Posted in Life, Place

English Camp SMP IT Al-Fikri Makassar & GAU ASE 2016

DSC_0049

Jadi ceritanya, pada tanggal 7 – 13 Februari 2016 kemarin, ada sebuah kegiatan English Camp SMP Islam Terpadu Yayasan Al-Fikri Makassar bekerja sama dengan GAU ASE (Global Action of Utility Achievement of Spiritual Enlightment) di Kelurahan Tompobalang dan Taman Prasejarah Leang-Leang, Bantimurung, Maros. Pesertanya berjumlah 27 orang yang terdiri dari 20 siswa dan 7 siswi. Didampingi oleh 2 guru pembina Al-Fikri (Ustadz Irham dan Ustadzah Kurnia) dan 4 tutor bahasa Inggris (Kk Arni, Kak Asdar, Kak Sahlim dan saya, Nining Syafitri). Kalau bisa dibilang, this is my first time to be a tutor in English Camp. Yaa, Alhamdulillah, hitung-hitung dapat kesempatan untuk menambah pengalaman mengajar.

Acara Pembukaan English Camp di Taman Leang-Leang
Acara Pembukaan English Camp di Taman Leang-Leang

Pembukaan berlangsung pada tanggal 7 Februari 2016 dihadiri oleh para siswa, orang tua murid, para guru SMP Al-Fikri, tutor, Kepala Sekolah SMP Al-Fikri; Bapak Ahmad M. Abdullah, S.Ag., M.I.Kom, dan Direktur GAU ASE sebagai Penyelanggara Kampung Bahasa Bantimurung, Bapak Andi Samsurijal, S.S., M.Hum di Taman Prasejarah Leang-Leang. Sedangkan Kegiatan Penutupan diadakan pada tanggal 13 Februari 2016 di pondokan Kel. Tampobalang dan dihadiri oleh para siswa, pemilik pondokan; Bapak H. Lahab, para guru Pembina dan para tutor.

Foto Bersama bersama H. Lahab dan Nyonya
Foto Bersama bersama H. Lahab dan Nyonya

Dalam acara penutupan, baik Pak H. Lahab ataupun guru Pembina memberikan sepatah dua kata tentang kegiatan English Camp tersebut dan tidak lupa juga nasehat untuk para siswa agar tetap menjadi yang baik sesuai jalan Allah. Saya masih ingat salah satu nasehat yang dikatakan Pak H. Lahab untuk para siswa, “Jadilah seperti padi, makin berisi makin merunduk.” Harus rendah hati. Tidak boleh sombong. Pepatah tentang padi yang umum terdengar, namun saya baru melihat dari dekat  dan langsung bagaimana padi itu merunduk. Hehehe.

"Jadilah seperti padi, makin berisi makin merunduk"
“Jadilah seperti padi, makin berisi makin merunduk”

Selain itu, Ustadz Irham di akhir acara penutupan sebelum sesi foto bersama dan ramah tamah dengan Bapak dan Ny. H. Lahab, ada pembacaan juara masing-masing kategori, yaitu the highest score, the most favorite, the most diligent, the funniest, the most active and the most excited.

Aktifitas kami
Aktifitas kami

Oh ya, kegiatan kami setiap pagi adalah berolahraga, makan pagi, kemudian berjalan dari pondokan menuju Taman Prasejarah Leang-Leang untuk belajar di sana. Jaraknya lumayan jauh. Tapi, hal itu menyenangkan karena di sepanjang perjalanan, kami disuguhi pemandangan yang alami sekali. Hijau semua. Disarankan sih harus ada fasilitas yang memadai, seperti penyewaan sepeda. Sehingga para murid tidak harus berjalan kaki terus-menerus.

Belajar sambil Bermain
Belajar sambil Bermain

Alhamdulillah. Di taman tersebut, kami menghabiskan waktu dengan belajar dan bermain. Syukurnya adalah terdapat sebuah masjid di depan taman tersebut, jadi para siswa, guru dan tutor dapat shalat di mesjid tersebut. Kemudian melanjutkan aktifitas hingga sore hari menjelang shalat Ashar. Malamnya selepas Maghrib, mereka melakukan Muroja’a (menghafal hafalan Al-Qur’an yang telah dihafal). Hari pertama bersama mereka, saya pribadi WOW WOW dengar mereka melakukan muroja’a. Masih SMP, sudah jadi penghafal Al-Qur’an. Apa kabarnya saya? Jadi malu sendiri. Mereka hebat-hebat. Dilanjutkan makan malam dan shalat Isya, kemudian learning English together. Setelah itu, it’s time to take a rest.

English Survival
English Survival

Selain belajar seperti biasa, di English Camp ini diadakan kegiatan English Survival di Taman Prasejarah Leang-Leang. Di mana kegiatan ini seperti melakukan suatu perjalanan dari pos ke pos, dari pos 1 hingga pos 4 dengan syarat harus mendapatkan pita dari masing-masing pos. Caranya adalah dengan menjawab pertanyaan berbahasa Inggris dari masing-masing penjaga pos.

Mr. Abdi dan Mr. Hamka
Mr. Abdi dan Mr. Hamka

Lanjut, hari-hari berikutnya kami mendatangkan tamu pengajar, seperti native speaker berkebangsaan Amerika, yaitu Mr. Abdi. Beliau menetap di Makassar dan memiliki sebuah kafe, Be Smart Coffee, di mana kafe tersebut dijadikan tempat belajar Bahasa Inggris bagi para pengunjung yang ingin belajar bahasa Inggris. Di hari itu, para siswa akhirnya dapat berinteraksi langsung dengan native speaker, melalui diskusi dan permainan. Kemudian, Mr. Hamka. Seorang mahasiswa pascasarjana Unhas program studi Bahasa Inggris yang telah memiliki pengalaman ke luar negeri dan terkenal dengan aksen Britishnya. Mr. Hamka selain mengajar, dia juga memberikan permainan kepada para siswa dan berhasil mengundang tawa di antara kami. Whispering Game adalah salah satu permainan yang paling seru dan buat tertawa terbahak-bahak. This is because of Hasan. Hasann, you are the most favorite student.

Jika waktu menjelang sore, sepulang dari taman, para siswa biasanya langsung pergi ke sungai dekat pondokan. Entah itu karena mau berenang ataupun mencuci di sungai.

Bersama para generasi penerus bangsa yang hebat
Bersama para generasi penerus bangsa yang hebat

Semakin lama, semakin banyak hal menyenangkan yang saya peroleh. Terutama mengamati tingkah laku masing-masing siswa yang notabenenya adalah masih berstatus SMP. Mereka memiliki karakteristik masing-masing. Saya malah anggap mereka seperti teman. Lagian juga, tinggi mereka dan saya tidak jauh-jauh amat, malah tinggian mereka. LOL. 😀 Pada hari pertama Camp, saya secara pribadi merasa terbebani mental. Hampir menyerah. Hehehe. Bukan karena anak-anaknya tidak sopan, not. Tapi lebih ke cara saya dalam mendekati mereka. Memang beda ya pendekatan ke pembelajar dewasa dan pembelajar yang muda seperti ini. Sebagai guru, harus memiliki pendekatan personal dan beragam cara agar pembelajaran terasa menyenangkan. Namun, semakin hari, saya berusaha bertahan dan mencoba berbaur dengan mereka, dan alhamdulillah saya dapat berkomunikasi dengan baik bersama mereka. Jadi serasa anak SMP lagi begitu. 😀  Hal ini mengingatkan saya pada tahun 2010 kemarin, ketika pertama kalinya menjadi seorang guide untuk mahasiswa Korea. Dumbatznya dapat banget. 😀 Tapi, pada akhirnya tugas yang diemban juga dapat diselesaikan dengan baik. Alhamdulillah. Yaa, memang semuanya cuma butuh waktu saja.

Setiap sesuatu itu ada kelebihan dan kekurangannya. Seperti halnya di English Camp ini. Internet and mobile network is not good. Susah dapat jaringan e. Harus ke luar rumah dulu baru dapat sinyal bagus. Tapi, tidak masalah untuk saya. Tidak eksis di dunia maya selama seminggu kemarin, cukup melatih diri untuk melupakan yang namanya medsos. 😀 Overall, di tempat kami mengadakan English Camp ini dapat dijadikan salah satu rekomendasi tempat yang nyaman untuk menikmati suasana pedesaan yang sudah jarang dirasakan (menurut saya). Tempat yang cocok untuk mengungsikan diri dari ramai dan sibuknya suasana Kota Makassar.

Di akhir kegiatan, kami meminta para siswa untuk menulis kesan dan pesannya tentang kegiatan ini dan Alhamdulillah sebagian besar mengatakan mereka ingin English Camp dilanjutkan lagi tahun depan dan diperpanjang waktunya. Alhamdulillah kalau respon mereka bagus berkaitan dengan kegiatan ini. Mudah-mudahan tahun depan saya dapat berpartisipasilah. Terima kasih buat Ketua Panitia, Kak Arni dan Sekretaris, Kak Asdar, yang telah melibatkan saya dalam kegiatan yang berkesan ini.

Left2right: Kk Arni, Ustadzah Kurnia, Ning, Ny.H. Lahab, H. Lahab, Kk Asdar, Kk Sahlim dan Ustadz Irham
Left2right: Kk Arni, Ustadzah Kurnia, Ning, Ny.H. Lahab, H. Lahab, Kk Asdar, Kk Sahlim dan Ustadz Irham

Yah, sampai di sini dulu cerita singkat saya selama seminggu di Leang-Leang. No signal, but interesting. Thank you, English Camp. You make me be more experienced English educator.

Belajar bersama Ustadzah Arni
Belajar bersama Ustadzah Arni

 

Posted in Education

Hasil Diskusi 24 April Belajar dan Pembelajaran

Dalam kesempatan ini, saya sedikit menshare apa yang diperoleh dari hasil diskusi bersama junior-junior saya di Semester 2 pada Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran kemarin (24 April 2013) *Kelas A dan B. Penjelasan yang saya paparkan di sini merupakan jawaban-jawaban dari beberapa pertanyaan hebat dari mereka. Trima kasih telah berpartisipasi aktif dalam Mata Kuliah ini, teman-teman.

1. Di dalam proses belajar pembelajaran, warga belajar harus menciptakan iklim kelas yang kondusif agar semuanya dapat bersikap positif dalam belajar dan mengajar. Dimulai dengan lingkungan belajar yang nyaman, ruangan bersih, sedikit kebisingan di dalam kelas. Guru mengawali harinya dengan senyuman, ramah, memberikan materi sepenuhnya. Akan terpancar aura semangat guru yang mengajar dan yang tidak. Kemudian, siswa. Siswa harus memperhatikan materi yang diberikan oleh guru, turut berperan aktif dalam PBM, no chat kecuali tentang materi. Masalah gosip, nanti di luar. Dengan demikian, PBM akan terasa menyenangkan. Bagi kita semua. Insya Allah.

2. Setiap individu memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Teori Humanistik bertujuan untuk memanusiakan manusia. Jadi, kaitannya dengan keduanya adalah bagaimana manusia bisa memahami diri sendiri dan lingkungannya agar dapat melakukan hal-hal yang positif demi mencapai aktualisasi diri yang baik pula. Contohnya, kita mungkin sering kali bertanya dalam diri, ‘Saya ini bagaimana? Kedepannya bagaimana? Sudah bagus gak selama ini yang saya lakukan?’ Kita akan selalu mempertimbangkan tentang hal-hal apa saja yang telah terlewati dari kita. Selalu mereview, merenungi, dan mengintropeksi diri. Kita telah dewasa, sudah dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk. Hanya ada beberapa faktor yang pada akhirnya kita harus melakukan yang buruk. Terkadang. Semuanya memiliki beberapa pertimbangan.

3. Carl Rogers membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) Belajar yang bermakna dan (2) Belajar tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan Belajar yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik. Contohnya banyak terjadi di sekitar kita, misalnya: Belajar yang bermakna (Belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita, dengan cinta dan semangat bahwa ‘Iya, saya bisa. Insya Allah!’), Belajar yang tidak bermakna (Menghalalkan dengan segala cara untuk mendapatkan nilai yang bagus. ‘Apapun itu, yang penting saya dapat A.’ Yang pada akhirnya tidak akan ada apa-apanya di kemudian hari).

4. Manusia unik tidak selamanya identik dengan manusia yang berbeda dari manusia pada umumnya. Kalau menurut saya, bukan manusia unik, tapi manusia yang unik. Karena unik itu berbeda dari yang lain. Tentunya kita sebagai manusia pasti tidak mau dibanding-bandingkan sama orang lain, karena kita memiliki ciri khas tersendiri juga. Punya kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda pula.

Sekian apa yang saya dapat paparkan dalam postingan kali ini. Jika dalam penjelasannya masih kurang lengkap, mohon ditambahkan saja di dalam kolom komentar.

Trima kasih terkhusus saya ucapkan kepada Bpk. Ld. Supardi, S.Pd., M.Pd. yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk berdiskusi bersama-sama para junior. Semoga menjadi lebih baik pada pertemuan berikutnya. 🙂 Aamiin.

Posted in Education

Hasil Diskusi 24 April Belajar dan Pembelajaran

Dalam kesempatan ini, saya sedikit menshare apa yang diperoleh dari hasil diskusi bersama junior-junior saya di Semester 2 pada Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran kemarin (24 April 2013) *Kelas A dan B. Penjelasan yang saya paparkan di sini merupakan jawaban-jawaban dari beberapa pertanyaan hebat dari mereka. Trima kasih telah berpartisipasi aktif dalam Mata Kuliah ini, teman-teman.

1. Di dalam proses belajar pembelajaran, warga belajar harus menciptakan iklim kelas yang kondusif agar semuanya dapat bersikap positif dalam belajar dan mengajar. Dimulai dengan lingkungan belajar yang nyaman, ruangan bersih, sedikit kebisingan di dalam kelas. Guru mengawali harinya dengan senyuman, ramah, memberikan materi sepenuhnya. Akan terpancar aura semangat guru yang mengajar dan yang tidak. Kemudian, siswa. Siswa harus memperhatikan materi yang diberikan oleh guru, turut berperan aktif dalam PBM, no chat kecuali tentang materi. Masalah gosip, nanti di luar. Dengan demikian, PBM akan terasa menyenangkan. Bagi kita semua. Insya Allah.

2. Setiap individu memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Teori Humanistik bertujuan untuk memanusiakan manusia. Jadi, kaitannya dengan keduanya adalah bagaimana manusia bisa memahami diri sendiri dan lingkungannya agar dapat melakukan hal-hal yang positif demi mencapai aktualisasi diri yang baik pula. Contohnya, kita mungkin sering kali bertanya dalam diri, ‘Saya ini bagaimana? Kedepannya bagaimana? Sudah bagus gak selama ini yang saya lakukan?’ Kita akan selalu mempertimbangkan tentang hal-hal apa saja yang telah terlewati dari kita. Selalu mereview, merenungi, dan mengintropeksi diri. Kita telah dewasa, sudah dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk. Hanya ada beberapa faktor yang pada akhirnya kita harus melakukan yang buruk. Terkadang. Semuanya memiliki beberapa pertimbangan.

3. Carl Rogers membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) Belajar yang bermakna dan (2) Belajar tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan Belajar yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik. Contohnya banyak terjadi di sekitar kita, misalnya: Belajar yang bermakna (Belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita, dengan cinta dan semangat bahwa ‘Iya, saya bisa. Insya Allah!’), Belajar yang tidak bermakna (Menghalalkan dengan segala cara untuk mendapatkan nilai yang bagus. ‘Apapun itu, yang penting saya dapat A.’ Yang pada akhirnya tidak akan ada apa-apanya di kemudian hari).

4. Manusia unik tidak selamanya identik dengan manusia yang berbeda dari manusia pada umumnya. Kalau menurut saya, bukan manusia unik, tapi manusia yang unik. Karena unik itu berbeda dari yang lain. Tentunya kita sebagai manusia pasti tidak mau dibanding-bandingkan sama orang lain, karena kita memiliki ciri khas tersendiri juga. Punya kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda pula.

Sekian apa yang saya dapat paparkan dalam postingan kali ini. Jika dalam penjelasannya masih kurang lengkap, mohon ditambahkan saja di dalam kolom komentar.

Trima kasih terkhusus saya ucapkan kepada Bpk. Ld. Supardi, S.Pd., M.Pd. yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk berdiskusi bersama-sama para junior. Semoga menjadi lebih baik pada pertemuan berikutnya. 🙂 Aamiin.

Posted in Education, English

Teori Behavioristik, Teori Kognitif, dan Teori Humanistik

TEORI BEHAVIORISTIK

  1. Memerlukan tujuan – tujuan pembelajaran
  2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal (entry behavior) siswa.
  3. Menentukan materi pelajaran
  4. Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil – kecil, meliputi pokok bahasan, topik tersebut.
  5. Menyajikan materi pelajaran
  6. Memberikan stimulus, dapat berupa : pertanyaan baik lisan maupun tertulis, tes / kuis, latihan, atau tugas – tugas.
  7. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa.
  8. Memberikan penguatan / reinforcement (mungkin penguatan positif / negatif), ataupun hukuman.
  9. Memberikan stimulus baru.
  10. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa.
  11. Memberikan pengamatan lanjutan atau hukuman.
  12. Evaluasi hasil belajar.

TEORI KOGNITIF

  1. Menentukan tujuan pembelajaran
  2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa.
  3. Memilih materi pelajaran
  4. Menentukan topic – topic yang dapat dipelajari
  5. Menentukan kegiatan belajar sesuai topic
  6. Mengembangkan bahan – bahan belajar
  7. Mengembangkan metode dan merangsang kreatifitas siswa.
  8. Senantiasa dilakukan penerapan
  9. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar.

TEORI HUMANISTIK

  1. Menentukan tujuan pembelajaran
  2. Menentukan materi pembelajaran
  3. Entry behavior
  4. Mengidentifikasi topic – topic pelajaran
  5. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran
  6. Membimbing siswa belajar secara aktif
  7. Membimbing siswa untuk memahami hakekat makna dari pengalaman belajar.
  8. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep – konsep baru ke situasi nyata.
  9. Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya.
  10. Mengevaluasi proses dan hasil belajarnya.

In English (Maaf ye kalau grammarnya salah-salaho):

BEHAVIORISTIC THEORY
1. Determine learning goals
2. Analyzing the current environment of this class include identifying prior knowledge of student (entry behavior).
3. Determine the subject matter
4. Breaking the subject matter  into small parts, including subject, topic.
5. Presenting the subject matter
6. Giving stimulus, it can be question, both oral and written questions, tests / quizzes, exercises, or tasks.
7. Observe and assess the responses given by students.
8. Giving reinforcement (perhaps positive / negative reinforcement), or punishment.
9. Giving a new stimulus.
10. Observe and assess the responses given by students.
11. Giving continued observation or punishment.
13. Evaluation of learning outcomes.

COGNITIVE THEORY
1. Determining learning goals
2. Identifying  the characteristics of students.
3. Choosing the subject matter
4. Determining the topics that can be learnt.
5. Determining the learning activities in accordance with topic
6. Developing learning materials.
7. Developing methods and stimulating the student creativity.
8. Always be done applying
9. Doing Assessment of learning process and outcomes.
HUMANISTIC THEORY
1. Determining learning goals
2. Determining the learning material
3. Entry behavior
4. Identifying the lesson topics.
5. Designing learning facilities such as environmental and instructional media
6. Guiding students in active learning
7. Guiding students to understand the essence of the meaning of the learning experience.

8. Guiding students in applying new concepts to real situations.
9. Guiding students to make the conceptualization of learning experiences.
10. Evaluating processes and outcomes of learning.

Posted in Education, English

Teori Behavioristik, Teori Kognitif, dan Teori Humanistik

TEORI BEHAVIORISTIK

  1. Memerlukan tujuan – tujuan pembelajaran
  2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal (entry behavior) siswa.
  3. Menentukan materi pelajaran
  4. Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil – kecil, meliputi pokok bahasan, topik tersebut.
  5. Menyajikan materi pelajaran
  6. Memberikan stimulus, dapat berupa : pertanyaan baik lisan maupun tertulis, tes / kuis, latihan, atau tugas – tugas.
  7. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa.
  8. Memberikan penguatan / reinforcement (mungkin penguatan positif / negatif), ataupun hukuman.
  9. Memberikan stimulus baru.
  10. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa.
  11. Memberikan pengamatan lanjutan atau hukuman.
  12. Evaluasi hasil belajar.

TEORI KOGNITIF

  1. Menentukan tujuan pembelajaran
  2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa.
  3. Memilih materi pelajaran
  4. Menentukan topic – topic yang dapat dipelajari
  5. Menentukan kegiatan belajar sesuai topic
  6. Mengembangkan bahan – bahan belajar
  7. Mengembangkan metode dan merangsang kreatifitas siswa.
  8. Senantiasa dilakukan penerapan
  9. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar.

TEORI HUMANISTIK

  1. Menentukan tujuan pembelajaran
  2. Menentukan materi pembelajaran
  3. Entry behavior
  4. Mengidentifikasi topic – topic pelajaran
  5. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran
  6. Membimbing siswa belajar secara aktif
  7. Membimbing siswa untuk memahami hakekat makna dari pengalaman belajar.
  8. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep – konsep baru ke situasi nyata.
  9. Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya.
  10. Mengevaluasi proses dan hasil belajarnya.

In English (Maaf ye kalau grammarnya salah-salaho):

BEHAVIORISTIC THEORY
1. Determine learning goals
2. Analyzing the current environment of this class include identifying prior knowledge of student (entry behavior).
3. Determine the subject matter
4. Breaking the subject matter  into small parts, including subject, topic.
5. Presenting the subject matter
6. Giving stimulus, it can be question, both oral and written questions, tests / quizzes, exercises, or tasks.
7. Observe and assess the responses given by students.
8. Giving reinforcement (perhaps positive / negative reinforcement), or punishment.
9. Giving a new stimulus.
10. Observe and assess the responses given by students.
11. Giving continued observation or punishment.
13. Evaluation of learning outcomes.

COGNITIVE THEORY
1. Determining learning goals
2. Identifying  the characteristics of students.
3. Choosing the subject matter
4. Determining the topics that can be learnt.
5. Determining the learning activities in accordance with topic
6. Developing learning materials.
7. Developing methods and stimulating the student creativity.
8. Always be done applying
9. Doing Assessment of learning process and outcomes.
HUMANISTIC THEORY
1. Determining learning goals
2. Determining the learning material
3. Entry behavior
4. Identifying the lesson topics.
5. Designing learning facilities such as environmental and instructional media
6. Guiding students in active learning
7. Guiding students to understand the essence of the meaning of the learning experience.

8. Guiding students in applying new concepts to real situations.
9. Guiding students to make the conceptualization of learning experiences.
10. Evaluating processes and outcomes of learning.

Posted in Education

Lelucon yang Baik Ketika Mengajar

Akhirnya bisa posting lagi, setelah mondar-mandir antara kuliah dan tugas yang selalu meminta perhatian dari Nining. :'(

Oke. Postingan kali ini mengenai cara membuat lelucon yang baik di dalam kelas ketika kita sedang berprofesi sebagai pendidik, alias ketika kita mengajar.

Sebagai seorang pendidik di dalam melakukan pembelajaran ataupun pengajaran terhadap anak didik, kita diharapkan mampu memberi kesan yang menarik dalam proses belajar mengajar sehingga anak didik merasa antusias dengan materi yang kita bawakan. Banyak cara yang bisa kita lakukan, salah satunya adalah dengan memberikan lelucon di sela-sela proses belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan agar suasana PBM tidak begitu menegangkan dan membosankan.

Pendidik dengan rasa humor yang bagus seringkali disukai oleh para peserta didik. Iya. Karena kenapa? Menurut saya pribadi, pendidik dengan rasa humor yang bagus dan bisa menempatkan humoritasnya di dalam kelas dengan tepat dapat mencerminkan keprofesionalitasnya sebagai pendidik. Ramah, baik, dan welcome. Tidak ada istilah guru killer yang akan diucapkan dari mulut para peserta didik nantinya untuk pendidik tersebut. Betul?

Namun, di dalam membawakan sebuah lelucon, kita harus tahu cara yang baik dan tepat. Jangan sembarangan menghadirkan sebuah lelucon di dalam kelas.

  • Ketika mengajar kita sebaiknya jangan keseringan membuat lelucon dalam bentuk fisik. Maksudnya dengan gaya kita yang dibuat lucu sehingga peserta didik tertawa. Hal semacam itu wajar saja dilakukan, akan tetapi jangan terlalu keseringan karena dapat mengakibatkan seorang pendidik itu akan dianggap remeh oleh peserta didiknya.
  • Lelucon dalam bentuk verbal adalah salah satu cara yang tepat untuk menciptakan ‘kehidupan’ di dalam kelas. Jika kita sudah merasa bahwa peserta didik sudah mulai jenuh dan tidak mood mengikuti pelajaran, maka lelucon verbal inilah bisa menjadi salah satu ‘penolong’ kita untuk membangkitkan lagi gairah peserta didik dalam mengikuti PBM.
  • Di dalam menghadirkan lelucon, sebaiknya jangan sembarang lelucon. Usahakan leluconnya juga menyangkut pendidikan. Istilahnya, lelucon yang edukatif lah.
*garis-garis besar dari isi artikel ini adalah hasil penjelasan Bpk Ld. Supardi, S.Pd, M.Pd. di dalam mata kuliah Belajar dan Pembelajaran, dan saya berusaha mengembangkannya sebaik mungkin hingga seperti ini. *semoga artikelnya tidak membuat Anda bingung. 🙂
Terima kasih, Pak Pardi… 🙂