Posted in Life, Love

Setelah Dua Minggu Lebih

Sudah 2 minggu lebih saya tidak mengupdate blog ini dengan tulisan saya. Rasanya kangeeeeeennn sekali menulis dan tentunya bertemu para narablog. Sayang, skali lagi, lagi lagi alasan yang sudah tidak asing lagi, kesibukan saya di dunia nyata masih harus menyita waktu saya. Pergi pagi pulang malam. 🙁 Capek. Swear, saya sempat mengeluh. CAPEK. Saya capek dengan ini. Saya capek kalau harus begini terus. Saya capek. Tapi, mau dibagaimanakan lagi Ini adalah konsekuensi hidup. Harus bertahan dengan segala kondisi yang ada. Ini adalah pilihan. Harus semangat.

Hmmm… Saya punya utang artikel dengan Kk Azmi. Dan sampai hari ini saya belum menyelesaikannya. Maaf ya, Kk Azmi. 🙁
Maaf sekali. >.<
Sudah beberapa kali mau menulis, tapi keadaan yang terus memaksa saya untuk sebaiknya jangan dulu menulis. Hmmm. Bisanya cuma mengupdate status galau via FB. -_____-“

Untuk kali ini, biarkan saya menulis tanpa tujuan dan alur karena kerinduan akan dunia perbloggingan sedang melanda. Banyak moment yang membahagiakan yang belum sempat  saya tuliskan di sini. Banyak, banyak, dan banyak. Oh, iya. Beberapa hari lalu saya menangis. Ada something yang tidak seharusnya dipublish. Dan salah satu sahabat mengejek saya dengan memanggil si cengeng. That’s OK. That’s me.

Untuk sahabat-sahabatku yang jauh di sana, semangat untuk kuliahnya ya.
Semoga kita bisa menyelesaikan studi ini dengan membawa senyuman untuk orang tua tercinta kita. Mereka adalah salah satu sumber kekuatan kita untuk tetap bertahan di tengah-tengah kejenuhan hingga ujung keputusasaan yang kadang melanda diri ini.
SEMANGAT!!! Love you always… 🙂

Posted in Life, Love

Setelah Dua Minggu Lebih

Sudah 2 minggu lebih saya tidak mengupdate blog ini dengan tulisan saya. Rasanya kangeeeeeennn sekali menulis dan tentunya bertemu para narablog. Sayang, skali lagi, lagi lagi alasan yang sudah tidak asing lagi, kesibukan saya di dunia nyata masih harus menyita waktu saya. Pergi pagi pulang malam. 🙁 Capek. Swear, saya sempat mengeluh. CAPEK. Saya capek dengan ini. Saya capek kalau harus begini terus. Saya capek. Tapi, mau dibagaimanakan lagi Ini adalah konsekuensi hidup. Harus bertahan dengan segala kondisi yang ada. Ini adalah pilihan. Harus semangat.

Hmmm… Saya punya utang artikel dengan Kk Azmi. Dan sampai hari ini saya belum menyelesaikannya. Maaf ya, Kk Azmi. 🙁
Maaf sekali. >.<
Sudah beberapa kali mau menulis, tapi keadaan yang terus memaksa saya untuk sebaiknya jangan dulu menulis. Hmmm. Bisanya cuma mengupdate status galau via FB. -_____-“

Untuk kali ini, biarkan saya menulis tanpa tujuan dan alur karena kerinduan akan dunia perbloggingan sedang melanda. Banyak moment yang membahagiakan yang belum sempat  saya tuliskan di sini. Banyak, banyak, dan banyak. Oh, iya. Beberapa hari lalu saya menangis. Ada something yang tidak seharusnya dipublish. Dan salah satu sahabat mengejek saya dengan memanggil si cengeng. That’s OK. That’s me.

Untuk sahabat-sahabatku yang jauh di sana, semangat untuk kuliahnya ya.
Semoga kita bisa menyelesaikan studi ini dengan membawa senyuman untuk orang tua tercinta kita. Mereka adalah salah satu sumber kekuatan kita untuk tetap bertahan di tengah-tengah kejenuhan hingga ujung keputusasaan yang kadang melanda diri ini.
SEMANGAT!!! Love you always… 🙂

Posted in Friend, Life, Love

Our Youth

source pic: http://netsains.com/

Masa muda. Nggg… Masa muda itu seperti apa sih? Bagaimana wujudnya? Barang ya?
*aduh, rupanya saya ngawur lagi nih. Maaf, readers… 🙂

Menulis topik tentang Masa Muda ini terinpirasi oleh seorang teman yang kemarin pagi berSMSan ria dengan saya. Kebetulan pendapat yang dia kemukakan bertolak belakang dengan pikiran saya. Sempat bilang trima kasih karena perbedaan pendapatnya. Soalnya bisa dijadikan bahan tulisan lagi di sini. 🙂

Intinya, di dalam SMS kita itu berbicara tentang cinta dan prinsip. Salah satu isi dari SMS yang dikirimkannya ke saya, bilangnya begini, “Hanya ada juga yang bilang, jangan sia-siain masa muda. Hehehe…. Cari pengalamanlah dalam hal percintaan. Soalnya dunia percintaan itu rumit banget.

Pernyataan yang dikemukakan sih saya setuju-setuju aja. Masa muda memang jangan disia-siakan. Sebaiknya kita isi dengan kegiatan-kegiatan positif, siapatahu bisa berguna bagi orang lain. Contohnya? Ngeblog, sharing pengalaman. Tentunya kita menulis kan. Kita produktif lagi donk. Setidaknya kita punya karya yang bisa dibaca banyak orang lewat blog. *Contoh ngawur. 😀

Saya pun langsung membalas SMS tersebut:
Walaupun cari pengalaman, tapi seenggaknya, gak harus pengalaman dalam dunia percintaan kan? Masa muda sih masa muda. Harus dimanfaatkan dengan baik-baik. Kegiatan positif tentunya. Oke?

Pernah, saya menulis status tentang masa muda gitu. Kalau nda salah Status saya seperti ini: “Harus pintar lihat celah. Manfaatkan masa muda dengan baik. Insya Allah bisa!!! AMIN.”

Hehehe… Komentarnya asyik-asyik euy. Pokoknya kita semangat!!! Punya tujuan jelas. Supaya gak ‘belok kiri-kanan’. Focus on main destination. 🙂 Insya Allah it’s achieved yang penting seriously.

Sambung ya… Balik ke isi SMS tadi. *yang diBOLD itu.
Menurut pandangan subjektif saya. Pengalaman dalam dunia percintaan. Ngggg, dengan cara apa kita bisa mendapatkan pengalaman di bidang itu?
Mengalaminya?
Tandanya? Harus pacaran dengan beberapa orang yang berbeda? Gitu? Hehehe… *Nyerah dah kalau mau harus begitu caranya. Saya kurang setuju. Apalagi yang berhubungan dengan perasaan. Busyeettt, ampun dah. Saya mah, mungkin untuk mendapatkan pengalaman (yang lebih banyak) tentang lope-lope, hanya menjadi a good listener dari sobat-sobat yang lagi curhat tentang pacarnya ke saya. Tentang hubungan mereka, entah itu masih baik-baik saja atau tidak baik-baik saja. Dari situ saya biasanya mendengarkan saja dan kadang juga ngasih solusi *walaupun saya sendiri belum punya banyak pengalaman tentang itu. 😀 Kan masih ‘under age‘. Hihihihi…

*Teringat sama SMS sahabat saya tadi sore euy mengenai pengalaman.
Kita tidak akan pernah tahu rasanya sebelum kita mengalami sendiri. Saya bisa bilang karena sudah pernah alami. Tidak akan sama kalai tidak dialami sendiri. Masing-masing orang punya pengalaman berbeda, dari pengalaman-pengalaman itu makanya kita jadi orang yang berbeda dari orang lain, Ning. Oleh karena itu, tidak ada manusia yang karakternya sama, meskipun mirip.

Hmmm. Kembali ke topik lope-lope tadi ya.
Memang masalah cinta itu memang rumit. Semakin dewasa secara fisik, masalah itu akan semakin complicated. Dan selalu, cinta dan pekerjaan adalah dua hal yang mendominasi kehidupan manusia di usianya yang dewasa itu. Apalagi masih muda begini. Beegghh, Keras kehidupan, kawan! 😀

Posted in Blog

Akun Googleku di Nonaktifkan

Langsung lemes waktu mau komen di salah satu blog seorang blogger. Terpampang dengan jelas, “Saya menerima pesan ‘Maaf, akun Anda telah dinonaktifkan’.

Akun GOOGLE.ku. Itu kenapa???
Pelanggaran apa yang saya lakukan??? :'(
Ya Allah, blog.ku…
Adakah sobat blogger pernah mengalaminya???
Mohon share dan solusinya… :'(

Swear, tersontak kaget… Kenapa bermasalah…??? >.<

*Allah, baik-baikkan akun Googleku… :'(

Posted in Life, Love

Jodoh

sumber: google

Haaa, saya menulis hal yang seperti ini. Ada apa? Mengapa ya? Kenapa? Alasannya? *panik.

Apa karena saya masih berstatus single hingga mau menulis topik seperti demikian? Dan tandanya mau mencari jodoh?

Waaah, kalau yang baca artikel ini dan berpikiran seperti demikian, ”Eitttzzz, tidak bisa!!!” :p

Tidaklah. Walaupun saya masih single, ada sih pikiran seperti itu, tapi masih diPENDING dulu, readers. 😀

Masih mau fokus kuliah. Doakan ya, readers. Semoga saya bisa lulus dengan baik dan cepat. 😀

Aminnnn…

*Celinguk kiri kanan. Baru nyadar, kenapa pembukanya jadi sesi curhat-curhatan.

Huaaa, kebablasan. Maaf, readers. Maaf, readers. Tidak sengaja.

Saya terhanyut dengan judul artikelnya. 😀

Oke. Mari fokus ke topik, Ning!

Seperti yang kita ketahui bersama, jodoh itu Allah yang tentukan. Benar, bukan?

Ada beberapa peristiwa yang sering kita jumpai di dalam kehidupan sehari-hari.

Sebenarnya terkesan gimanaa gituuu, tapi itulah. Sebuah fakta yang terjadi.

Ada sepasang kekasih yang telah berpacaran sekian lama, berakhir di pelaminan. Tentunya, tahap di awal ini yang masih bisa dianggap jodoh. Kalau sudah menjalani kehidupan rumah tangga dan di pertengahan harus PISAH, ini disebut apa ya? *Saya HMB aja yaaa…

Karena saya tahu diri. Masih belum pantas bicara satu level di atas saya. *Ya iyalah, Ning. Karena kamu belum pernah merasakan kehidupan rumah tangga itu seperti apa. Jadi jangan dulu banyak bicara. Kamu hanya diperbolehkan melihat dan memahami kehidupan mereka. Apa yang sebaiknya dilakukan, apa yang sebaiknya tidak boleh dilakukan sebagai pelaku kehidupan rumah tangga. -____-“ Agar nanti di kehidupan yang akan kamu jalani, kamu bisa meminimalisir munculnya keadaan yang tidak diinginkan.

Waaah, saya diceramahi kata hati saya.

“Oke, Bu Hati. Insya Allah dilaksanakan perintahnya.”

Eh, iya. Topiknya belum selesai. Tuh kannn, jadi curcol.

Lanjut ya. Ada lagi, sepasang kekasih yang telah berpacaran, dan berakhir dengan perpisahan. Tidak sampai ke pelaminan. Nah, lo. Tidak jodoh alias belum jodoh ya?

Ada juga, yang udah pacaran dengan orang yang ‘bisa masuk kategori’, eh ujung-ujungnya nikah dengan orang yang ‘tidak masuk kategori’. (Bisa mengartikan sendiri kan KATEGORI itu seperti apa).

Ingat kata Mama saya kemarin malam. Ketika itu saya bersama Resty di dalam kamar. Karena ada sepupu saya (yang lain) datang karena something, trus pulang. Spontan sayanya bilang “Wuiihhh, keras kehidupan! Semoga tidak terjadi sama saya kehidupan yang tidak diinginkan itu.” *Ada pengubahan sedikit.

Eh, mama malah bilang, “Makanya, kalau dicarikan jangan membantah. Bisa cari sendiri, asal direstui.

Saya yang tadinya di ruang tamu, pura-pura tidak mendengar dan tidak peduli apa yang baru saja dikatakan mama, langsung balik ke dalam kamar dan meminta penjelasan kembali tentang statement itu sama Resty. *Waaah, ketahuan. Cuek cuek tapi sebenarnya tidak mau cuek. 😀

Hmmm… HMB.

Waaahh, pokoknya kalau bicara hal seperti ini COMPLICATED.

Belum selesai satu dua paragraf. Masih ada paragraf-paragraf yang lain yang mengikutinya, dan saya yakin, readers malah akan bosan dengan hal itu. Hehehehe…

Cuma ada 5 kata, CINTA, tapi masalah dan situasinya UNLIMITED PROBLEM.

Ngggg… Sepertinya waktu untuk bercerita saya telah habis. Waktu udah menunjukkan sekitar jam 8, saatnya bersiap ke kampus.

Semoga saya bisa mengupdate blog ini secara teratur, ya Allah. Karena saya kangen di tengah-tengah kesibukan sekarang ini. Walaupun tergolong tulisan tingkat rendah, tapi saya ingin menulis. Saya kangen dengan dunia ini. Dunia yang mau menampung apa yang saya sedang rasakan dan pikirkan sekarang. Tentunya, dengan style tulisan saya yang KAJOL. 😀

*KAJOL = KAgak JOLas.

Posted in Friend, Life, Love

‘Renungan Buat Ibu’ dari Pak Guru

Tepatnya tanggal 26 Agustus 2011 Pak Guru saya, L.M. Syahrir, mentagkan sebuah note on Facebook, judulnya Renungan Buat Ibu. Isinya sangat menyentuh. Ada 9 orang yang me-LIKE note dari pak guru dan empat siswinya mengomentari catatan itu. Semuanya terharu membaca note itu.

Penasaran? Ini dia.

RENUNGAN BUAT IBU

by Lm Syahrir on Friday, August 26, 2011 at 9:22pm

Ibu …. semalam engkau datang padaku… setelah sekian tahun kita tak bertemu….

Ibu … di malam jumat 26 ramadhan engkau datang mengunjungiku… seakan engkau datang menyirami hatiku dengan cahaya-cahaya kasihmu yang sudah cukup lama tidak kurasakan lagi…

Ibu… apakah engkau tahu bahwa anakmu sekarang sedang galau.. sebagaimana dahulu engkau paling tahu keadaan anakmu ini… walau jarak memisahkan kita berdua…

Ibu… masih lekat dalam ingatan ananda… bahwa begitu eratnya hubungan batin yang terjalin di antara kita berdua… lebih dari kakak-kakakku yang lain…. engkau sakit pada saat anakmu di negeri orang sakit…. dan anak tiba-tiba merasa resah dan gelisah… pada saat ibu merasa sedih….

Ibu… adakah makna lain dari kedatanganmu kali ini… selain untuk memuaskan dahaga kasih sayang bagi anakmu setelah sekian waktu engkau meninggalkanku….  apakah ibu merasa tidak nyaman di tempat ibu sekarang berada sehingga ibu ingin agar anak mengirimkan apa-apa yang terbaik bagi ibu….

Ibu … semalam ananda sangat bahagia…. anak dapat menikmati wajah ibu yang bercahaya… anak dapat mengelus kembali rambut ibu yang panjang, lurus dan harum… dan ananda dapat menggendong ibu kembali… sebagaimana dulu sering ananda lakukan….

Ibu… ananda sangat rindu pada mu…. walau akhir-akhir ini aku jarang sekali menyambangimu… tetapi ananda tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menoleh pada ibu di saat ananda lewat di kediaman ibu…. seraya melambungkan doa-doa dalam hati… semoga ibu senantiasa mendapatkan kelapangan, penerangan, dan kebahagiaan di kehidupan ibu sekarang….

Ibu… ananda sadar bahwa di saat ibu meninggalkan ananda… masih ada 2 harapan ibu yang belum ananda penuhi…. maafkan ananda ibu… ananda hanyalah manusia yang penuh dengan keterbatasan.. namun demikian.. ananda akan tetap mengusahakan hal tersebut agar dapat terwujud sebagaimana harapan ibu…. walau ibu tidak sempat lagi merasakan dan menikmati hal itu… sebagaimana yang senantiasa berulangkali ibu inginkan pada saat kita masih

bersama-sama….

Ibu … kembali ananda terkenang saat-saat indah sewaktu ananda masih kecil hingga besar…. selama waktu itu… tidak pernah terlewatkan waktu kita berdua… dimana ananda sering meletakkan kepala ananda di pangkuan ibu yang damai… ibu mengelus kepala ananda dengan seganap rasa cinta kasih yang paling tulus dari pada apapun yang pernah anda kecap di dunia ini… dan pada saat itu… mengalirlah cerita-cerita indah dan nasehat serta amanah-amanah… yang hingga sekarang masih ananda ingat dan menjadi patron hidup ananda ibu….

Ibu… ananda menyadari bahwa pada saat ibu pergi… belum banyak yang dapat ananda perbuat pada ibu.. yang dapat membahagiakan ibu… walau ananda tahu bahwa ibu tidak pernah menuntut hal itu….

Masih lekat dalam ingatan ananda… obrolan kita pada saat ananda mengintropeksi diri ananda atas sikap dan perilaku ananda terhadap ibu… yang senantiasa ananda lakukan setiap saat…. “ Ibu… dalam satu bulan terakhir ini… apakah ananda melakukan hal-hal yang membuat ibu tidak berkenan dan menyusahkan hati ibu “….. ibu selalu menjawab dengan penuh kasih : “Anakku… tidak ada satupun dari sikap dan perilaku yang ananda perlihatkan pada ibu yang menyusahkan hati ibumu ini… yang ibu rasakan darimu anakku…. ananda senantiasa membuat ibu senang dan bahagia “

Oh Ibu…. betapa dalam perasaan cintah kasih yang engkau  curahkan pada anakmu ini….

Ibu … tadi pagi aku datang di atas pusara ibu… dan menghaturkan doa-doa terbaik yang bisa dihantarkan oleh seorang anak kepada orang tuanya yang telah tiada… semoga ibu senantiasa mendapatkan kelapangan… penerangan… dan kasih sayang dari Sang Khalik yang sudah menetapkan untuk memanggil ibu kembali keharibaannya….

Oh Ibu… semoga ibu dapat dengan tenang menjalani masa penantian di alam Barzakh… saat ini ananda belum dapat mengikuti ibu… karena saat yang ditetapkan kepada ananda mungkin belum tiba…. tetapi satu yang ananda senantiasa harapkan…. pada saat waktu yang ditentukan pada ananda tiba… dan anandapun dipanggil menghadap kepada Sang Khalik…. ananda berharap dapat bertemu ibu dalam keadaan yang lebih bahagia… dari segala

kebahagiaan yang pernah kita rasakan di dunia ini….

Duhai Ibu… ananda sangat merindukan pertemuan denganmu kembali….

Allahuma… Rabbighfirli waliywaliydayya warhamhuma kamaa rabbayyani saghiroh….

Ibu….

Bagaimana? Apakah Anda tersentuh ketika membaca catatan yang dibuat dengan hati ini?

Dari sinilah awal ketidakbisaan saya dalam menganalisa. *Wuihhh, saya kalah, readers, kalau bicara menganalisa kata-kata itu. -_-” Maaf. Atau saya yang kurang konsen?

Oke. Lanjut.
Catatan ditulis pada tanggal 26 Agustus, tiba-tiba SMS masuk tanggal 28 Agustus. Dari Pak Guru.

Ning… Di catatanku yang terakhir itu ada sst yg aku ingin kalian sring lakukan.. kr2 apa yo..

Karena kebetulan malam itu saya kedatangan tamu alias teman-teman SD, saya meminta izin sama beliau untuk membalasnya setelah mereka pulang.

Esoknya. SMS masuk lagi. Dari Pak Guru. 0.O

Manami jwbnx ditunggu dr td malam

OMG. Saya lupa.  Saya tidak menepati janji karena ketiduran. *Maaf, ya, Pak Guru 🙁

Mulailah saya menjawab dengan jawaban yang tidak begitu baik. -_-”
Sayang, isi SMS untuk pak guru telah terhapus secara otomatis di HP saya. Jadi tidak bisa mempublishnya dalam artikel ini.
*Pak Guruuu, saya  minta maaf. Jawabannya tidak memuaskan…

Jawaban pertama saya. *kalau tidak salah ingat intinya seperti ini:
Kita harus saling menyayangi satu sama lain.”
Balasan SMS dari Pak guru. “Bukan itu.”

Jawaban kedua saya. *kalau tidak salah ingat.
Kita harus mematuhi segala perintah orang tua. Buat mereka bahagia. Selalu mendoakan mereka dengan segala kebaikan-kebaikan.
Balasan SMS dari Pak guru. “Itu sudah keharusan, g usah dibilang.. jd bkn itu jg.

#JEGLEK…
Saya langsung minder… Seperti nggak punya potensi apa-apa di dalam menganalisa catatan itu. Saya yang kurang baca, kurang paham, atau kurang merasakan isi catatan itu? Sampai-sampai semua jawaban yang saya kirimkan ke Pak Guru salah.
*Deehh. Hampir putus asa.

Akhirnya, saya kembali mengirim SMS ke Pak Guru berkat bantuan sahabat saya, Mega.  *Sudah hampir putus asa menemukan jawaban yang tepatnya.

Jawaban ketiga. “Manfaatkan wktu sebaik2x dgn sll berbkti kepada ibu slagi beliau msh shat karena kita tidak akan tahu sampai kapan ibu bersama kita.
Balasan SMS dari Pak Guru. Tidak ada. :'( *Sedddiiihhh… Padahal saya penasaran sekali dengan jawaban yang diinginkan pak guru itu.

Cek per cek, saya membuka Facebook. Ada notifikasi, Pak Guru mengomentari catatan Renungan Buat Ibu. Dan taraaaaa… Pak Guru telah menuliskan jawaban itu. *Mungkin. Perasaan saya kok bilangnya iya.

Membaca komentar dari Pak Guru itu, saya sadar. Telah banyak kesalahan yang saya lakukan kepada kedua orang tua. Saya malah pernah membuat mereka menangis. Utamanya kepada Mama. Iya, karena kelakuan saya. Saya akui itu. Saya masih belum bisa menjadi anak yang baik rupanya. Maafkan saya, Mama.

Setiap yang saya minta, mereka selalu berusaha untuk memenuhi permintaan itu. Tapi, setiap apa yang mereka minta, kadang saya berusaha untuk menolaknya. Malaslah, tidak mau lah, yang jelas tidak mau melakukan apa yang mereka minta. Padahal cuma pekerjaan ringan saja. Saya malah merasa masih kurang baik sebagai anak kepada orang tua dan kakak dari kedua saudara saya.
Oke. Mari kita lanjutkan cerita tentang catatan Pak Guru sebelum saya membahas terlalu jauh curhatan saya. Jangan biarkan saya menangis lagi ketika menulis di paragraf ini. -_-“

Komentar Pak Guru menyadarkan hati kecil saya kalau saya sudah seharusnya begitu. Harus bisa membahagiakan mereka. Seenggaknya berusaha mematuhi perintah mereka. Berbuat apa yang diinginkan mereka hingga mereka bisa tersenyum. Karena saya belum siap kehilangan mereka berdua untuk saat ini. Masih banyak hal yang saya belum lakukan untuk kebahagiaan mereka. Saya masih ingin bersama-sama mereka. Walaupun memang, terkadang apa yang mereka inginkan dari kita tidak selamanya sejalan dengan apa yang kita ingin lakukan. Dan hal inilah yang kadang berat untuk kita lawan. Antara keinginan diri sendiri dan orang tua yang berbeda arah.

Ada satu kata yang bisa meluluhkan hati ini *menurut saya. Kita harus IKHLAS. Iya. Segala yang kita lakukan untuk mereka harus dengan jalan IKHLAS. Iya. Ikhlas karena Allah. Saya juga masih belajar untuk bagaimana bersikap ikhlas melakukan apa yang orang tua inginkan ketika harus berlawanan dengan keinginan saya.

Pak guru, terima kasih untuk catatan dan komentarnya. Maaf, Pak. Saya belum bisa menjawab pertanyaan pak guru itu. Mungkin saya terlalu bodoh untuk menganalisa isi catatan itu atau mungkin saya masih kurang paham akan catatan itu. Pak guru, saya minta maaf dan terima kasih.

*Karena komentar Pak guru di catatan itu, saya akhirnya menanamkan kata-kata beliau di dalam pikiran dan hati dengan baik-baik setiap orang tua saya mulai berinstruksi. *LEBAY…. :p
Ketika saya rasa sanggup melakukan apa yang orang tua inginkan hingga mereka bisa tersenyum, saya akan jalankan. Kalau tidak, mmm… sepertinya saya harus belajar lagi.
Posted in Friend, Life, Love

Allah, Terima Kasih

Allah, saya tidak menyangka jikalau hari ini menjadi hari yang sangat berarti dan bernilai bagi kami semua, khususnya bagi saya sendiri.  Saya bersyukur sekali. Semuanya kembali seperti semula. Telah muncul kembali senyuman dan tawa bahagia itu di antara kami semua setelah beberapa hari yang lalu terjadi sesuatu yang kurang menyenangkan untuk hati saya.

Di sore hari ini kami mendapat begitu banyak pelajaran yang sangat berharga. Nasehat-nasehat dari seorang guru sekaligus orang tua yang kami cintai, P’ Syahrir. Saya bersyukur sekali. Memiliki guru seperti Bapak. Yang masih mencintai anak-anaknya walaupun telah lulus SMA. Iya, karena Bapak tak akan pernah bisa lepas dari kehidupan kami. Kami menyayangi Bapak. Terima kasih untuk segala perhatian dan kasih sayang Pak guru untuk kami ya. 🙂 Saya tidak bisa berkata apa-apa selain menangis karena terbawa suasana. :’) Yang jelas tangisan saya ini adalah tangisan bahagia, terharu, dan bersyukur. Alhamdulillah.

Simpanlah cinta dan kasih sayangku di relung hati kalian yang paling dalam. Dan di saat kalian menemukan kegelapan dan susah menentukan arah, bukalah hati kalian dan temukan aku di sana. Pada saat itu mungkin saya bisa menjadi setitik penerang untuk kalian.

Ya, Allah, saya menangis lagi ketika saya harus mengetik kemudian membaca kata-kata ini lagi. Pak guruuuuuuu… :’) Terima kasih banyak skali lagiiii… I’m speechless… Ketulusan Bapak untuk mencintai kami tak ternilai harganya dibanding apapun. Saat dirimu meneteskan air mata karena melihat kami, biarkanlah diri ini memohon maaf atas kesalahan kami. Kami janji, kami akan berusaha melakukan yang terbaik. Menjaga persahabatan ini sampai kapanpun. Insya Allah.

………………………………………………….

Waktu berbuka puasa pun tiba. Kami yang telah berjanji untuk buka puasa bersama teman-teman SMANSA 09 di Bukit Wantiro akhirnya harus merelakan untuk berbuka di jalan hanya dengan air mineral. Tak apalah. Kami cuma berlima. Kiky, Mega, Nining, WiNNy, dan Lia. Yaa, acara buka puasa bersama di Wantiro ini cukup ramai, seru, dan berkesan. Sudah lama wajah-wajah yang saya kenal dulu kini hadir di depan mata, semenjak lulus SMA. Tidak disangka, kami akhirnya harus seperti ini. Memiliki jalan masing-masing dan suasana bulan Ramadhan inilah yang selalu menjadi momentum pertemuan kami untuk bersama.

Akhir dari hari ini adalah ketika kami, IPSA, mendapatkan makanan gratis dari seorang teman. Hehehe… Trima kasih ya yang sudah ikhlas memberi kami makan. 😀 Kebetulan kami sangat laparrrr… *Hahha… Yang lain, peaceeee…
*Happy Birthday for Mamanya Mega… 🙂 Semoga sukses selalu. Trima kasih, tante. 🙂

Makan bersama anak IPSA. Lagi. Saat-saat yang paling disukai oleh orang seperti saya. *teringat makan bersama waktu makan siang di sekolah, pembagian jatah makanan. 😀
Bagi saya, menikmati kebersamaan bersama kalian adalah salah satu anugerah Allah yang terindah. Tanpa ada perselisihan, tidak ada. Yang ada hanya kasih sayang di antara kamu, saya, dia, dan mereka. Iya, kita. 🙂 Indahnya sebuah persahabatan itu.

Hampir sebagian teman-teman saya berubah, dari fisik ataupun psikologis. *jiaaahhh, bahasamu anak mudaa… Tambah cantik, cakep, tinggi, dewasa. Sementara saya, kalau masalah fisik, jangan ditanya, kayaknya saya semakin kecil. Hehehe… Kecilll, kecilll… Tak apalah. This is me.

Dengan segala canda tawa mereka di hari ini, setidaknya membuat saya sedikit aman, tenang, dan damai. Saya suka kalau kita seperti ini, IPSA. Semua akur. Alhamdulillah. Semoga kita bisa mempertahankan persahabatan ini sampai kapan pun ya. *Syahrini  mode: on. 😀

picture from Google

Hari ini saya mengucapkan kata TERIMA KASIH terlalu banyak. Kepada Pak Syahrir dan sahabat-sahabatku, IPSA *yang ini dalam hati ucapan terima kasihnya. Hehehe. Kalian semua tak bisa digantikan dengan apapun.

Allah, terima kasih… Syukur Alhamdulillah.

Posted in Friend, Life, Love

Untuk Sahabat-Sahabatku Tersayang

sumber: google

Untuk sahabat-sahabatku tersayang. Kali ini adalah kali kedua saya menangis. Kemarin malam saya menangis dan kali ini saya menangis lagi, ketika sebelum saya menulis tulisan ini. Mungkin karena saya orangnya terlalu mengandalkan perasaan hingga akhirnya saya sering suka menangis. Saya terlalu cengeng. Iya. Tapi, tak apalah. Saya sudah seperti ini. Perasaan saya, sifat saya, dan pembawaan saya yang terlalu sensitif terhadap sesuatu yang dirasa terlalu touching dan berujung pada tangisan. *PARAH. >.<

Saya menangis bukan karena saya patah hati sama seseorang, saya menangis bukan karena saya ada masalah dalam keluarga, saya menangis bukan karena itu. Saya menangis karena terlalu peka terhadap keadaan di sekitar saya. Saya tidak perlu mengumbarnya di sini, cukup dibaca saja apa yang saya tulis *bagi yang mau membaca.

Oke. Lepas dari itu. Saya sempat mendapatkan kumpulan kata-kata yang berguna bagi kita semua. Sebetulnya, ini bisa dianggap sebuah pengingat bagi saya agar tetap berada pada norma-norma yang telah ditentukan. Utamanya ketika kita menjalin persahabatan dengan seseorang. Jadi, apa salahnya saya menuliskannya di blog ini, bukan? Ingat ya, saya cuma menshare, tidak bermaksud menggurui karena saya juga masih proses pembelajaran. Teruntuk yang menciptakan kata-kata ini hingga sampai kepada saya, saya ucapkan terima kasih banyak. Setidaknya dengan kata-kata ini bisa membuat perasaan saya lebih tenang dari sebelumnya.

“Salah paham di antara sahabat itu wajar. Mungkin karena ada sesuatu yang membuat salah satu pihak kecewa. Orang bilang pada saat kita memiliki sahabat akrab, kita harus siap karena orang yang berpotensi membuat kita kecewa adalah orang terdekat dengan kita, jadi semua itu harus disikapi secara bijaksana.

Masalah yang muncul itu sebagai tuntutan kedewasaan dari masing-masing pihak. Kalau kita bisa berbesar hati dan jiwa (menerima kelebihan dan kekurangan sahabat kita) dengan masalahnya itu dan beritikad baik untuk menyelesaikannya, justru kita akan lebih dewasa dari sebelumnya dan persahabatan kita akan lebih baik dan berkualitas ke depannya.

Kita bersahabat. Tentunya kita akan semakin akrab, bukan? Namun, semakin erat persahabatan kita dengan seseorang, kita harus menjaga diri, bukan semakin los dalam segala hal. Bisa saja, tapi harus terukur, kita harus tetap memperhatikan batas-batas kewajarannya. Ini salah satu hal yang harus diingat. Mengapa kita tidak seharusnya semakin los dalam segala hal ketika kita sudah bersahabat dengan seseorang? Selama kita menjadi manusia kita harus ingat, dalam sadar ataupun tidak sadar, pasti akan ada khilaf dan seorang sahabat akan lebih cepat kecewa dengan hal itu daripada yang bukan sahabat.

Kata orang pengalaman itu adalah guru terbaik. Semoga bagi kita yang lagi berselisih paham dapat saling menerima kelebihan dan kelemahan yang lain dengan IKHLAS. Itu kata kuncinya. Dengan ikhlas Allah akan memberikan lebih dari apa yang kita harapkan. Walaupun memang, pada mulanya untuk bersikap IKHLAS itu pun sulit untuk dijalankan. Bagaimanapun banyaknya orang akan menasihati kita tentang keikhlasan itu bagaimana dan dampaknya, jikalau kita sendiri masih belum bisa mau membuka hati, tentu saja itu akan terlihat sia-sia.

Saya hanya berharap semoga kita bisa menjadi pribadi-pribadi yang baik dari sebelumnya. Ini hanyalah sebuah proses pendewasaan bagi kita semua untuk menyikapi sebuah masalah dengan pikiran yang lebih matang lagi. Sekarang yang kita butuhkan adalah pemahaman atas kepribadian diri sendiri dan sahabat-sahabat kita.

Yang menuliskan hampir sebagian kata-kata ini sangat berharap banyak dari seorang sahabat, karena hanya karena bersahabat karena Allah, orang akan mendapatkan kebaikan-kebaikan dari sebuah persahabatan. Yang menuliskan ini menyampaikan bahwa persahabatan itu sangat diinginkan dalam Islam. Salah satu golongan yang akan mendapatkan naungan di hari Mahsyar, di hari yang tidak ada naungan sama sekali kecuali 7 golongan, adalah orang-orang yang bersahabat karena iman kepada Allah.”

Lewat tulisan ini, saya hanya ingin menumpahkan apa yang saya rasakan saat ini. Saya juga memohon maaf atas segala kesalahan saya terhadap kalian (sahabat), yang pernah saya lakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja. Saya memang tidak terlihat sempurna karena saya juga pernah melakukan kesalahan, sampai detik ini pun saya sengaja atau tidak sengaja melakukan kesalahan itu. Bagi yang pernah menjadi korban kesalahan saya, saya mohon maaf amat sangat.

Mungkin kata MAAF tidak cukup, tapi seenggaknya saya sudah berani jujur atas kesalahan yang saya lakukan, utamanya yang tadi malam menelpon saya. Minta maaf karena saya belum bisa menempatkan posisi yang baik dalam keadaan seperti ini. Terkadang kita harus berbelok arah dari yang telah ditentukan demi kebaikan kita bersama dan saya tidak berpikir ke arah itu akibatnya mungkin akan membuat keadaan menjadi tambah runyam. Mianhae…  Saya minta maaf atas kecerobohan saya.

Posted in Friend, Life, Love, Place

Last Night Here, Makassar

Malam terakhir di kota ini. 🙂
Iya. Kemarin malam. Bersama Kiky. Kami jalan berdua dan sebenarnya saya merasa kurang lengkap. Karena WiNNy tidak ikut dalam perjalanan ini. Sayangnya. Coba WiNNy bisa ikut, perjalanan kemarin malam mungkin akan menyenangkan. Tapi, tak apalah. Kiky dan saya sudah cukup senang berbolang ria di mall. 🙂 Memanjakan mata dengan melihat barang-barang yang biasanya disukai wanita pada umumnya. Semua itu adalah cobaan. Kami berdua cuma bisa mengomentari dan mengaguminya. Kalau diingat-ingat perbincangan antara Kiky dan saya lumayan serius dan cukup lucu dalam masalah ini.

Di sebuah toko yang cukup unik, kami berhenti. Mata kami tertuju pada barang yang sama. Ukurannya tak terlalu besar dan tak terlalu kecil. Warnanya unik. Hiasan dengan bundaran orange cokelat ungunya memikat hati. Apalagi ketika kami harus mencobanya di depan cermin. Ckckckck… Saya no comment dah.

Di akhir waktu sebelum meninggalkan mall itu, syukurlah Kiky bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Saya turut senang melihatnya. ‘Kiky, seandainya trik itu kamu lakukan, dan ada orang yang mendahuluinya?’ Hahahaha… Saya tidak bisa bayangkan. Kamu juga demikian. ‘Na bisaaakuuu.’ Wew. Tapi baguslah. Hal yang tak diinginkan itu tak terjadi. Alhamdulillah.

Kembali ke tujuan utama. Membeli beberapa perlengkapan jilbab pesanan ibunda Kiky. Alhamdulillah kami menemukannya, tapi cuma sebagian. Kami sudah keliling dari satu toko ke toko lainnya mencari-cari yang dimaksud dan hasilnya cukup mengecewakan.
‘Tidak ada’. ‘Habis.’ Kata para penjual itu.

Oke. Waktu telah menunjukkan untuk shalat Ashar. Mushala berada di ground floor. Ada bangku kosong di pojok kanan samping mushala. Kami berdua pun mengistirahatkan sejenak tubuh yang sedari tadi beraktivitas. Kebetulan masih banyak yang mengantri untuk berwudhu. Kami pun bercerita dan mengirim SMS untuk Mey. Ya, tujuannya hanya untuk memberitahukan keberadaan kami berdua. Dan kami yakin, ini akan menjengkelkannya. Untuk Mey, minta maaf dan terima kasih ya, sayang. Sudah mau membalas SMS kemarin. 🙂
Itu cuma sebagai hiburan penghilang kelelahan ketika harus bercanda bersama sahabat tercinta. Bersama Mey, walau hanya lewat SMS.

Masih di tempat yang sama, saya lalu membuka akun Facebook. Ternyata ada beberapa notifikasi yang sangat menarik untuk dibaca. Komentar dari Mega di grup IPSA ’09 SMANSA  BAUZ tentang postingan Kiky di wall grup itu. Kiky pun membalas komentar Mega menggunakan akun saya. Kami tertawa kecil membaca komentar itu.

Hal-hal kecil yang sengaja dilakukan untuk membunuh kejenuhan atas waktu yang terbuang ternyata bisa menjadi kebahagiaan tersendiri buat kami. Ya, kami bisa tersenyum dan tertawa. Lewat canda tawa sahabat kami.

Menunggu Kiky shalat, saya masih tetap di posisi yang sama. Melihat aktivitas yang ada. Beginikah kesibukan orang-orang yang berada di mall? Sangat ramai, sibuk.

Tiba-tiba ada seorang wanita duduk di bangku yang saya tempati. Hendak menanti temannya selesai sholat. Tak lama, ada lagi wanita yang meminta izin kepada saya untuk duduk di bagian ujung. Wow. Saya di tengah-tengah. Terjepit di bangku yang cuma berukuran hampir semeter itu.

Tak lama, Kiky datang. Dia sudah selesai shalat rupanya. Kami pun melanjutkan perjalanan ke food court, tapi sebelumnya kami ke Carrefour dulu. Hanya membeli snack yang menjadi kebutuhan kami.

Dan food court, seperti tulisan saya sebelumnya. Ya. Alhamdulillah.

Malam terakhir itu bersama Kiky, saya mendapat pelajaran penting. Perbincangan di dalam angkot ketika on the way to home. Kira-kira seperti ini, “Lihatlah selalu ke bawah ketika kita berada dalam kesenangan duniawi. Mengapa? Agar kita selalu bersyukur. Masih ada orang yang kurang beruntung dibanding kita. Lihatlah selalu ke atas ketika kau ingin mencapai kebahagiaan di akhirat kelak. Mengapa? Karena orang-orang selalu berlomba-lomba dalam mendapatkan pahalaNya. Sehingga kita bisa terpacu untuk bisa seperti itu”.

Mmm… Malam terakhir dan hari terakhir di kota ini. Semoga saya bisa menginjakkan kaki lagi di sini. Amin.

Allah, thanks for everything. Mama, Papa, adik, tante, spupu-spupuku, sahabat-sahabatku, dan teman-temanku yang telah memberikan warna selama di Makassar. *Hueeekkkk… Terlalu mendramatisir ya? Lebay lo, Ning…! :p

Posted in Blog, Friend, Life, Love

Menulis di ‘Mata’ Saya

Menulis di Mata Saya

sumber gambar di sini

Berbicara tentang menulis, bagi saya adalah hal yang sangat menarik. Entah mengapa saya suka menulis. Saya juga tidak tahu alasannya. Hobi menulis saya sudah terukir semenjak masih di sekolah dasar. Entah menulis cerita yang berasal dari buku cetak dan harus disalin ulang ke dalam buku catatan ataupun menulis tentang keseharian saya (karena tugas).

Menulis, kegiatan yang bisa membuat tangan kita menjadi sakit ataupun capek. Dan memang, itu yang saya rasakan. Apalagi menulis materi pelajaran yang berlembar-lembar. Rasanya seperti dianugerahi tugas yang paling indah sakitnya. TT Hingga teman-teman pun terheran-heran melihat saya rajin menulis. Tapi saya tidak menjadikan hal itu adalah sebuah beban. Keluhan sebetulnya ada, tapi saya berusaha untuk meminimalisirnya agar saya mengerjakannya dengan ikhlas dan senang.
Beradu dengan pulpen, kertas, dan tenaga.
Eh, eh, sabar. Kayaknya saya salah mendeskripsikan. Maaf reader. 😀
Keluar alur…

Menulis adalah salah satu hal yang paling menyenangkan bagi saya. Itu mungkin sebabnya dalam berbicara saya kurang ahli. Kalau harus berbicara tentang sesuatu, saya selalu merasa kurang maksimal untuk menyampaikannya ke orang lain. Kadang-kadang seperti kurang jelas akan informasi itu. Pada akhirnya, hal tersebut bisa membuat saya malu dan merasa seperti orang bodoh. -_-‘
Sampai punya pikiran, sebaiknya saya diam saja.

Menulis, menyampaikan aspirasi saya. Utamanya sejak saya memiliki blog. Walaupun bahasanya agak tidak formal. Pengaruh bacaan yang kurang formal. Kepingin baca buku yg ‘berbobot’ tapi tidak pernah kesampaian. Perasaannya cenderung ke bacaan yang ringan-ringan saja.

Pengen buat buku.
Pengen jadi penulis seperti Raditya Dika. Yang selama ini menginspirasi saya.
Saya sangat suka dengan dia. Di balik kekonyolannya, sebetulnya dia itu sosok yang sangat …. Di samping itu, terdorong oleh teman-teman blogger saya yang sudah membuat buku. Senangnyaaa punya buku sendiri, alias buku yang ditulis sendiri yang bisa dinikmati oleh orang banyak. Tapi, mungkin ini adalah impian yang kayaknya mesti dipending. Kenapa? Kita lihat saja nanti. Yang jelas, semoga saja saya bisa mewujudkannya. Aminnn… *Teman-teman, mohon do’anya ya… 🙂

Menulis, sebuah inspirasi yang tertuang di dalam suatu media dalam bentuk karya tulis. Dan saya ingin menulis, menulis dan menulis. Selagi ada kesempatan dan inspirsi, mengapa harus berhenti? Ini pekerjaan saya.
Dan saya sangat mencintai hal ini.

Dengan menulis, saya bisa ‘merekam’ kejadian-kejadian penting dalam hidup saya. Entah ketika jatuh cinta, patah hati, mendapat penghargaan, ulangtahun, ataupun menulis bisa menjadi kado untuk sahabat terkasih. Tentunya tulisan versi saya, Nining Syafitri.