Berhenti di Kamu. Kalau tidak salah itu salah satu judul lagu dari Anji Drive ya? Berhenti di Kamu. Siapa lagi kalau KAMU itu yang ‘ehem-ehem’. Cie. Cie. Cie… Yang lagi jatuh cinta alias falling in lope alias kocobu lope (*red: jatuh cinta. ‘Bhs. Wolio’nya) ini dankz…
Hmm… Tulisan ini tulisan galau. Hati saya lagi galau, readers. Antara IYA dan TIDAK. Di satu sisi, I still love him. Di sisi lain, I want to leave him. Saya tidak tahu ya apakah dia akan membaca tulisan ini juga atau tidak. Tapi, saya percaya, dia tidak akan membacanya kecuali kalau saya yang menunjukkan tulisan tentang dirinya di sini. Iya, di blog ini.
Dia pernah bilang ke saya kalau suatu saat nanti dia akan menulis sebuah cerita antara dia dan saya. Dan saya cuma tersenyum. Diam dalam senyuman. Saya juga punya pikiran yang sama. Kalau suatu saat nanti, saya akan bercerita tentang dia dalam suatu tulisan. Suatu saat nanti. Sekarang-sekarang saja saya sudah mulai menyicil kata per kata tentang dia. Ahahahayyy… Akan seperti apa jadinya tulisan itu ya? Jadi tidak sabar. Keinginan ini tidak seharusnya ditulis di sini. Tapi yaaa, saya tidak sabar cuma untuk bercerita. Saya mau bercerita dengannya, tapi saya terlalu banyak tidak untuk berbicara ketika harus berada di sampingnya. Entahlah. Saya yang terlalu pendiam mungkin. Tapi aneh, ketika bersama teman-teman, saya cukup cerewet. -___-” Iya, mungkin ini yang dikatakan Berhenti di Kamu. Hehehe…
Baiklah. Cukup untuk kali ini. Saya mau siap-siap dulu ke Gedung Maedhani. Persiapan Seminar Nasional nanti. Semoga event ini berjalan dengan baik dan lancar. AMIN. Reader, mohon doanya ya. Allah, bless us for this event. AMin… 🙂
Apa yang saya lakukan sekarang adalah hasil dari keputusan yang telah saya ambil. Ketika keputusan dan langkah ini harus SALAH, apa saya salah juga untuk menarik diri dan memperbaiki yang salah itu menjadi yang lebih baik? Saya terlalu bodoh untuk memutuskan langkah. Prinsip-prinsip kemarin yang sempat saya teguhkan, terpatahkan. Hanya karena kesenangan semu saja, yang pada akhirnya hanya membawa saya yang sedikit demi sedikit jatuh menjadi orang yang salah. Iya, saya bersalah.
Sebelum saya menjadi orang yang salah seutuhnya, mungkin pilihan untuk mundur perlahan-lahan dari keputusan yang sekarang saya ambil adalah salah satu pilihan yang aman agar saya tidak mengecewakan orang-orang yang mencintai saya lebih dalam lagi. Saya terlalu jahat. Saya terlalu tidak terbiasa hingga harus menyembunyikan kesalahan saya.
Perenungan panjang semalam ketika saya melintasi dinginnya udara malam, membuat saya semakin sadar. Keputusan ini tidak bisa diteruskan karena it’s wrong. Saya tidak ingin menyakiti hati siapapun, terutama kamu. Tapi, karena begini keadaannya, saya lebih baik mundur untuk tidak lebih menyakiti kamu ataupun saya. Iya. Setelah event besar yang akan kita hadapi bersama, selesai juga kebersamaan kita.
Karena selama ini saya salah mengambil keputusan. I am not a good decision maker actually.
Saya mau kembali seperti dulu. Tidak mengenal hal-hal yang belum waktunya untuk saya tindak lanjuti. Yah, just at home, enjoying my solitory moment. Because I wanna be a JOSH. Saya mau yang baik, olehnya itu saya juga harus menjadi yang baik. Allah, maafkan saya selama ini. Saya terlalu membangkang untuk menjalankan perintahMu.
Hujan siang ini bercampur panasnya terik matahari semakin membuat gerah. Kota Baubau semakin panas saja. Hmmm… Rasanya ingin minum yang segar-segar kalau siang-siang begini. -,-‘
Kabar memalukan dari saya pagi tadi. Di kampus, sekitar jam 10an. Saya menangis. Lagi. Hehehe… Sebegitu cengengnya, air mata saya tidak bisa ditahan untuk disimpan dan menangis di tempat yang tidak ditahu orang banyak. Saya menangis di sudut kelas. Sendiri. Tapi, seketika itu 3 orang teman mendekati saya. Menanyakan alasan saya menangis. Dari ketiga orang itu, cuma seorang saja yang tahu alasannya. Ya, alasannya off the record. Pikiran ini terbagi-bagi dan saling berkaitan. Antara yang satu dengan yang lain. Rasa-rasanya sudah penuh dan ingin meledak. Tapi, tidak bisa. Karena papa bilang tetap tenang jika ada masalah. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Iya. Setiap ada masalah saya selalu panik. ‘Hei, kamu. Yang punya blog ini. Tenangkan dirimu… Insya Allah bisa dilewati.’ Aminnn… Keep positive thinking and having effort…
Hmmm. Hati saya galau. Seperti hujan ini. Tapi, saya harap kamu tidak seperti saya. Tetaplah dalam ketenangan-ketenangan yang kau ciptakan di depanku. Saya tetap mengerti akan posisimu sekarang. Sesuatu hal yang membuat kita down, jangan selamanya menjadi penghalang. Saya tidak mau itu. Saya suka kamu yang tenang. Walaupun belum lama saling mengenal, tapi saya yakin kamu mampu melewati semuanya. Yah. 🙂
Jangan sedih. Masih banyak orang di sekitar yang mendukungmu. Kecuekanmu akhir-akhir ini ada alasannya. Saya mengerti. Saya paham posisimu. Karena saya akan mencoba mengerti kamu. 🙂 Ini hanya sebuah rasa. Akhir kelanjutannya pun saya belum tahu. Iya. Karena Allah yang tentukan semua ini. Saya memang memiliki pemikiran tertentu untuk hidup saya, demikian juga dengan kamu. Dan saya harus bertahan hingga mencapai garis finish nanti. Insya Allah. Jika Allah meridhai keputusan yang saya telah ambil.
Rasa ini tidak salah kan? Hanya sebuah rasa. Hanya sebuah keinginan yang ingin dituangkan dalam sebuah tulisan karena rasa. Ya, tentang kamu.
Haaa, saya menulis hal yang seperti ini. Ada apa? Mengapa ya? Kenapa? Alasannya? *panik.
Apa karena saya masih berstatus single hingga mau menulis topik seperti demikian? Dan tandanya mau mencari jodoh?
Waaah, kalau yang baca artikel ini dan berpikiran seperti demikian, ”Eitttzzz, tidak bisa!!!” :p
Tidaklah. Walaupun saya masih single, ada sih pikiran seperti itu, tapi masih diPENDING dulu, readers. 😀
Masih mau fokus kuliah. Doakan ya, readers. Semoga saya bisa lulus dengan baik dan cepat. 😀
Aminnnn…
*Celinguk kiri kanan. Baru nyadar, kenapa pembukanya jadi sesi curhat-curhatan.
Huaaa, kebablasan. Maaf, readers. Maaf, readers. Tidak sengaja.
Saya terhanyut dengan judul artikelnya. 😀
Oke. Mari fokus ke topik, Ning!
Seperti yang kita ketahui bersama, jodoh itu Allah yang tentukan. Benar, bukan?
Ada beberapa peristiwa yang sering kita jumpai di dalam kehidupan sehari-hari.
Sebenarnya terkesan gimanaa gituuu, tapi itulah. Sebuah fakta yang terjadi.
Ada sepasang kekasih yang telah berpacaran sekian lama, berakhir di pelaminan. Tentunya, tahap di awal ini yang masih bisa dianggap jodoh. Kalau sudah menjalani kehidupan rumah tangga dan di pertengahan harus PISAH, ini disebut apa ya? *Saya HMB aja yaaa…
Karena saya tahu diri. Masih belum pantas bicara satu level di atas saya. *Ya iyalah, Ning. Karena kamu belum pernah merasakan kehidupan rumah tangga itu seperti apa. Jadi jangan dulu banyak bicara. Kamu hanya diperbolehkan melihat dan memahami kehidupan mereka. Apa yang sebaiknya dilakukan, apa yang sebaiknya tidak boleh dilakukan sebagai pelaku kehidupan rumah tangga. -____-“ Agar nanti di kehidupan yang akan kamu jalani, kamu bisa meminimalisir munculnya keadaan yang tidak diinginkan.
Waaah, saya diceramahi kata hati saya.
“Oke, Bu Hati. Insya Allah dilaksanakan perintahnya.”
Eh, iya. Topiknya belum selesai. Tuh kannn, jadi curcol.
Lanjut ya. Ada lagi, sepasang kekasih yang telah berpacaran, dan berakhir dengan perpisahan. Tidak sampai ke pelaminan. Nah, lo. Tidak jodoh alias belum jodoh ya?
Ada juga, yang udah pacaran dengan orang yang ‘bisa masuk kategori’, eh ujung-ujungnya nikah dengan orang yang ‘tidak masuk kategori’. (Bisa mengartikan sendiri kan KATEGORI itu seperti apa).
Ingat kata Mama saya kemarin malam. Ketika itu saya bersama Resty di dalam kamar. Karena ada sepupu saya (yang lain) datang karena something, trus pulang. Spontan sayanya bilang “Wuiihhh, keras kehidupan! Semoga tidak terjadi sama saya kehidupan yang tidak diinginkan itu.” *Ada pengubahan sedikit.
Eh, mama malah bilang, “Makanya, kalau dicarikan jangan membantah. Bisa cari sendiri, asal direstui.”
Saya yang tadinya di ruang tamu, pura-pura tidak mendengar dan tidak peduli apa yang baru saja dikatakan mama, langsung balik ke dalam kamar dan meminta penjelasan kembali tentang statement itu sama Resty. *Waaah, ketahuan. Cuek cuek tapi sebenarnya tidak mau cuek. 😀
Hmmm… HMB.
Waaahh, pokoknya kalau bicara hal seperti ini COMPLICATED.
Belum selesai satu dua paragraf. Masih ada paragraf-paragraf yang lain yang mengikutinya, dan saya yakin, readers malah akan bosan dengan hal itu. Hehehehe…
Cuma ada 5 kata, CINTA, tapi masalah dan situasinya UNLIMITED PROBLEM.
Ngggg… Sepertinya waktu untuk bercerita saya telah habis. Waktu udah menunjukkan sekitar jam 8, saatnya bersiap ke kampus.
Semoga saya bisa mengupdate blog ini secara teratur, ya Allah. Karena saya kangen di tengah-tengah kesibukan sekarang ini. Walaupun tergolong tulisan tingkat rendah, tapi saya ingin menulis. Saya kangen dengan dunia ini. Dunia yang mau menampung apa yang saya sedang rasakan dan pikirkan sekarang. Tentunya, dengan style tulisan saya yang KAJOL. 😀
Tepatnya tanggal 26 Agustus 2011 Pak Guru saya, L.M. Syahrir, mentagkan sebuah note on Facebook, judulnya Renungan Buat Ibu. Isinya sangat menyentuh. Ada 9 orang yang me-LIKE note dari pak guru dan empat siswinya mengomentari catatan itu. Semuanya terharu membaca note itu.
Penasaran? Ini dia.
RENUNGAN BUAT IBU
by Lm Syahrir on Friday, August 26, 2011 at 9:22pm
Ibu …. semalam engkau datang padaku… setelah sekian tahun kita tak bertemu….
Ibu … di malam jumat 26 ramadhan engkau datang mengunjungiku… seakan engkau datang menyirami hatiku dengan cahaya-cahaya kasihmu yang sudah cukup lama tidak kurasakan lagi…
Ibu… apakah engkau tahu bahwa anakmu sekarang sedang galau.. sebagaimana dahulu engkau paling tahu keadaan anakmu ini… walau jarak memisahkan kita berdua…
Ibu… masih lekat dalam ingatan ananda… bahwa begitu eratnya hubungan batin yang terjalin di antara kita berdua… lebih dari kakak-kakakku yang lain…. engkau sakit pada saat anakmu di negeri orang sakit…. dan anak tiba-tiba merasa resah dan gelisah… pada saat ibu merasa sedih….
Ibu… adakah makna lain dari kedatanganmu kali ini… selain untuk memuaskan dahaga kasih sayang bagi anakmu setelah sekian waktu engkau meninggalkanku…. apakah ibu merasa tidak nyaman di tempat ibu sekarang berada sehingga ibu ingin agar anak mengirimkan apa-apa yang terbaik bagi ibu….
Ibu … semalam ananda sangat bahagia…. anak dapat menikmati wajah ibu yang bercahaya… anak dapat mengelus kembali rambut ibu yang panjang, lurus dan harum… dan ananda dapat menggendong ibu kembali… sebagaimana dulu sering ananda lakukan….
Ibu… ananda sangat rindu pada mu…. walau akhir-akhir ini aku jarang sekali menyambangimu… tetapi ananda tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menoleh pada ibu di saat ananda lewat di kediaman ibu…. seraya melambungkan doa-doa dalam hati… semoga ibu senantiasa mendapatkan kelapangan, penerangan, dan kebahagiaan di kehidupan ibu sekarang….
Ibu… ananda sadar bahwa di saat ibu meninggalkan ananda… masih ada 2 harapan ibu yang belum ananda penuhi…. maafkan ananda ibu… ananda hanyalah manusia yang penuh dengan keterbatasan.. namun demikian.. ananda akan tetap mengusahakan hal tersebut agar dapat terwujud sebagaimana harapan ibu…. walau ibu tidak sempat lagi merasakan dan menikmati hal itu… sebagaimana yang senantiasa berulangkali ibu inginkan pada saat kita masih
bersama-sama….
Ibu … kembali ananda terkenang saat-saat indah sewaktu ananda masih kecil hingga besar…. selama waktu itu… tidak pernah terlewatkan waktu kita berdua… dimana ananda sering meletakkan kepala ananda di pangkuan ibu yang damai… ibu mengelus kepala ananda dengan seganap rasa cinta kasih yang paling tulus dari pada apapun yang pernah anda kecap di dunia ini… dan pada saat itu… mengalirlah cerita-cerita indah dan nasehat serta amanah-amanah… yang hingga sekarang masih ananda ingat dan menjadi patron hidup ananda ibu….
Ibu… ananda menyadari bahwa pada saat ibu pergi… belum banyak yang dapat ananda perbuat pada ibu.. yang dapat membahagiakan ibu… walau ananda tahu bahwa ibu tidak pernah menuntut hal itu….
Masih lekat dalam ingatan ananda… obrolan kita pada saat ananda mengintropeksi diri ananda atas sikap dan perilaku ananda terhadap ibu… yang senantiasa ananda lakukan setiap saat…. “Ibu… dalam satu bulan terakhir ini… apakah ananda melakukan hal-hal yang membuat ibu tidak berkenan dan menyusahkan hati ibu “….. ibu selalu menjawab dengan penuh kasih : “Anakku… tidak ada satupun dari sikap dan perilaku yang ananda perlihatkan pada ibu yang menyusahkan hati ibumu ini… yang ibu rasakan darimu anakku…. ananda senantiasa membuat ibu senang dan bahagia “
Oh Ibu…. betapa dalam perasaan cintah kasih yang engkau curahkan pada anakmu ini….
Ibu … tadi pagi aku datang di atas pusara ibu… dan menghaturkan doa-doa terbaik yang bisa dihantarkan oleh seorang anak kepada orang tuanya yang telah tiada… semoga ibu senantiasa mendapatkan kelapangan… penerangan… dan kasih sayang dari Sang Khalik yang sudah menetapkan untuk memanggil ibu kembali keharibaannya….
Oh Ibu… semoga ibu dapat dengan tenang menjalani masa penantian di alam Barzakh… saat ini ananda belum dapat mengikuti ibu… karena saat yang ditetapkan kepada ananda mungkin belum tiba…. tetapi satu yang ananda senantiasa harapkan…. pada saat waktu yang ditentukan pada ananda tiba… dan anandapun dipanggil menghadap kepada Sang Khalik…. ananda berharap dapat bertemu ibu dalam keadaan yang lebih bahagia… dari segala
kebahagiaan yang pernah kita rasakan di dunia ini….
Duhai Ibu… ananda sangat merindukan pertemuan denganmu kembali….
Bagaimana? Apakah Anda tersentuh ketika membaca catatan yang dibuat dengan hati ini?
Dari sinilah awal ketidakbisaan saya dalam menganalisa. *Wuihhh, saya kalah, readers, kalau bicara menganalisa kata-kata itu. -_-” Maaf. Atau saya yang kurang konsen?
Oke. Lanjut.
Catatan ditulis pada tanggal 26 Agustus, tiba-tiba SMS masuk tanggal 28 Agustus. Dari Pak Guru.
Ning… Di catatanku yang terakhir itu ada sst yg aku ingin kalian sring lakukan.. kr2 apa yo..
Karena kebetulan malam itu saya kedatangan tamu alias teman-teman SD, saya meminta izin sama beliau untuk membalasnya setelah mereka pulang.
Esoknya. SMS masuk lagi. Dari Pak Guru. 0.O
Manami jwbnx ditunggu dr td malam
OMG. Saya lupa. Saya tidak menepati janji karena ketiduran. *Maaf, ya, Pak Guru 🙁
Mulailah saya menjawab dengan jawaban yang tidak begitu baik. -_-”
Sayang, isi SMS untuk pak guru telah terhapus secara otomatis di HP saya. Jadi tidak bisa mempublishnya dalam artikel ini.
*Pak Guruuu, saya minta maaf. Jawabannya tidak memuaskan…
Jawaban pertama saya. *kalau tidak salah ingat intinya seperti ini:
“Kita harus saling menyayangi satu sama lain.”
Balasan SMS dari Pak guru. “Bukan itu.”
Jawaban kedua saya. *kalau tidak salah ingat.
“Kita harus mematuhi segala perintah orang tua. Buat mereka bahagia. Selalu mendoakan mereka dengan segala kebaikan-kebaikan.”
Balasan SMS dari Pak guru. “Itu sudah keharusan, g usah dibilang.. jd bkn itu jg.“
#JEGLEK…
Saya langsung minder… Seperti nggak punya potensi apa-apa di dalam menganalisa catatan itu. Saya yang kurang baca, kurang paham, atau kurang merasakan isi catatan itu? Sampai-sampai semua jawaban yang saya kirimkan ke Pak Guru salah.
*Deehh. Hampir putus asa.
Akhirnya, saya kembali mengirim SMS ke Pak Guru berkat bantuan sahabat saya, Mega. *Sudah hampir putus asa menemukan jawaban yang tepatnya.
Jawaban ketiga. “Manfaatkan wktu sebaik2x dgn sll berbkti kepada ibu slagi beliau msh shat karena kita tidak akan tahu sampai kapan ibu bersama kita.”
Balasan SMS dari Pak Guru. Tidak ada. :'( *Sedddiiihhh… Padahal saya penasaran sekali dengan jawaban yang diinginkan pak guru itu.
Cek per cek, saya membuka Facebook. Ada notifikasi, Pak Guru mengomentari catatan Renungan Buat Ibu. Dan taraaaaa… Pak Guru telah menuliskan jawaban itu. *Mungkin. Perasaan saya kok bilangnya iya.
Membaca komentar dari Pak Guru itu, saya sadar. Telah banyak kesalahan yang saya lakukan kepada kedua orang tua. Saya malah pernah membuat mereka menangis. Utamanya kepada Mama. Iya, karena kelakuan saya. Saya akui itu. Saya masih belum bisa menjadi anak yang baik rupanya. Maafkan saya, Mama.
Setiap yang saya minta, mereka selalu berusaha untuk memenuhi permintaan itu. Tapi, setiap apa yang mereka minta, kadang saya berusaha untuk menolaknya. Malaslah, tidak mau lah, yang jelas tidak mau melakukan apa yang mereka minta. Padahal cuma pekerjaan ringan saja. Saya malah merasa masih kurang baik sebagai anak kepada orang tua dan kakak dari kedua saudara saya.
Oke. Mari kita lanjutkan cerita tentang catatan Pak Guru sebelum saya membahas terlalu jauh curhatan saya. Jangan biarkan saya menangis lagi ketika menulis di paragraf ini. -_-“
Komentar Pak Guru menyadarkan hati kecil saya kalau saya sudah seharusnya begitu. Harus bisa membahagiakan mereka. Seenggaknya berusaha mematuhi perintah mereka. Berbuat apa yang diinginkan mereka hingga mereka bisa tersenyum. Karena saya belum siap kehilangan mereka berdua untuk saat ini. Masih banyak hal yang saya belum lakukan untuk kebahagiaan mereka. Saya masih ingin bersama-sama mereka. Walaupun memang, terkadang apa yang mereka inginkan dari kita tidak selamanya sejalan dengan apa yang kita ingin lakukan. Dan hal inilah yang kadang berat untuk kita lawan. Antara keinginan diri sendiri dan orang tua yang berbeda arah.
Ada satu kata yang bisa meluluhkan hati ini *menurut saya. Kita harus IKHLAS. Iya. Segala yang kita lakukan untuk mereka harus dengan jalan IKHLAS. Iya. Ikhlas karena Allah. Saya juga masih belajar untuk bagaimana bersikap ikhlas melakukan apa yang orang tua inginkan ketika harus berlawanan dengan keinginan saya.
Pak guru, terima kasih untuk catatan dan komentarnya. Maaf, Pak. Saya belum bisa menjawab pertanyaan pak guru itu. Mungkin saya terlalu bodoh untuk menganalisa isi catatan itu atau mungkin saya masih kurang paham akan catatan itu. Pak guru, saya minta maaf dan terima kasih.
*Karena komentar Pak guru di catatan itu, saya akhirnya menanamkan kata-kata beliau di dalam pikiran dan hati dengan baik-baik setiap orang tua saya mulai berinstruksi. *LEBAY…. :p Ketika saya rasa sanggup melakukan apa yang orang tua inginkan hingga mereka bisa tersenyum, saya akan jalankan. Kalau tidak, mmm… sepertinya saya harus belajar lagi.
Allah, saya tidak menyangka jikalau hari ini menjadi hari yang sangat berarti dan bernilai bagi kami semua, khususnya bagi saya sendiri. Saya bersyukur sekali. Semuanya kembali seperti semula. Telah muncul kembali senyuman dan tawa bahagia itu di antara kami semua setelah beberapa hari yang lalu terjadi sesuatu yang kurang menyenangkan untuk hati saya.
Di sore hari ini kami mendapat begitu banyak pelajaran yang sangat berharga. Nasehat-nasehat dari seorang guru sekaligus orang tua yang kami cintai, P’ Syahrir. Saya bersyukur sekali. Memiliki guru seperti Bapak. Yang masih mencintai anak-anaknya walaupun telah lulus SMA. Iya, karena Bapak tak akan pernah bisa lepas dari kehidupan kami. Kami menyayangi Bapak. Terima kasih untuk segala perhatian dan kasih sayang Pak guru untuk kami ya. 🙂 Saya tidak bisa berkata apa-apa selain menangis karena terbawa suasana. :’) Yang jelas tangisan saya ini adalah tangisan bahagia, terharu, dan bersyukur. Alhamdulillah.
“Simpanlah cinta dan kasih sayangku di relung hati kalian yang paling dalam. Dan di saat kalian menemukan kegelapan dan susah menentukan arah, bukalah hati kalian dan temukan aku di sana. Pada saat itu mungkin saya bisa menjadi setitik penerang untuk kalian.“
Ya, Allah, saya menangis lagi ketika saya harus mengetik kemudian membaca kata-kata ini lagi. Pak guruuuuuuu… :’) Terima kasih banyak skali lagiiii… I’m speechless… Ketulusan Bapak untuk mencintai kami tak ternilai harganya dibanding apapun. Saat dirimu meneteskan air mata karena melihat kami, biarkanlah diri ini memohon maaf atas kesalahan kami. Kami janji, kami akan berusaha melakukan yang terbaik. Menjaga persahabatan ini sampai kapanpun. Insya Allah.
………………………………………………….
Waktu berbuka puasa pun tiba. Kami yang telah berjanji untuk buka puasa bersama teman-teman SMANSA 09 di Bukit Wantiro akhirnya harus merelakan untuk berbuka di jalan hanya dengan air mineral. Tak apalah. Kami cuma berlima. Kiky, Mega, Nining, WiNNy, dan Lia. Yaa, acara buka puasa bersama di Wantiro ini cukup ramai, seru, dan berkesan. Sudah lama wajah-wajah yang saya kenal dulu kini hadir di depan mata, semenjak lulus SMA. Tidak disangka, kami akhirnya harus seperti ini. Memiliki jalan masing-masing dan suasana bulan Ramadhan inilah yang selalu menjadi momentum pertemuan kami untuk bersama.
Akhir dari hari ini adalah ketika kami, IPSA, mendapatkan makanan gratis dari seorang teman. Hehehe… Trima kasih ya yang sudah ikhlas memberi kami makan. 😀 Kebetulan kami sangat laparrrr… *Hahha… Yang lain, peaceeee… *Happy Birthday for Mamanya Mega… 🙂 Semoga sukses selalu. Trima kasih, tante. 🙂
Makan bersama anak IPSA. Lagi. Saat-saat yang paling disukai oleh orang seperti saya. *teringat makan bersama waktu makan siang di sekolah, pembagian jatah makanan. 😀
Bagi saya, menikmati kebersamaan bersama kalian adalah salah satu anugerah Allah yang terindah. Tanpa ada perselisihan, tidak ada. Yang ada hanya kasih sayang di antara kamu, saya, dia, dan mereka. Iya, kita. 🙂 Indahnya sebuah persahabatan itu.
Hampir sebagian teman-teman saya berubah, dari fisik ataupun psikologis. *jiaaahhh, bahasamu anak mudaa… Tambah cantik, cakep, tinggi, dewasa. Sementara saya, kalau masalah fisik, jangan ditanya, kayaknya saya semakin kecil. Hehehe… Kecilll, kecilll… Tak apalah. This is me.
Dengan segala canda tawa mereka di hari ini, setidaknya membuat saya sedikit aman, tenang, dan damai. Saya suka kalau kita seperti ini, IPSA. Semua akur. Alhamdulillah. Semoga kita bisa mempertahankan persahabatan ini sampai kapan pun ya. *Syahrini mode: on. 😀
picture from Google
Hari ini saya mengucapkan kata TERIMA KASIH terlalu banyak. Kepada Pak Syahrir dan sahabat-sahabatku, IPSA *yang ini dalam hati ucapan terima kasihnya. Hehehe. Kalian semua tak bisa digantikan dengan apapun.
Untuk sahabat-sahabatku tersayang. Kali ini adalah kali kedua saya menangis. Kemarin malam saya menangis dan kali ini saya menangis lagi, ketika sebelum saya menulis tulisan ini. Mungkin karena saya orangnya terlalu mengandalkan perasaan hingga akhirnya saya sering suka menangis. Saya terlalu cengeng. Iya. Tapi, tak apalah. Saya sudah seperti ini. Perasaan saya, sifat saya, dan pembawaan saya yang terlalu sensitif terhadap sesuatu yang dirasa terlalu touching dan berujung pada tangisan. *PARAH. >.<
Saya menangis bukan karena saya patah hati sama seseorang, saya menangis bukan karena saya ada masalah dalam keluarga, saya menangis bukan karena itu. Saya menangis karena terlalu peka terhadap keadaan di sekitar saya. Saya tidak perlu mengumbarnya di sini, cukup dibaca saja apa yang saya tulis *bagi yang mau membaca.
Oke. Lepas dari itu. Saya sempat mendapatkan kumpulan kata-kata yang berguna bagi kita semua. Sebetulnya, ini bisa dianggap sebuah pengingat bagi saya agar tetap berada pada norma-norma yang telah ditentukan. Utamanya ketika kita menjalin persahabatan dengan seseorang. Jadi, apa salahnya saya menuliskannya di blog ini, bukan? Ingat ya, saya cuma menshare, tidak bermaksud menggurui karena saya juga masih proses pembelajaran. Teruntuk yang menciptakan kata-kata ini hingga sampai kepada saya, saya ucapkan terima kasih banyak. Setidaknya dengan kata-kata ini bisa membuat perasaan saya lebih tenang dari sebelumnya.
“Salah paham di antara sahabat itu wajar. Mungkin karena ada sesuatu yang membuat salah satu pihak kecewa. Orang bilang pada saat kita memiliki sahabat akrab, kita harus siap karena orang yang berpotensi membuat kita kecewa adalah orang terdekat dengan kita, jadi semua itu harus disikapi secara bijaksana.
Masalah yang muncul itu sebagai tuntutan kedewasaan dari masing-masing pihak. Kalau kita bisa berbesar hati dan jiwa (menerima kelebihan dan kekurangan sahabat kita) dengan masalahnya itu dan beritikad baik untuk menyelesaikannya, justru kita akan lebih dewasa dari sebelumnya dan persahabatan kita akan lebih baik dan berkualitas ke depannya.
Kita bersahabat. Tentunya kita akan semakin akrab, bukan? Namun, semakin erat persahabatan kita dengan seseorang, kita harus menjaga diri, bukan semakin los dalam segala hal. Bisa saja, tapi harus terukur, kita harus tetap memperhatikan batas-batas kewajarannya. Ini salah satu hal yang harus diingat. Mengapa kita tidak seharusnya semakin los dalam segala hal ketika kita sudah bersahabat dengan seseorang? Selama kita menjadi manusia kita harus ingat, dalam sadar ataupun tidak sadar, pasti akan ada khilaf dan seorang sahabat akan lebih cepat kecewa dengan hal itu daripada yang bukan sahabat.
Kata orang pengalaman itu adalah guru terbaik. Semoga bagi kita yang lagi berselisih paham dapat saling menerima kelebihan dan kelemahan yang lain dengan IKHLAS. Itu kata kuncinya. Dengan ikhlas Allah akan memberikan lebih dari apa yang kita harapkan. Walaupun memang, pada mulanya untuk bersikap IKHLAS itu pun sulit untuk dijalankan. Bagaimanapun banyaknya orang akan menasihati kita tentang keikhlasan itu bagaimana dan dampaknya, jikalau kita sendiri masih belum bisa mau membuka hati, tentu saja itu akan terlihat sia-sia.
Saya hanya berharap semoga kita bisa menjadi pribadi-pribadi yang baik dari sebelumnya. Ini hanyalah sebuah proses pendewasaan bagi kita semua untuk menyikapi sebuah masalah dengan pikiran yang lebih matang lagi. Sekarang yang kita butuhkan adalah pemahaman atas kepribadian diri sendiri dan sahabat-sahabat kita.
Yang menuliskan hampir sebagian kata-kata ini sangat berharap banyak dari seorang sahabat, karena hanya karena bersahabat karena Allah, orang akan mendapatkan kebaikan-kebaikan dari sebuah persahabatan. Yang menuliskan ini menyampaikan bahwa persahabatan itu sangat diinginkan dalam Islam. Salah satu golongan yang akan mendapatkan naungan di hari Mahsyar, di hari yang tidak ada naungan sama sekali kecuali 7 golongan, adalah orang-orang yang bersahabat karena iman kepada Allah.”
Lewat tulisan ini, saya hanya ingin menumpahkan apa yang saya rasakan saat ini. Saya juga memohon maaf atas segala kesalahan saya terhadap kalian (sahabat), yang pernah saya lakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja. Saya memang tidak terlihat sempurna karena saya juga pernah melakukan kesalahan, sampai detik ini pun saya sengaja atau tidak sengaja melakukan kesalahan itu. Bagi yang pernah menjadi korban kesalahan saya, saya mohon maaf amat sangat.
Mungkin kata MAAF tidak cukup, tapi seenggaknya saya sudah berani jujur atas kesalahan yang saya lakukan, utamanya yang tadi malam menelpon saya. Minta maaf karena saya belum bisa menempatkan posisi yang baik dalam keadaan seperti ini. Terkadang kita harus berbelok arah dari yang telah ditentukan demi kebaikan kita bersama dan saya tidak berpikir ke arah itu akibatnya mungkin akan membuat keadaan menjadi tambah runyam. Mianhae… Saya minta maaf atas kecerobohan saya.
Sebelumnya, bagi yang lagi malas berurusan dengan lope-lope alias cinta-cinta yang tidak jelas, mending jangan dilanjutkan membaca artikel ini. Tau sendiri kan, postingan ini tentang cinta. *Cinta lagi, cinta lagi. Bosan… :p
E X I T
—————————–
sumber: Google
Beberapa hari yang lalu, saya sempat menonton film. Judulnya From Bandung with Love. Pasti udah tahu lah film ini. Sebetulnya film ini udah lama. Film masa SMA saya dan baru bisa menontonnya sekarang. *Ahahahayyy, udah basi, Ning. Biarkan saja. Yang penting saya sudah nonton.
Ceritanya tentang cinta pastinya. Tentang sesuatu yang bisa saja terjadi dalam 6 hari. Ketika kesetiaan kita diuji oleh sebuah penelitian yang notabenenya untuk sebuah riset pada sebuah program acara radio dan akhirnya kebablasan. Nah loh! Bagi yang belum tahu jalan ceritanya silahkan googling aja yah.
Yang jelas, film ini menguras air mata. Harus bisa nyiapin tissu, atau gak, kalau mau dapat feelnya, nonton sendirian, pastikan keadaan sekitar tenang. Percaya, tidak dirasa air-air yang ada di mata itu mulai mengalir sedikit demi sedikit. Bagi jiwa yang melankolis. Katanya. 🙂 Dan saya adalah salah satu korban air mata dari film ini. *Jiaaahhhh…
Oke. Saya terima keadaan itu karena kata teman, saya itu terlalu peka alias terlalu sensitif. *Deeeeeh… Oke, lupakan. Kita lanjut ke hal yang sebenarnya saya ingin tulis.
Di akhir cerita film ini ada kutipan yang sangat saya suka.
Ketika pemeran utama wanita mengatakan hal itu di akhir cerita, rasanya ingin menangis lagi. SADIS… Lumayan sih… Mau baca? Alias, mungkin udah ada teman-teman blogger lainnya yang udah nulis tentang ini, tapi saya pribadi ingin menulis kembali kata-kata itu di blog saya. Here goes.
“Dan demikianlah semuanya harus terjadi. Karena memang harus terjadi. Hidup ini terus berlanjut.
Kita semua pernah merasakan dikhianati dan mengkhianati. Setia dan tidak setia. Kita semua pernah merasakan cinta yang membawa kita ke tempat tertinggi, kita lalu merasakan yang namanya terjatuh karena kesalahan kita sendiri. Kita tidak mati. Tapi, lukanya membuat kita tidak bisa berjalan seperti dulu lagi.”
Ckckck… Tuh kata-kata bisaaaaa aja buat termehek-mehek. *bagi saya.
Kalau saya pikir, dengan begitu kita malah lebih tahu dan lebih mengerti sikap mana yang baik untuk kita ambil. Keputusan yang kita buat hari ini adalah penentuan masa depan kita nanti. Setidaknya bisa membuat kita lebih dewasa. *Cieee, emang lo udah dewasa, Ning? Gak yah. Sorry, sorry, sorry, jek. :p* Kan kita udah tahu rasanya seperti apa. Jadi, sudah ada pengalaman donk. Kesalahan bukan sebuah kesalahan toh. Tapi sebuah pembelajaran buat diri kita sendiri. Dan mungkin dari kesalahan itu bisa buat kita sadar kalau yang kemarin kita lakukan itu tidak baik. Dampaknya untuk kita? Tergantung. Mau berubah atau tidak sama sekali. Semua itu balik ke kitanya.
Lepas dari itu, kita mesti sadar kalau memang hidup itu harus terus berlanjut. Kita tidak bisa stuck di situ terus karena masa lalu. Kan? Jalan kita masih panjang, masih banyak yang harus kita tata dan rencanakan sedemikian rupa. Walaupun memang semuanya Allah yang nentuin.
Sepertinya cuap-cuap saya harus berhenti di sini.
Hummm… Yang pasti, harus tetap SEMANGAT. Gak boleh nyerah sama keadaan.
Insya Allah kita bisa menjadi seperti apa yang kita inginkan, yang penting kita selalu berusaha dan selalu mendekatkan diri kepada Allah agar selalu diberikan yang terbaik buat diri kita sendiri. 🙂
Ternyata artikel sebelum ini mendapat perhatian serius dari seseorang. Dan segera saja diklarifikasi hari ini.
Oh, iya. Ning minta maaf kalau mungkin Ning cuma bisa menjudge secara sepihak. Dan kali ini, Nining benar-benar bingung dengan semua keadaan ini. Sekarang.
Tadi Nining terlalu banyak diam.
Iya. Karena memang Ning tidak pintar bicara.*Benerrrr??? Masa sih? :p
Biarkan saja rasa ini hilang dengan sendirinya. Rasa suka, sayang, ataupun tidak suka, tidak sayang. Kepada dia ataupun kamu.
Semoga semuanya akan kembali seperti semula.
Dengan baik-baik.
Masih banyak kesempatan untuk mendapatkan yang lebih baik dari ini.
Untuk kamu, saya, ataupun dia.
Kebenaran menjadi hal yang terkadang menyakitkan untuk didengar, dirasa, dan dilihat. Ketika menjadi sebuah kenyataan yang pahit. Semua terlihat gelap. Ketika tidak searah dengan pikiran dan khayalan kita, semuanya hampir membuat putus asa. Ada apa lagi dengan ini? Terutama dalam hal yang namanya CINTA. Lima kata dengan rasanya yang campur aduk, yang bisa mempengaruhi sebagian besar kehidupan umat manusia. Ckckckck…
Ketika kebenaran harus berbalik arah dengan apa yang diinginkan.
Ketika kebenaran harus menyakiti.
Ketika kebenaran harus terjadi dan tidak sempat disembunyikan.
Ketika kebenaran harus benar-benar disampaikan.
Siapa dia, bagaimana dia
Baikkah? Seriuskah? Atau cuma sekedar bermain-main untuk menjerat banyak cinta (SM*SH mode: on) That’s crazy thing.
Memang benar ku menggilaimu Tapi bukan berarti kau bisa permainkan hatiku You really really make me so crazy Tapi bukan berarti aku rela kau sakiti
(SMASH-Akhiri Saja)
Terima kasih kepada sahabat-sahabat tersayangku yang telah memperingatkan kalau YOU SHOULDN’T DO IT.
Allah, terima kasih banyak. You still save me from this craziness… 🙂
...
►
Necessary cookies enable essential site features like secure log-ins and consent preference adjustments. They do not store personal data.
None
►
Functional cookies support features like content sharing on social media, collecting feedback, and enabling third-party tools.
None
►
Analytical cookies track visitor interactions, providing insights on metrics like visitor count, bounce rate, and traffic sources.
None
►
Advertisement cookies deliver personalized ads based on your previous visits and analyze the effectiveness of ad campaigns.
None
►
Unclassified cookies are cookies that we are in the process of classifying, together with the providers of individual cookies.