two classes. The students who have odd student’s numbers are in Class A, and even student’s numbers are in Class B. So, Class A has 27 students and Class B has 26 students.
As we know, ELS Program has three concentrations. They are Education, Literature and Linguistics Concentration. I choose Education Concentration. For this semester (1st semester), we have three basic courses (English Phonetics and Phonology, Morphosyntax and Transformational Generative Grammar, Semantics and Pragmatics) and two courses about our concentrations.
Left2Right: Echa, Eka, Ning, Mala, Kk Sahlim, Ikhwan, Ussy, Kiky, Desty, Kk Deasy, Kk Nana, Salmah, Kk Mul, Kk Lewi, Sapta, Kk Alim, Destri, Kk Kiky, Afny, Kk Ratih, Kk Asdar, Riri, Kk Aiz, Kk Faika, Fadhly and Kk Suaib
Fortunately, I belong to Class A. The class which always makes me happy, comfortable and relaxed. Thank you, guys, for your friendship. Nyamanna’. Hehehe.
In Class A, there are 9 students in Education Concentration, 9 students in Linguistics Concentration and 8 students in Literature Concentration. We have same schedule in the three basic courses and different schedule for courses that related to our concentration. And do you know? I always feel lively with them.
Because we are at the end of this semester and we will not be in same class anymore for next semester, on Desember 21, 2014 (Sunday), we had a plan to go to Salmah’s house in Samata, Gowa. We had a family picnic and studied together because we would have a final test for TG Grammar by Prof. Manda.
Kerja, kerja, kerja 😀
In Salmah’s house, we helped Salmah’s mother to make Sup Ubi in the kitchen. When everything has been done, we ate together. What a nice togetherness. After eating, we took a rest for a moment and continued our next plan. That’s STUDYING TGG. We gathered to discuss about problems we had that related to TGG and Kak Mul as the teacher of TGG. *hihihihi… Sometimes it was serious, sometimes it was funny because of the cakes. 😀
Belajar di balik Berpose
After studying TGG, we were invited Salmah to take mangoes in her mango orchards. Wow, we got many mangoes.
Makasih mangganya, tante dan Salmah. :*
Because the day would be dark, we asked for permission to go home to Salmah’s parents and Salmah. The service was very nice. We were happy there. Thank you, Salmah. :*
The next day, 22 December 2014, Monday. We had the final test of TG Grammar from Prof. Manda. On 09.00 p.m. the test was done and Prof. Manda was very on time. He has been in the room early. He is one of my favorite lecturers. I always observe him when he finishes his teaching, he always cleans all of his writing on whiteboard. I remembered what Pak Supardi said to me that after finishing your teaching, you should clean the writing on whiteboard. It gives a message that we must give a good impression for next class that want to use a room after we used.
Thank you, Prof. Manda for giving us the knowledge and taking photo with us.
With Prof. Manda after the final test
Also, thanks to our great lecturers in this semester, Prof. Hamzah, Prof. Hakim, Prof. Noer Jihad, Mam Sukma, Mam Nasmilah, Mam Ria and Mam Etty for the great teaching and knowledge for us.
Thank you for my friends in ELS Program to give this experience, especially Class A.
I will miss our craziness, dumba-dumba ta if the lecturers want to point us to answer some questions, our presentations, and our discussions in class and LINE. Also, Class B. Thank you, guys. Keep this relationship and friendship, please.
“Welcome to the Red Campus, Welcome to the Jungle! Welcome for Struggling, Ning!”
Wow Wow Wow…!!! >.< Fighting, Fighting!!!
How I can start to say this. Emmm.
Alhamdulillah, I get the chance from Allah and my parents to continue my study in English Study Language Study Program, Hasanuddin University, Makassar. I started to register my self on March 20th, 2014, then had the test on April 22nd – 23rd, 2014. Thanks to Allah, the online announcement stated that I passed the test on June 5th, 2014. 🙂 So, I arrived in Makassar on August 20th because the inaugural lecture for students of postgraduate was held on August 28th, 2014.
One of quotes from the Rector Assistant I of Unhas, “Let’s build the quality, in order to survive.”
Welcoming New Postgraduate Students in Baruga A.P. Pettarani, Hasanuddin University, Makassar, on August 28, 2014
Having a chance to continue my study is the gold chance that I have. Although there are many obstacles towards me, I always believe that there will be a way from Allah. My parents as my main supporters, they have sacrificed everything they have, just for their daughters. Thanks for allowing me to continue my study. I will have effort to make it beautiful for you. :’) Aamiin.
I always remember what my father said, “That’s important, you study well there.” Thanks, Papaa… Huhuhu… >.< You made me affected. I’m going to have effort to get the scholarship. Hope, Allah will give it to me. Or anybody can give me the scholarship. Who wants? Who wants? Who? Hehehehe. Ya, for BPP-DN (Calon Dosen) Scholarship from Dikti, I am not lucky for this year, 2014. It doesn’t matter, Allah gives His mercy to me in other chances. Believe that!
Here, in different place. I get new experiences and surroundings and leave my family, sweet room, and English Education Study Program room in Unidayan. I will miss them. But, I must be able to adapt with current situation. Some things I must know, there will be some problems I get in a new place such as management of time, management of money, and feeling of homesick. So, I must be smart to manage those all.
At least, now, with my status as one of students of Hasanuddin University, I want to concentrate to study well, deepen my knowledge, develop my ability, I don’t have enough capability yet for this actually, and believe that there is a good hope for my better future.
Thanks for people who have been giving supports to me.
Judul Buku : Habibie & Ainun
Penulis : Bacharuddin Jusuf Habibie
Terbitan : PT. THC Mandiri (Cetakan Kedua, Desember 2010)
Tebal Buku : xii + 323 halaman
Ukuran Buku : 14 cm x 21 cm
ISBN : 978-979-1255-13-4
Harga : Rp. 80.000
Pertama kali melihat buku ini pada saat saya berada di Makasar tahun lalu. Dipajang pada etalase Gramedia di Mal Panakukang. Saya tertarik untuk membaca sebagian isi dari buku ini. Jika saya punya banyak waktu, mungkin saya akan berdiri ataupun duduk lama untuk membaca buku ini. Dengan segala keikhlasan hati, saya segera menyimpan buku ini kembali ke tempatnya semula dan membiarkan mata saya liar melihat buku-buku lain yang menarik hati saya.
Beberapa kali saya mondar-mandir melewati Habibie & Ainun karena mata saya tak bisa alpa melihatnya. Saya memang punya maksud untuk membelinya. Apa daya, pada saat itu kecukupan materi saya belum dapat saya penuhi. Dan terpaksa saya hanya bisa melihat-lihatnya. Saat itu, saya berjanji, jika suatu saat nanti saya sudah memiliki cukup materi, saya akan membelinya. Iya. Saya akan memilikinya.
Terbukti, 19 November 2011, saya meminta tolong kepada saudara kandung saya yang kuliah di Makasar, Arini, untuk membelikan saya Habibie & Ainun. Alhamdulillah.Totto Chandan Habibie & Ainun, buku yang saya nanti-nantikan kehadirannya, bisa menjadi milik seorang yang haus akan materi yang termuat di dalam buku-buku tersebut seperti saya. Alhamdulillah. Trima kasih ya Allah.
Habibie & Ainun. Buku yang memuat kisah hidup perjalanan dua insan yang saling mencintai, memiliki, menyayangi dan menjadi manunggal satu sama lain karena Allah SWT. Perjalanan hidup dalam kisah cinta, politik, sejarah, teknologi, bangsa dan negara Republik Indonesia, tertuang dalam buku ini. Bagaimana Pak Habibie selalu melewati hari-harinya bersama Ibu Ainun yang selalu setia mendampingi. Dengan senyuman yang selalu menenangkan Pak Habibie. Dengan tidak pernah mengeluh kepada Pak Habibie, Ibu Ainun selalu bisa tampil menjadi istri sekaligus ibu yang sebaik-baiknya bagi Pak Habibie dan anak-anaknya. Perjalanan hidup di dalam dan di luar negeri Pak Habibie bersama ibu Ainun, bagaimana ketika mereka hidup di rantau a.k.a di Jerman hingga menemani ibu Ainun pada saat terakhir di dunia. Beliau ceritakan secara detail dalam buku ini. Memang ya, perjuangan menjadi orang sukses harus dimulai dari bawah oleh orang-orang yang memiliki tekad kuat untuk menggapai apa yang menjadi impiannya.
Cita-cita mulia mereka kepada kemajuan bangsa Indonesia untuk sejajar dengan negara-negara maju lainnya menjadi landasan Pak Habibie agar selalu tidak menyerah pada setiap keadaan yang mengganggunya. Pesawat N-250 Gatotkoco menjadi salah satu buktinya. SDM Indonesia harus kita bangun, teman-teman!!! Dan berkat ibu Ainun dengan senyuman ketenangannya yang bisa membuat Pak Habibie selalu tenang dalam melewati hari-harinya. Yang pada akhirnya, Ibu Ainun harus pergi terlebih dahulu meninggalkan Pak Habibie, keluarga, dan seluruh rakyat Indonesia. Mungkin tanggal 22 Mei 2010, hari kepergian Ibu Ainun ke dimensi lain, saya belum merasakan kesedihan yang mendalam. Malah tidak mengeluarkan airmata setitikpun. Hanya ucapan belasungkawa dari dalam hati bagi beliau. Namun, ketika saya membaca buku ini, saya harus membasahi halaman 299 dengan setitik air mata saya yang tidak sengaja jatuh membasahi kertas buku ini. Selamat jalan, Ibu Ainun. Semoga engkau ditempatkan di sisi terindah olehNya. Aamiin.
Terkadang, saya terinspirasi oleh kehadiran ibu Ainun dari cerita yang Pak Habibie tuliskan di buku ini. Yang kata Pak Habibie, Ibu Ainun itu tidak pernah mengeluh kepada beliau. Selalu saja tersenyum dan menandakan bahwa tidak ada apa-apa yang terjadi. Hanya dengan melihat wajah dan senyumannya saja, Pak Habibie sudah merasakan ketenangan untuk tetap melakukan aktivitas yang super duper padat. Ibu Ainun tidak pernah mengeluh. Saya jadi terpikir, kalau suatu saat nanti saya menjadi istri orang, akankah saya bisa menjadi seperti seorang ibu Ainun? Walaupun tidak menjadi sama persis dengan sifat ibu Ainun. Sedikitnya, ada lah sifat baik yang saya bisa aplikasikan dalam kehidupan rumah tangga saya nanti. Saya ingin sekali menjadi seperti ibu Ainun. Tidak pernah mengeluh dan hanya selalu memberikan ketenangan dan kedamaian bagi sang suami. Akankah saya bisa menjadi istri yang baik bagi suami saya nanti? Mmm. Tak bisa saya prediksikan. Tapi, keinginan seperti itu pasti ada. Menjadi istri bagi suami dan ibu bagi anak-anak yang baik. Aamiin. -___-
Masalah kekurangan dari buku ini, mungkin cuma dari kesalahan penulisan saja. Masih ada beberapa kata di beberapa lembaran dengan kesalahan penulisan. Tapi, tidak mempengaruhi makna kesatuan kalimat-kalimatnya.
Akan lebih panjang lagi ketika saya harus menceritakan kembali apa yang saya telah baca dari buku ini. Yang pada intinya, buku ini berhasil membuat saya nangis (lagi). >.< TERHARU…
Pasangan hidup yang telah manunggal jiwa dan raganya.
Inspirasi bagi pasangan suami-istri yang rumah tangganya dibangun dengan cinta dan kasih sayang yang tulus karena Allah SWT.
Inspirasi bagi anak muda sebagai SUMBER DAYA MANUSIA yang HARUS BERKUALITAS untuk mengangkat jati diri Bangsa Indonesia dari keterpurukan yang sering menjatuhkan martabat Indonesia. Karena kita BISA!!! Indonesia BISA!!! 😉
Terima kasih, Pak Habibie, atas tulisan di Habibie & Ainun ini. Buku Anda menginspirasi saya sebagai anak muda Indonesia.
Malam terakhir di kota ini. 🙂
Iya. Kemarin malam. Bersama Kiky. Kami jalan berdua dan sebenarnya saya merasa kurang lengkap. Karena WiNNy tidak ikut dalam perjalanan ini. Sayangnya. Coba WiNNy bisa ikut, perjalanan kemarin malam mungkin akan menyenangkan. Tapi, tak apalah. Kiky dan saya sudah cukup senang berbolang ria di mall. 🙂 Memanjakan mata dengan melihat barang-barang yang biasanya disukai wanita pada umumnya. Semua itu adalah cobaan. Kami berdua cuma bisa mengomentari dan mengaguminya. Kalau diingat-ingat perbincangan antara Kiky dan saya lumayan serius dan cukup lucu dalam masalah ini.
Di sebuah toko yang cukup unik, kami berhenti. Mata kami tertuju pada barang yang sama. Ukurannya tak terlalu besar dan tak terlalu kecil. Warnanya unik. Hiasan dengan bundaran orange cokelat ungunya memikat hati. Apalagi ketika kami harus mencobanya di depan cermin. Ckckckck… Saya no comment dah.
Di akhir waktu sebelum meninggalkan mall itu, syukurlah Kiky bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Saya turut senang melihatnya. ‘Kiky, seandainya trik itu kamu lakukan, dan ada orang yang mendahuluinya?’ Hahahaha… Saya tidak bisa bayangkan. Kamu juga demikian. ‘Na bisaaakuuu.’ Wew. Tapi baguslah. Hal yang tak diinginkan itu tak terjadi. Alhamdulillah.
Kembali ke tujuan utama. Membeli beberapa perlengkapan jilbab pesanan ibunda Kiky. Alhamdulillah kami menemukannya, tapi cuma sebagian. Kami sudah keliling dari satu toko ke toko lainnya mencari-cari yang dimaksud dan hasilnya cukup mengecewakan.
‘Tidak ada’. ‘Habis.’ Kata para penjual itu.
Oke. Waktu telah menunjukkan untuk shalat Ashar. Mushala berada di ground floor. Ada bangku kosong di pojok kanan samping mushala. Kami berdua pun mengistirahatkan sejenak tubuh yang sedari tadi beraktivitas. Kebetulan masih banyak yang mengantri untuk berwudhu. Kami pun bercerita dan mengirim SMS untuk Mey. Ya, tujuannya hanya untuk memberitahukan keberadaan kami berdua. Dan kami yakin, ini akan menjengkelkannya. Untuk Mey, minta maaf dan terima kasih ya, sayang. Sudah mau membalas SMS kemarin. 🙂
Itu cuma sebagai hiburan penghilang kelelahan ketika harus bercanda bersama sahabat tercinta. Bersama Mey, walau hanya lewat SMS.
Masih di tempat yang sama, saya lalu membuka akun Facebook. Ternyata ada beberapa notifikasi yang sangat menarik untuk dibaca. Komentar dari Mega di grup IPSA ’09 SMANSA BAUZ tentang postingan Kiky di wall grup itu. Kiky pun membalas komentar Mega menggunakan akun saya. Kami tertawa kecil membaca komentar itu.
Hal-hal kecil yang sengaja dilakukan untuk membunuh kejenuhan atas waktu yang terbuang ternyata bisa menjadi kebahagiaan tersendiri buat kami. Ya, kami bisa tersenyum dan tertawa. Lewat canda tawa sahabat kami.
Menunggu Kiky shalat, saya masih tetap di posisi yang sama. Melihat aktivitas yang ada. Beginikah kesibukan orang-orang yang berada di mall? Sangat ramai, sibuk.
Tiba-tiba ada seorang wanita duduk di bangku yang saya tempati. Hendak menanti temannya selesai sholat. Tak lama, ada lagi wanita yang meminta izin kepada saya untuk duduk di bagian ujung. Wow. Saya di tengah-tengah. Terjepit di bangku yang cuma berukuran hampir semeter itu.
Tak lama, Kiky datang. Dia sudah selesai shalat rupanya. Kami pun melanjutkan perjalanan ke food court, tapi sebelumnya kami ke Carrefour dulu. Hanya membeli snack yang menjadi kebutuhan kami.
Dan food court, seperti tulisan saya sebelumnya. Ya. Alhamdulillah.
Malam terakhir itu bersama Kiky, saya mendapat pelajaran penting. Perbincangan di dalam angkot ketika on the way to home. Kira-kira seperti ini, “Lihatlah selalu ke bawah ketika kita berada dalam kesenangan duniawi. Mengapa? Agar kita selalu bersyukur. Masih ada orang yang kurang beruntung dibanding kita. Lihatlah selalu ke atas ketika kau ingin mencapai kebahagiaan di akhirat kelak. Mengapa? Karena orang-orang selalu berlomba-lomba dalam mendapatkan pahalaNya. Sehingga kita bisa terpacu untuk bisa seperti itu”.
Mmm… Malam terakhir dan hari terakhir di kota ini. Semoga saya bisa menginjakkan kaki lagi di sini. Amin.
Allah, thanks for everything. Mama, Papa, adik, tante, spupu-spupuku, sahabat-sahabatku, dan teman-temanku yang telah memberikan warna selama di Makassar. *Hueeekkkk… Terlalu mendramatisir ya? Lebay lo, Ning…! :p
Orang-orang mulai berdatangan di food court menjelang waktu berbuka puasa. Kursi-kursi pun perlahan-lahan ditempati hingga hampir memenuhi seluruh persediaan kursi di sini.
Ada yang sibuk memilih-milih makanan, dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Mencari jenis makanan yang cocok untuk dimakan nanti. Sendiri, berdua, bertiga, ataupun berempat. Atau bisa saja serombongan. 😀
Selain itu, ada juga yang lagi mengantri rupanya. Iya. Di bagian kasir banyak orang mengantri untuk membayar makanan yang mereka pesan. Syukurnya kita berdua sudah memesan makanan terlebih dahulu sebelum banyak orang yang datang. Dan lebih bersyukurnya lagi, makanannya udah ada di depan mata. Ayam penyet paket berdua menggugah selera. Sayang, belum bisa dimakan. Sahabatku, Kiky, masih pergi shalat. Yaaa, saya ditinggal sendiri. Terpaksa pacaran berdua sama handphone. Dan seperti biasa. Membuat note baru dan mengetik ria lalu mempublishnya di blog.
Es krimnya juga sudah datang euy. Wow… Lezatnyaaa… Sebetulnya biar saya duluan melahapnya tidak apa-apa karena saya kan tak puasa. Biasa, tamu bulanan. Tapinyaaa, sebagai sahabat yang baik, saya wajib menunggunya.
Mmmm… Kiky. Cepat datang. Saya sendiri… 🙁
MTC. 15082011
...
►
Necessary cookies enable essential site features like secure log-ins and consent preference adjustments. They do not store personal data.
None
►
Functional cookies support features like content sharing on social media, collecting feedback, and enabling third-party tools.
None
►
Analytical cookies track visitor interactions, providing insights on metrics like visitor count, bounce rate, and traffic sources.
None
►
Advertisement cookies deliver personalized ads based on your previous visits and analyze the effectiveness of ad campaigns.
None
►
Unclassified cookies are cookies that we are in the process of classifying, together with the providers of individual cookies.