Posted in Love

Sepucuk Surat di Bukit Wantiro

Entah ada angin apa yang mendorongku untuk sejenak menyempatkan diri berkunjung ke Bukit Wantiro sepagi ini. Ya, berjalan kaki. Hitung-hitung sebagai olahraga di tengah waktu yang padat ini.

Suasana pagi ini masih ramah. Udara segar yang ditemani berbagai tumbuhan hijau yang menyegarkan mata menemaniku sepanjang perjalanan ke Bukit Wantiro. Menengok pemandangan laut di pagi hari itu pun luar biasa nikmatnya. Baubau, kotaku tercinta, tak henti-hentinya memberikan pesona keindahanmu kepada tanah Buton ini. Senyum ini tak sengaja tersimpul mensyukuri nikmat Tuhan Yang Maha Kuasa. Karunia Allah ini tak terjangkau, kawan. :’)

Bukit Wantiro source: fotografer.net

Setelah beberapa menit kemudian, tibalah di tempat tujuan. “Yeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeiiiiiiiiiiii,” aku berteriak keriangan. Berlari, melompat, menari. Hal-hal gila itu aku lakukan. Tak peduli dengan orang yang melihatnya karena yang aku tahu aku bahagia berada di tempat ini. Tempatnya tenang. Pagi di Bukit Wantiro memberikan warna tersendiri jauh di dalam lubuk hatiku.

Tiba-tiba, seseorang menyapaku “Hei. Kamu bukannya yang datang ke tempat praktik dokter kemarin, kan?”

Dengan muka keheranan, aku pun memperhatikan orang tersebut. Memaksa otakku untuk berpikir kembali ke masa-masa seminggu lalu aku jatuh sakit. Dan, rupanya ingatanku berhasil menangkap memori itu. “Pak Dokter?” ucapku.

“Iya. Bagaimana kesehatannya?”

As you see, Pak dokter. Alhamdulillah sehat. Ngomong-ngomong, dokter sering ke sini juga? Sepagi ini?” tanyaku penasaran.

“Tidak juga. Cuma kalau ada waktu luang saja. Kebetulan ingin ke Bukit Wantiro saja. Suasananya menyenangkan,” jawab pak dokter singkat.

Belum lama berbincang, Nokianya pun berdering. Sebuah panggilan telepon yang menjadi pertanda berakhirnya percakapan kami berdua di pagi ini.

Dia pun pergi. Namun, tak pergi begitu saja. Sebelum meninggalkanku, dia menyerahkan sepucuk surat. “Ini untukmu. Bacalah.”

Dengan raut wajah keheranan, aku pun menerimanya dengan penuh banyak pertanyaan. “Aku?? Ada apa dengan surat ini?”

Source: victorpoenyacerita.blogspot.com

Mobilnya pun berlalu begitu saja tanpa ada perkenalan tanpa tahu nama dokter itu siapa. Tanpa tahu alasan mengapa dia memberikan surat ini kepadaku. Aneh. Sungguh aneh. Hal aneh. Ini gila. “Hei, berikan aku alasan yang jelas, dokter anneehh!”

Dan berharap isi surat ini adalah beberapa resep obat agar aku tidak sakit lagi.

A Cut and a Scar

Apa yang kau dapatkan setelah tersakiti dan sampai selama ini belum dapat tersembuhkan?

Setelah berbulan-bulan lamanya, melawan arus yang hampir membuat diri terseret ke dalam kegalauan akut.

Karena lukanya belum sembuh? Karena dia masih bertahan dalam hatimu? Karena kamu pun tidak berani melangkah keluar?

Saya kira Allah telah banyak memberikan rezeki, rahmat, dan karuniaNya kepada kamu. Tidak sadarkah kamu akan hal itu? Untuk menenangkan hatimu, jiwamu dan dirimu yang terkoyak karena kesalahanmu sendiri.

Tidak ada yang mesti diperasalahkan, karena satu-satunya terdakwa akan sakitnya perasaanmu ya adalah kamu. Kamu yang mengambil keputusan, yang bertindak dan yang menanggung semua resikonya.

Berharap saja yang terbaik setelah kejadian ini.

Lukanya ada dan berbekas.

Semoga, yang membuat luka itu, bahagia bersama pasangannya untuk selamanya.

🙂 Semangat, kamu.

Speechless membaca surat ini. Dokter itu aneh. Hal ini gila.

“Ah, kubuang saja surat tidak jelas ini. Memangnya aku kenapa? Ada apa dengan perasaanku?”

Surat ini aku kusut dan kulemparkan di tempat sampah.

Dan kisah aneh ini harus berakhir sampai di sini.

Anggap saja pertemuan dengan si dokter aneh itu ABSTRAK. –”

#mencobamembuatcerpen

Posted in English, Life, Love

At This Lane

A Fiction Story.

google.com

At this lane at the nice afternoon. From your lecturer’s house.

We walk together. You and I walk to the end of lane for waiting my friend to pick me up. We walk simultaneously. Before it, you ask me to let you bring my heavy bag.

You say, “You may not have a heavy bag like this. It is not good for you.” And I just nod. I’m speechless.

google.com

Suddenly, you hold my hand. I feel there is something fun that make me happy with you. Is it sincere from you to do it to me? I nearly shed the tear because of you. I feel it is true. :’)

A love is a story. I think.

google.com

And we walk together, our feet step simultaneously and you and I laugh and smile when looking each other.

google.com

This is nice, darl. 🙂 Do you know? This is my first time to be like this. With you.

Thank you for being my prince.

You bring me to a wonderful place that never I get before.

google.com

While I wait my friend at the end of lane, we chat; tell about the vision, division of your faculty, and about my feeling to you today. “I’m happy. Thank you, darl!” I say before we keep a part. 🙂

A few minutes later, my friend come.

And I must say ‘Goodbye’ to you.

But, you just smile and walk in reverse direction, not to look at me when I want to go.

You just leave.

After holding my hand. After accompanying me. After walking together. After steping the feet simultaneously. After you make me smile. After you make me laugh. After you make me happy.

And now, you prefer to choose leaving me.

google.com

I think, this is the end of our love. Just only at this lane. Not in other lanes anymore.

Sometimes, we have to fly, feeling freedom, love, and happiness. But, we don’t forget that we are able to fall in misery. Pain. And we have to rebuild the lost spirit. Alone. With the passage of time.

And this pain tear sheds. We are separated finally.

::The End::

Posted in English, Life, Love

At This Lane

A Fiction Story.

google.com

At this lane at the nice afternoon. From your lecturer’s house.

We walk together. You and I walk to the end of lane for waiting my friend to pick me up. We walk simultaneously. Before it, you ask me to let you bring my heavy bag.

You say, “You may not have a heavy bag like this. It is not good for you.” And I just nod. I’m speechless.

google.com

Suddenly, you hold my hand. I feel there is something fun that make me happy with you. Is it sincere from you to do it to me? I nearly shed the tear because of you. I feel it is true. :’)

A love is a story. I think.

google.com

And we walk together, our feet step simultaneously and you and I laugh and smile when looking each other.

google.com

This is nice, darl. 🙂 Do you know? This is my first time to be like this. With you.

Thank you for being my prince.

You bring me to a wonderful place that never I get before.

google.com

While I wait my friend at the end of lane, we chat; tell about the vision, division of your faculty, and about my feeling to you today. “I’m happy. Thank you, darl!” I say before we keep a part. 🙂

A few minutes later, my friend come.

And I must say ‘Goodbye’ to you.

But, you just smile and walk in reverse direction, not to look at me when I want to go.

You just leave.

After holding my hand. After accompanying me. After walking together. After steping the feet simultaneously. After you make me smile. After you make me laugh. After you make me happy.

And now, you prefer to choose leaving me.

google.com

I think, this is the end of our love. Just only at this lane. Not in other lanes anymore.

Sometimes, we have to fly, feeling freedom, love, and happiness. But, we don’t forget that we are able to fall in misery. Pain. And we have to rebuild the lost spirit. Alone. With the passage of time.

And this pain tear sheds. We are separated finally.

::The End::

Posted in Blog, Friend, Life, Love

I’m Not A Loser.nya Mbak Fanny Fredlina

Assalamu’alaikum, readers… Apa khabarnya??? Alhamdulillah kalau baik-baik. Hehehe… 🙂
Senyum dulu eee…

::I’m Not A Loser with the Writer::

Ok. Kali ini saya akan bercerita alias menulis tentang apa yang saya dapatkan setelah memenangkan GiveAway dari Mbak Fanny Fredlina beberapa minggu lalu (25 Juli 2012). And you know what I got? Yup. Kumcernya Mbak Fannyyyyyyy, I’M NOT A LOSER… Ye ye ye… Tapi sayang, saya terlambat ngasih tahunya, kalau bisa Mbak Fanny disertai tanda tangannya. Eh, jadinya tanggal 4 Agustus 2012 kemarin paketnya tiba di rumah, NO SIGNATURE. Hemmm… I’m Late. Kata Mbak Fanny kalau main ke Jakarta, bawa bukunya trus nanti ditandatangani deh. Aamiin. Aamiin… 🙂

Source picturenya dari sini

  • Ukuran: 13 x 19 cm
  • Tebal: viii + 170 halaman
  • Terbit: Juni 2012 (Cetakan Pertama)
  • ISBN: 978-602-225-437-9

Kalau ngebaca nih kumcer ingat masa SMA dulu euy. Paling hobi ngebaca teenlit. Tidak heran kalau udah ada teman yang bawa teenlit baru di sekolah, udah pada rebutan ngantri tuk baca tuh teenlit. Hahaha. Lucu skali kalau kembali mengingat masa-masa SMA kemarin.

Well, seperti yang udah diceritain sama Mbak Fanny sebelumnya, buku ini terdiri dari 15 cerpen. Memang pada dasarnya kumcer teenlit, yaa ceritanya tentang remaja dan percintaan. Mbak Fanny memang udah jadi cerpenis yang handal deh. Master of Short Story. Setiap cerita yang disajikan begitu padat, kata-katanya pun mudah dicerna. Ngalir begitu saja. Inspirasinya OKE banget deh. Hehehe. *Bukan asal ngomong lho, Mbak. Saya beneran serius. Ngebacanya tidak butuh waktu berhari-hari. Bisa sehari. Cuma butuh beberapa jam aja udah bisa.

Didominasi tentang cerita cinta. Tapi, cerita cintanya ini bukan sama kekasih saja, Mbak Fanny menyeimbangkannya dengan cerita cinta with family and friends. Dan setiap cerita pasti terselip pelajaran dari cerita tersebut. Kalau menurut saya. Nda tahu ya kalau yang lain.

Yang paling saya ingat di cerpen TEORI CINTA MAMA. *Saya kalau masalah cinta-cinta seperti ini nomor satu deh. Hahaha… 😀 Mbak Fanny, saya kutip ya sedikit kata-katanya. 🙂 Boleh?
“Sebesar apa pun cintamu pada seorang pria, jangan pernah mengejarnya. Apalagi nekat menyatakan cinta lebih dulu. Sebab, pria diciptakan bukan untuk dikejar (oleh wanita yang mencintainya) melainkan untuk mengejar wanita yang dicintainya. Sudah menjadi sifat dasar pria untuk menaklukkan hati wanita yang dicintainya. Maka, berbahagialah wanita yang dicintai lebih dulu. Dia akan disirami hujan cinta yang sangat deras oleh sang kekasih. Sebaliknya, apabila wanita menyatakan cinta lebih dulu, belum tentu cinta sang pria – yang akhirnya membalas cintanya – akan langgeng. Bisa saja dia hanya pura-pura mencintai wanita itu. Dalam kamus pria memang tidak ada istilah belajar mencintai. Pria adalah makhluk yang jatuh cinta. Bukan belajar untuk mencintai. Sedangkan wanita, bisa belajar mencintai. (Hal. 75-76; I’m Not A Loser; Fanny Fredlina)

Hmmm. Cinta. Tiada henti dan bosannya untuk diceritakan. Sesuatu yang indah tapi complicated.

Yup. Buku mungil ini bisa jadi salah satu bahan bacaan menarik untuk dibaca. 🙂
Bacaannya tidak terlalu berat, cocok untuk anak muda seperti kita. *Apa? Kita??? Ingat umur, Ning. 😀
So, silahkan hunting buku ini di toko-toko buku. Tapi sayang, hingga hari ini, di Kota Baubau belum ada GRAMEDIA. Huuuu, kesalnyaaaaa… Mau cari bahan referensi kuliah kok susah yaaaaaa di sini (red: Baubau). Coba donk, yang baca nih postingan yang punya kerjaan yang ada hubungannya dengan buku atau personil dari GRAMEDIA sendiri deh, coba ke Baubau donk… Toko buku sih ada, tapi gak selengkap di GRAMEDIA dan sejenisnya. Huhuhu… T.T

Posted in Blog, Friend, Life, Love

I’m Not A Loser.nya Mbak Fanny Fredlina

Assalamu’alaikum, readers… Apa khabarnya??? Alhamdulillah kalau baik-baik. Hehehe… 🙂
Senyum dulu eee…

::I’m Not A Loser with the Writer::

Ok. Kali ini saya akan bercerita alias menulis tentang apa yang saya dapatkan setelah memenangkan GiveAway dari Mbak Fanny Fredlina beberapa minggu lalu (25 Juli 2012). And you know what I got? Yup. Kumcernya Mbak Fannyyyyyyy, I’M NOT A LOSER… Ye ye ye… Tapi sayang, saya terlambat ngasih tahunya, kalau bisa Mbak Fanny disertai tanda tangannya. Eh, jadinya tanggal 4 Agustus 2012 kemarin paketnya tiba di rumah, NO SIGNATURE. Hemmm… I’m Late. Kata Mbak Fanny kalau main ke Jakarta, bawa bukunya trus nanti ditandatangani deh. Aamiin. Aamiin… 🙂

Source picturenya dari sini

  • Ukuran: 13 x 19 cm
  • Tebal: viii + 170 halaman
  • Terbit: Juni 2012 (Cetakan Pertama)
  • ISBN: 978-602-225-437-9

Kalau ngebaca nih kumcer ingat masa SMA dulu euy. Paling hobi ngebaca teenlit. Tidak heran kalau udah ada teman yang bawa teenlit baru di sekolah, udah pada rebutan ngantri tuk baca tuh teenlit. Hahaha. Lucu skali kalau kembali mengingat masa-masa SMA kemarin.

Well, seperti yang udah diceritain sama Mbak Fanny sebelumnya, buku ini terdiri dari 15 cerpen. Memang pada dasarnya kumcer teenlit, yaa ceritanya tentang remaja dan percintaan. Mbak Fanny memang udah jadi cerpenis yang handal deh. Master of Short Story. Setiap cerita yang disajikan begitu padat, kata-katanya pun mudah dicerna. Ngalir begitu saja. Inspirasinya OKE banget deh. Hehehe. *Bukan asal ngomong lho, Mbak. Saya beneran serius. Ngebacanya tidak butuh waktu berhari-hari. Bisa sehari. Cuma butuh beberapa jam aja udah bisa.

Didominasi tentang cerita cinta. Tapi, cerita cintanya ini bukan sama kekasih saja, Mbak Fanny menyeimbangkannya dengan cerita cinta with family and friends. Dan setiap cerita pasti terselip pelajaran dari cerita tersebut. Kalau menurut saya. Nda tahu ya kalau yang lain.

Yang paling saya ingat di cerpen TEORI CINTA MAMA. *Saya kalau masalah cinta-cinta seperti ini nomor satu deh. Hahaha… 😀 Mbak Fanny, saya kutip ya sedikit kata-katanya. 🙂 Boleh?
“Sebesar apa pun cintamu pada seorang pria, jangan pernah mengejarnya. Apalagi nekat menyatakan cinta lebih dulu. Sebab, pria diciptakan bukan untuk dikejar (oleh wanita yang mencintainya) melainkan untuk mengejar wanita yang dicintainya. Sudah menjadi sifat dasar pria untuk menaklukkan hati wanita yang dicintainya. Maka, berbahagialah wanita yang dicintai lebih dulu. Dia akan disirami hujan cinta yang sangat deras oleh sang kekasih. Sebaliknya, apabila wanita menyatakan cinta lebih dulu, belum tentu cinta sang pria – yang akhirnya membalas cintanya – akan langgeng. Bisa saja dia hanya pura-pura mencintai wanita itu. Dalam kamus pria memang tidak ada istilah belajar mencintai. Pria adalah makhluk yang jatuh cinta. Bukan belajar untuk mencintai. Sedangkan wanita, bisa belajar mencintai. (Hal. 75-76; I’m Not A Loser; Fanny Fredlina)

Hmmm. Cinta. Tiada henti dan bosannya untuk diceritakan. Sesuatu yang indah tapi complicated.

Yup. Buku mungil ini bisa jadi salah satu bahan bacaan menarik untuk dibaca. 🙂
Bacaannya tidak terlalu berat, cocok untuk anak muda seperti kita. *Apa? Kita??? Ingat umur, Ning. 😀
So, silahkan hunting buku ini di toko-toko buku. Tapi sayang, hingga hari ini, di Kota Baubau belum ada GRAMEDIA. Huuuu, kesalnyaaaaa… Mau cari bahan referensi kuliah kok susah yaaaaaa di sini (red: Baubau). Coba donk, yang baca nih postingan yang punya kerjaan yang ada hubungannya dengan buku atau personil dari GRAMEDIA sendiri deh, coba ke Baubau donk… Toko buku sih ada, tapi gak selengkap di GRAMEDIA dan sejenisnya. Huhuhu… T.T

Posted in Blog, Education, English, Love

Making a Play: A Blogger Girl

A Blogger Girl

There is a girl who likes browsing internet. It can be said that her second world is cyber world. Laptop and modem have been important parts in her daily life. Even she can forget time to be in real life. Of course, since she knows blog, her life changes. Blogging has been her favorite activity. Writing, writing, and writing. Then, she has a dream that one day she could be a writer like her favorite writer, Raditya Dika. Will her life be better or not?  Will her dream come true?

Part I

At 07.00 a.m. in her room.

Kring… kring… kring… (The alarm is ringing).

Tyas is still sleeping.

A few minutes later.

Kring… kring… kring… (The alarm is ringing again)

Mom   : (Opening the door) Tyas, wake up! It is 07.00 a.m. o’clock.
Tyas     : Hummm. Yeah, Mom! (Still on the bed)
Mom   : This is Monday. Don’t you go to school?
Tyas     : Today is Sunday, Mom. It is still holiday.
Mom   : Not, dear. It is Monday.
Tyas     : Don’t lie to me, Mom. I know you said like that in order I get up early and help you, don’t I?
Mom   : Whatever. Maybe you should check the day for today on your mobile phone.

After talking with Tyas, Mom goes. Only Tyas is in her room.

Tyas     : (While checking the day on her mobile phone, she is shocked) What??? Is it Monday? My Mom is right. It is Monday. Oh My Gosh! Oh My Gosh! What must I do? Time, time, time. What time is it? (She is panic while seeing at the clock)

Mom comes again into Tyas’ room, while Tyas is still taking a bath.

Mom   : Tyas, where are you? I am right, aren’t I?
Tyas     : I’m here, Mom. I’m in the bathroom. I’m in hurry. I hate this.
Mom   : Continue your bathing. I will see you off to the school.
Tyas     : Yes, Mom.

After a few minutes later, Tyas is already ready to go to school.

Part II

At her school. Continue reading “Making a Play: A Blogger Girl”

Posted in Blog, Education, English, Love

Making a Play: A Blogger Girl

A Blogger Girl

There is a girl who likes browsing internet. It can be said that her second world is cyber world. Laptop and modem have been important parts in her daily life. Even she can forget time to be in real life. Of course, since she knows blog, her life changes. Blogging has been her favorite activity. Writing, writing, and writing. Then, she has a dream that one day she could be a writer like her favorite writer, Raditya Dika. Will her life be better or not?  Will her dream come true?

Part I

At 07.00 a.m. in her room.

Kring… kring… kring… (The alarm is ringing).

Tyas is still sleeping.

A few minutes later.

Kring… kring… kring… (The alarm is ringing again)

Mom   : (Opening the door) Tyas, wake up! It is 07.00 a.m. o’clock.
Tyas     : Hummm. Yeah, Mom! (Still on the bed)
Mom   : This is Monday. Don’t you go to school?
Tyas     : Today is Sunday, Mom. It is still holiday.
Mom   : Not, dear. It is Monday.
Tyas     : Don’t lie to me, Mom. I know you said like that in order I get up early and help you, don’t I?
Mom   : Whatever. Maybe you should check the day for today on your mobile phone.

After talking with Tyas, Mom goes. Only Tyas is in her room.

Tyas     : (While checking the day on her mobile phone, she is shocked) What??? Is it Monday? My Mom is right. It is Monday. Oh My Gosh! Oh My Gosh! What must I do? Time, time, time. What time is it? (She is panic while seeing at the clock)

Mom comes again into Tyas’ room, while Tyas is still taking a bath.

Mom   : Tyas, where are you? I am right, aren’t I?
Tyas     : I’m here, Mom. I’m in the bathroom. I’m in hurry. I hate this.
Mom   : Continue your bathing. I will see you off to the school.
Tyas     : Yes, Mom.

After a few minutes later, Tyas is already ready to go to school.

Part II

At her school. Continue reading “Making a Play: A Blogger Girl”

Posted in Education, Love

CERPEN > Cinta yang Tak Pernah Ada

Karena ributnya suasana kelas, gak ada guru yang masuk, aku pergi ke depan pintu kelas. Kusandarkan bahuku di daun pintu sambil melihat suasana di luar kelasku. Seketika itu, aku melihat sepasang mata sedang memandangku dengan sebuah senyuman yang belum pernah aku temukan dari seorang cowok seperti dia. Spontan aku masuk kelas.

“ Ih, aneh banget tuh cowok! Ada apa, ya? Apa ada yang aneh sama penampilanku hingga dia senyum-senyum gitu? Aaaah, bodoh ah! Lupakan, Dis!,” gumamku dalam hati.

Sesaat kemudian, dari jendela kelas, kulihat 3 orang anggota OSIS sedang berjalan menuju ke kelasku.

“ Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,”kata anggota-anggota OSIS itu.

Serentak suara gaduh di kelasku hilang tak berbekas. Semua diam dan duduk di kursinya masing-masing.

“ Disampaikan kepada seluruh siswa di kelas ini untuk datang sebentar sore karena akan diadakan kerja bakti, berhubung pelaksanaan ulangan semester sudah dekat. Untuk ketua kelas, mohon membawa absen dan mengabsen teman-temannya yang hadir dan aktif, kemudian serahkan ke wali kelasnya. Ada pertanyaan? .”

Di sudut ruangan, kulihat salah seorang temanku mengacungkan tangannya, “ Kak, entar ke sekolah pake baju apa?”

“ Baju renang!,” ucap Wawan spontan. Semua pun tertawa terbahak-bahak. Suasana gaduh itu pun terjadi kembali.

Continue reading “CERPEN > Cinta yang Tak Pernah Ada”