Posted in Blog

S E P I

Wuih. Baru ngeblog lagi.
Gak nulis berapa lama ya? Gak BW juga. Hmm… Sepi. Pantasan aja sepi. Hehehe…
Banyak hal yang saya sudah lalui. Ingin cerita tapi selalu saja waktu dan kesempatan yang belum mau mengizinkan saya menulis. Atau mungkin juga karena saya malas kali ya. ๐Ÿ™‚

Banyak pelajaran yang dapat saya ambil di bulan Mei kemarin. Bulan Mei adalah bulan kegalauan saya, teman-teman. *Hedeeeeh, sok galau lagi nih si Nining. -___-”
Gimana ya. Saya sudah mendapat ‘ultimatum’ sebanyak tiga kali dari orang-orang yang paling saya hormati dan sayangi. Yang intinya orang-orang di atas saya lah.
‘Ultimatum’nya tentang bagaimana seharusnya saya hidup, cara bergaul yang baik seperti apa, sikapnya harus bagaimana, cara pandang ke depan seperti apa dan banyak lagi nasehat-nasehat yang sangat berharga dari mereka. Iya. Sudah seharusnya saya memperoleh kritik dan saran dari mereka. Saya sudah mau hampir keluar jalur soalnya. Sadar sih sadar, tapi setengah sadar mungkin nih. Hehehe.

Saya mau memperbaiki diri, jadi harus mengikuti apa yang mereka bilang. Saya mau baik, teman. Saya tidak mau menjadikan penyesalan itu di belakang. Sekarang lagi berjuang untuk menjadi apa yang mereka mau karena saya mau baik.

Saya pernah ingat, kata Pak guruku sayang (P’ Syahrir) “Ingatlah bahwa Allah tidak pernah alpa dalam melihat dan menilai hambaNya.” Saat-saat ini adalah waktu paling kritis yang pernah saya alami seumur hidup. Selama ini tidak seperti ini. Saya sudah merepotkan dan melibatkan banyak orang. Karena saya, mereka terbebani. Allah, saya mohon ampun atas semuaNya.

Awal Juni 2012 ini, semoga kebaikan Allah selalu datang kepada kita semua. Amin.
Allah, saya akan berusaha untuk menjadi baik di mataMu dan mereka. Karena saya mau menjadi seperti Nining Syafitri yang seperti Ning ‘Little’ Syafitri. Semangat!!! ๐Ÿ˜‰

Masih banyak hal yang ingin saya ceritakan. Tapi, nanti lain kali saja. Untuk sekarang, cukup sampai di sini. *Tseehhh, gayamu, nduk…

Posted in Blog

S E P I

Wuih. Baru ngeblog lagi.
Gak nulis berapa lama ya? Gak BW juga. Hmm… Sepi. Pantasan aja sepi. Hehehe…
Banyak hal yang saya sudah lalui. Ingin cerita tapi selalu saja waktu dan kesempatan yang belum mau mengizinkan saya menulis. Atau mungkin juga karena saya malas kali ya. ๐Ÿ™‚

Banyak pelajaran yang dapat saya ambil di bulan Mei kemarin. Bulan Mei adalah bulan kegalauan saya, teman-teman. *Hedeeeeh, sok galau lagi nih si Nining. -___-”
Gimana ya. Saya sudah mendapat ‘ultimatum’ sebanyak tiga kali dari orang-orang yang paling saya hormati dan sayangi. Yang intinya orang-orang di atas saya lah.
‘Ultimatum’nya tentang bagaimana seharusnya saya hidup, cara bergaul yang baik seperti apa, sikapnya harus bagaimana, cara pandang ke depan seperti apa dan banyak lagi nasehat-nasehat yang sangat berharga dari mereka. Iya. Sudah seharusnya saya memperoleh kritik dan saran dari mereka. Saya sudah mau hampir keluar jalur soalnya. Sadar sih sadar, tapi setengah sadar mungkin nih. Hehehe.

Saya mau memperbaiki diri, jadi harus mengikuti apa yang mereka bilang. Saya mau baik, teman. Saya tidak mau menjadikan penyesalan itu di belakang. Sekarang lagi berjuang untuk menjadi apa yang mereka mau karena saya mau baik.

Saya pernah ingat, kata Pak guruku sayang (P’ Syahrir) “Ingatlah bahwa Allah tidak pernah alpa dalam melihat dan menilai hambaNya.” Saat-saat ini adalah waktu paling kritis yang pernah saya alami seumur hidup. Selama ini tidak seperti ini. Saya sudah merepotkan dan melibatkan banyak orang. Karena saya, mereka terbebani. Allah, saya mohon ampun atas semuaNya.

Awal Juni 2012 ini, semoga kebaikan Allah selalu datang kepada kita semua. Amin.
Allah, saya akan berusaha untuk menjadi baik di mataMu dan mereka. Karena saya mau menjadi seperti Nining Syafitri yang seperti Ning ‘Little’ Syafitri. Semangat!!! ๐Ÿ˜‰

Masih banyak hal yang ingin saya ceritakan. Tapi, nanti lain kali saja. Untuk sekarang, cukup sampai di sini. *Tseehhh, gayamu, nduk…

Posted in Life

Mendadak Demam

Yang seharusnya minggu-minggu ini saya harus dinyatakan sehat karena banyaknya kegiatan yang mesti dilakuin, alias saya kali ya yang sok sibuk. Ngeeekkk… Akhirnya divonis sakit. DEMAM. PILEK. dan BATUK.
Tiga hari yang lalu saya kena. Dan hari itu juga ke dokter. Kejadiannya juga gak ditahu kenapa bisa. Baru bangun siang, sekitaran jam 4-an, kok badan saya panas ya? Di situ saya udah mulai rasa gak enak.

Tiba di tempat praktik dokter, list saya udah hampir penuh karena berobat terus. Sakit terus. Di bulan April, ada dua kali saya ke dokter. Dengan keluhan yang sama. FLU dan BATUK. Paling sering. Penyakit zaman SMA gak ilang-ilang. -___-
Haduh, yang namanya hidung tersumbat, kalau udah malam, gak enak dah. Kalau gak sabar, malah pengen teriak. “Woe, sa mau bernapas baik-baik. Jangan halangi saya dengan hidung tersumbat ini.”ย Tapi, gak seinstan, setelah berteriak langsung sembuh. Gak. Semua itu punya proses. Jadi harus bersabar.

Berat badan saya pun ikut turun, kemarin sempat naik 44 kg, eh pas ditimbang jadi 42 kg. Trus, kata teman-teman, saya agak kurusan. Keliatan banget kalau lagi sakit. Pas dibilang kurus, saya malah senyum bahagia. Eh, mereka pada sewot. Gak setuju dengan senyuman bahagiaku itu. Hihihi.
Yaaa, saya sih santai – santai saja. Kurus sih kurus. Bagus malah. Daripada gemuk. Wew….
Udah tiga hari nih saya masih berstatus SICK. Tapi tadi udah makalincah lagi di kampus. Mondar-mandir di kampus. Bawa tas jugaa, isinya bukan buku catatan sama pulpen toh. Yang cuma berapa ons doank, tapi isinya kiloan kali ya. BERAT. Rasanya mau encok. *Yeee, salah sendiri. Kenapa bawa yang berat-berat.
Bawaannya berat karena ada NBnya. Kecil sih NBnya tapi bisa mempengaruhi berat sebuah tas. Belum lagi ngangkat-ngangkat infokus. Fortunately, ada teman saya yang mau bantu, thanks ya Arien dan Bambang. ๐Ÿ™‚

Dari pagi jam 8 udah start dari rumah ke kampus. Mau ngajar B.Inggris di anak FKIP Ekonomi, Semester 2. Sebetulnya badan masih belum terlalu fit, tapi gak apa-apalah. Saya masuk saja. Kasian mahasiswanya. Udah pada nungguin. Pasti pada ngomel-ngomel kalau gak masuk. Kita aja begitu. Hehehe. Iya… Ongkos dari rumah ke kampus tawwa… Kan tidak berharga itu… Dua ribu rupiah (via angkot), tiga ribu rupiah (via ojek jarak dekat) dan lima ribu rupiah (via ojek jarak jauh). Bisa makan juga itu kasian satu hari.
Kk Niar juga, sebagai partner ngajar, izin ngajar. Ya udah, saya sendirian saja ngajarnya. Capek sih capek, tapi menyenangkan. Saya menikmatinya kok. ๐Ÿ™‚ Ini hari masuk dua kelas. Lumayan… Begini ya rasanya kalau jadi tenaga pengajar. Bisa dirasakan, jadi mahasiswa dan jadi pengajar. Sama-sama susah sih sebenarnya. Tapi, kalau dinikmati, ya kita enjoy-enjoy saja. Untuk apa ngeluh-ngeluh. Hidup ini cuma sekali. Nikmati saja apapun yang terjadi.

So, cukup di sini postingan saya. Masih dengan hidung tersumbat saya. Akhirnya dari Jalan Anoa, Kadolomoko, Baubau, saya ucapkan BUBYE… Nanti berjumpa lagi di postingan berikutnya. Semoga kondisi saya udah baikan. Mohon do’anya ya.
Kesehatan itu tidak ternilai harganya ee…ย MAHHHAALLL…
Hmmm. SEMANGAT!!!

Posted in Life, Love, Words

Everything’s End Finally

Di semester 6 ini, saya hanya memprogram 6 mata kuliah. Sedikit ya? Iya. Tapi, ini bukan berarti saya banyak santainya. Bisa dibilang saya harus ke kampus tiap hari. Entah itu karena panggilan dadakan dari kampus ataupun karena ada mata kuliah yang diganti jadwal masuknya karena alasan tertentu. Begitulah. Tapi, menyenangkan. ๐Ÿ™‚

Hari-hari menjadi seorang mahasiswa semester VI mungkin tidak akan dirasa. Semuanya berjalan dengan cepat. Kita harus melewatinya dengan sebaik mungkin. Step by step. Hingga akhirnya saya bisa menyelesaikan studi. Amin.

Hidup itu adalah sebuah pilihan. Kadang ada suatu hal yang kita tidak inginkan, tapi kita harus terpaksa memilih pilihan itu karena pilihan itu memang baik untuk kita. Memilih keputusan yang sudah dipertimbangkan secara matang-matang dan tahu akan resikonya. Dan saya yakin akan keputusan tersebut. Everything’s end finally. ๐Ÿ™‚

Posted in Life, Love, Words

Everything’s End Finally

Di semester 6 ini, saya hanya memprogram 6 mata kuliah. Sedikit ya? Iya. Tapi, ini bukan berarti saya banyak santainya. Bisa dibilang saya harus ke kampus tiap hari. Entah itu karena panggilan dadakan dari kampus ataupun karena ada mata kuliah yang diganti jadwal masuknya karena alasan tertentu. Begitulah. Tapi, menyenangkan. ๐Ÿ™‚

Hari-hari menjadi seorang mahasiswa semester VI mungkin tidak akan dirasa. Semuanya berjalan dengan cepat. Kita harus melewatinya dengan sebaik mungkin. Step by step. Hingga akhirnya saya bisa menyelesaikan studi. Amin.

Hidup itu adalah sebuah pilihan. Kadang ada suatu hal yang kita tidak inginkan, tapi kita harus terpaksa memilih pilihan itu karena pilihan itu memang baik untuk kita. Memilih keputusan yang sudah dipertimbangkan secara matang-matang dan tahu akan resikonya. Dan saya yakin akan keputusan tersebut. Everything’s end finally. ๐Ÿ™‚

Posted in Life, Love

Galau Itu Datang (Lagi)

Sore ini, perjalanan hari ini mengalir tanpa hambatan. Setelah menghabiskan waktu sekitar tiga jam di kampus, saya pulang. Ke rumah. Iya. Ke rumah, bukan ke mana-mana. Tidak belok kiri ataupun belok kanan. Ada sekitar tiga tas yang harus saya jinjing. Tas pribadi, tas infocus dan tas speaker. Hohoho. Lucunya. Kemarin saya membawa tas-tas itu. Ada teman yang bertanya, “Mau berangkat ke mana?”. Saya cuma tersenyum saja. Saya sadar, barang bawaan saya kebanyakan. Jumlahnya tidak sebanding dengan tubuh kecil saya. Bisa dikhayalkan ya, saya ditimpuk dengan barang-barang yang tidak sesuai ukuran tubuh saya. Bisa-bisa wajah saya tidak kelihatan. Yang ada cuma barang-barang itu.

Untungnya tadi ada junior saya yang mau membantu. Terima kasih ya, Sofyan. ๐Ÿ™‚
Sudah mau membantu saya. Hari-hari terakhir ini saya cukup lelah. Tapi saya nikmati kesibukan dan kelelahan ini. That’s life. Tidak ada yang perlu dikeluhkan, sebetulnya. Tapi, mungkin orang sudah terlalu capek hingga akhirnya harus mengeluh. Mengeluh di jejaring sosial, ortu, pacar, ataupun teman. Itu juga, that’s human. ๐Ÿ™‚

Sore ini, saya berada di depan laptop lagi. Dan galau itu datang lagi. Keputusan yang belum terjawab IYA atau TIDAKnya. Masih diombang-ambing sama ombak pikirannya yang mungkin harus memilih satu jawaban di antara dua. Kamu dan saya.

Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki – Sheila On 7. Lagu ini menggalaukan hati saya. Hueee, bicara galau lagi. Serasa ababil. -___-”
Dua puluh satu juga manusia. Hehehe…

Jam setengah delapan. I will be in Lawero in English. Let’s speak di tengah kegalauan yang melanda.

Saya tulis dan kirim pesan itu serasa ikhlas merelakan yang akan terjadi. Janji sudah dibuat dan konsekuensi harus akan berlaku. Tidak boleh tidak. Ketegasan itu diperlukan. Ya, I must be calm for this.

Posted in Life, Love

Galau Itu Datang (Lagi)

Sore ini, perjalanan hari ini mengalir tanpa hambatan. Setelah menghabiskan waktu sekitar tiga jam di kampus, saya pulang. Ke rumah. Iya. Ke rumah, bukan ke mana-mana. Tidak belok kiri ataupun belok kanan. Ada sekitar tiga tas yang harus saya jinjing. Tas pribadi, tas infocus dan tas speaker. Hohoho. Lucunya. Kemarin saya membawa tas-tas itu. Ada teman yang bertanya, “Mau berangkat ke mana?”. Saya cuma tersenyum saja. Saya sadar, barang bawaan saya kebanyakan. Jumlahnya tidak sebanding dengan tubuh kecil saya. Bisa dikhayalkan ya, saya ditimpuk dengan barang-barang yang tidak sesuai ukuran tubuh saya. Bisa-bisa wajah saya tidak kelihatan. Yang ada cuma barang-barang itu.

Untungnya tadi ada junior saya yang mau membantu. Terima kasih ya, Sofyan. ๐Ÿ™‚
Sudah mau membantu saya. Hari-hari terakhir ini saya cukup lelah. Tapi saya nikmati kesibukan dan kelelahan ini. That’s life. Tidak ada yang perlu dikeluhkan, sebetulnya. Tapi, mungkin orang sudah terlalu capek hingga akhirnya harus mengeluh. Mengeluh di jejaring sosial, ortu, pacar, ataupun teman. Itu juga, that’s human. ๐Ÿ™‚

Sore ini, saya berada di depan laptop lagi. Dan galau itu datang lagi. Keputusan yang belum terjawab IYA atau TIDAKnya. Masih diombang-ambing sama ombak pikirannya yang mungkin harus memilih satu jawaban di antara dua. Kamu dan saya.

Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki – Sheila On 7. Lagu ini menggalaukan hati saya. Hueee, bicara galau lagi. Serasa ababil. -___-”
Dua puluh satu juga manusia. Hehehe…

Jam setengah delapan. I will be in Lawero in English. Let’s speak di tengah kegalauan yang melanda.

Saya tulis dan kirim pesan itu serasa ikhlas merelakan yang akan terjadi. Janji sudah dibuat dan konsekuensi harus akan berlaku. Tidak boleh tidak. Ketegasan itu diperlukan. Ya, I must be calm for this.

Posted in Life, Love

Dua Puluh Satu

Dua puluh satu.
Ini hari saya berulang tahun yang kedua puluh satu, teman. ๐Ÿ™‚
Alhamdulillah. Allah masih memberikan saya kesempatan untuk hidup. Tentunya untuk memperbaiki semua yang buruk di hari kemarin dan meningkatkan skaligus mempertahankan apa yang sudah terbentuk dengan baik di hari kemarin juga. Insya Allah. Amin.

Bangun dari tidur, sudah ada tumpukan SMS dari sahabat dan teman-teman. Eh, dengan P’Dosen juga denk. Hihihi… Ya Allah, trima kasih banyak ya. Ternyata mereka masih memperhatikan saya. Tadi malam si Kk udah ngucapin duluan. Katanya dia minta maaf belum bisa ngasih apa-apa ke saya. Hehehe. Ada-ada aja nih Kk… Saya juga gak nuntut apa-apa juga kok sama si Kk. Yaa, hadiah itu sih plus-plus saja di hari ultah. Alhamdulillah kalau dapat. Yang penting, do’anya dan saya harus banyak instropeksi diri saja. Apa arti dari ulang tahun kalau tidak ada perubahan yang berarti. Umur sih bertambah, tapi kalau sifatnya gak berubah jadi lebih baik kan, percuma aja kan? *sigh, sok dewasa lo, Ning! ๐Ÿ˜€

Terima kasih banyak ya buat saudara, sahabat, teman-teman sekalian, sudah mau mengucapkan selamat bertambahnya umur ini *wedeeh, semakin tua*. Semoga kita tetap diberikan kebaikan-kebaikan olehNya. Amin Ya Rabb.

Sebenarnya mau menulis lebihhhhh panjang lagi, tapi saya dikejar sama waktu, mau ke kampus. Huhuhuhu. Sedih, harus berpisah lagi sama si Toshi… T___T

Posted in Education, Friend, Life, Love

Cerita Malam Ini

Mengisi kekosongan di malam ini. Eh, iya. Ini malam Jum’at ya? Katanya malam keramat. Katanya. Tapi, tak apalah. Saya bercerita dulu. Sudah lama tidak bercerita di sini. Mumpung ada waktu untuk menulis. Biar sedikit. Maaf ya, tanpa gambar. Cuma sederet kalimat-kalimat spontanitas yang bersumber dari mind.

Tentang kuliah, alhamdulillah masih berjalan dengan baik. Cuma lagi sibuk menjalani masa-masa PPL II. Dan insya Allah besok sudah hari pelepasan. SMAN 1 Baubau, I will leave you. Wuaaah, pasti saya akan kangen sama anak-anak SMA itu. Utamanya for kelas X RSBI 1, X.10, XI IS 1 dan XI IS 2. Iya. Dari keempat kelas itu, cuma di dua kelas itu (X RSBI 1 dan XI IS 2) saya fokus mengajar, bersama teman saya, Tafry.

Mengajar mereka di kelas. Tidak menyangka. Tiga tahun lalu status saya masih sama seperti mereka, masih menjadi SISWA yang duduk di kursi dan memperhatikan guru yang lagi ngajar. Sekarang kebalikan. Dunia ini terlalu cepat berputar. Saya jadi ibuguru. Hahaha. Ibuguru kecil. >.<
Tiap mengajar selalu bersama tas ransel. Saya gak pernah tuh kalau ngajar nenteng-nenteng tas cewek yang tas samping itu tuh. Gak pernah. Padahal pengen juga seperti itu soalnya selalu liat teman-teman PPL kalau ke sekolah, ya Allah, ringannya. Sementara saya, harus, tidak boleh tidak, nentengin tas ransel. Isinya? Tentu saja, laptop (materi ajar semua di situ boo), kabel, charger, dll. ๐Ÿ˜€ Iya, soalnya kami ngajarnya pakai slide. Jadi, otomatis harus siap setiap saat dengan laptop. Saya jarang pakai spidol, terkecuali kalau mati lampu. Tapi jujur ya, waktu pertama kali ngajar, saat itu di kelas XI IS 2, waaahhh, saya tidak bisa berbuat apa-apa tanpa infokus. Padahal materi udah dibuat di Power Point. Saya gak mau sia-sia donk hasil kerjaan saya semalaman tidak dipergunakan. Dan pastinya anak-anak pada gak semangat kalau saya harus ngajar HITAM PUTIH toh. Saya sudah yakin itu. Syukurlah, guru pamong saya, Ibu Anisa, menyediakan infocusย dan taraaaaaa… Senangnya hati iniiii… Ada infocus, ada kabel. Yeah, let’s teach. Dan mulailah Ning bereksplorasi. Hahaha… Alhamdulillah. Trima kasih, ya Allah.

Menjadi seorang guru bukanlah suatu profesi yang mudah. Dalam profesi tersebut, kita ternyata dituntut untuk mendidik mereka menjadi pribadi yang baik. Bukan cuma tahu mentransfer ilmu pengetahuan yang kita miliki ke mereka. Iya. Di dalam mengajar selalu ada yang namanya psikologi antara murid dan guru. Saya sudah anggap mereka sebagai teman. Iya, umur kita kan tidak terpaut terlalu jauh. Saya udah mau 21 tahun, mereka sekitaran 17 tahunan lah. Lagian juga, tubuh kecil begini pasti dikira masih SMA. Hahaha… *Ngeyel aja lo, Ning. Saya anggap kedudukan kita sama, tapi saya salut sama mereka. Secara pribadi, saya anggap mereka masih memiliki etika yang bagus bagaimana harusnya bersikap terhadap saya dan teman saya ketika di dalam kelas. Attitude-nya bagus. “Pertahankan prestasi dan sikap sopan santunya ya, sayang-sayangku. Dan ingat, tetaplah seperti padi. Percuma kita cerdas, kalau tingkah laku kita tidak baik.”

Rasanya pengen sekali bercerita banyak lagi tentang pengalaman selama PPL II, tapi lain kali saja ya. Nanti disambung lagi. Hmmm, terakhir,
“Terima kasih, GURU-GURUku. Jasa-jasamu tidak akan pernah terlupakan. Saya seperti ini karena didikan kalian yang begitu tulus dan penuh kasih sayang kepada anak-anakmu ini. Trima kasih banyak. :)”

Tambahan sedikit, untuk DIA.
Thanks for you. ๐Ÿ™‚
I always love you everyday.

Trima kasih akan rasa ini, Allah.
My love for him, tidak akan lebih dari Engkau. Karena I love him because of You. ๐Ÿ™‚
Posted in Life, Love

Malam Ini Dia…

Hei semuaaaa…
Lama tak jumpooo…
Hedeeeeuhhh… Blogku, apa kabarnya dirimu? Maaf ya. PPL II masih butuh perhatian ekstra. Tidak boleh tidak diberi perhatian sedikitpun. Waktu saya pun tersita banyak karenanya. Hingga saya harus mengalami kerenggangan sama kk. Saya tidak tahu ya, mungkin dia marah. Bukan mungkin, tapi sudah pasti. Handphoneย saya diNONAKTIFkan.

Saya sudah terlalu capek dengan keadaan sekarang. Entah harus dibagi berapa tubuh saya ini untuk memenuhi permintaan orang-orang yang membutuhkan saya. Terlebih lagi waktu untuk bersama dia. Saya sepertinya belum mampu menjadi apa yang dia inginkan. Dan malam ini, HP dimatikan untuk tidak ada yang menghubungi saya, sekalipun dia.

Oh, iya. Saya pernah menuliskan hal kalau saya ingin pisah sama dia setelah event itu dilaksanakan. Eventnya telah selesai beberapa hari lalu dan saya masih bersama dia. Tandanya? Saya masih belum bisa untuk tidak bersamanya. *Haaa, bicara itu gampang, Ning. Tapi untuk melakukannya susah. Kamu tahu itu? Tahu, Ning???? JAWAB!!!

Saya tidak banyak berharap tulisan ini akan dibaca oleh dia. Karena sudah tahu kan alasannya. Kalau bukan saya yang menunjukkannya, tidak akan mungkin dibaca olehnya. Dan saya tidak mau menyuruhnya untuk membaca, kecuali dia sendiri yang berinisiatif. Malam ini dia marah. Mungkin. Saya tidak tahu apakah hari esok akan marah juga atau tidak. Dia terlalu baik untuk saya. It’s better to leave me now. Saya tidak bisa marah sama dia karena mungkin sudah terlalu capek. Beberapa hari ini, kegiatannya menguras tenaga.

PPL II bukannya berpenampilan selayaknya ibuguru, saya malah berpenampilan seperti seorang guide bin aneh -___-“. Tas ransel, almamater Unidayan, rok hitam di bawah lutut, baju kemeja putih, dan sepatu berhak. Waaaah, saya seperti ibuguru Dora. Pake tas ransel. Deeeehhh… Secara, kalau harus memakai tas samping, ckckck… Gak ditahu bakal seperti apa bentuknya. Isinya buanyaaakkk… >.<
Entahlah anak murid saya beranggapan seperti apa. Yang jelas, it’sย comfortable for me.

Besok harus mengajar lagi. Hemmmm… Semoga menyenangkan. Amin.
Ini malam rampungkan materi secara keseluruhan untuk besok, dan untuk dia, terserahlah. Saya masih tidak mau untuk bermarah-marahan. Saya terlalu capek untuk hadapi sesuatu hal yang datang bertubi-tubi seperti ini.

*Karena saya tidak sempurna, sayang. Saya terlalu banyak berbahasa, malah saya cuma bisa berbahasa saja. Itu kata kamu, malam kemarin. Iya. Sepertinya. Mungkin saya harus mengurangi bahasa saya ke kamu, karena kamu nampaknya kurang suka. Iya, saya lebih baik memilih untuk diam saja. Maafkan.ย