Posted in Friend, Life, Love

Our Youth

source pic: http://netsains.com/

Masa muda. Nggg… Masa muda itu seperti apa sih? Bagaimana wujudnya? Barang ya?
*aduh, rupanya saya ngawur lagi nih. Maaf, readers… 🙂

Menulis topik tentang Masa Muda ini terinpirasi oleh seorang teman yang kemarin pagi berSMSan ria dengan saya. Kebetulan pendapat yang dia kemukakan bertolak belakang dengan pikiran saya. Sempat bilang trima kasih karena perbedaan pendapatnya. Soalnya bisa dijadikan bahan tulisan lagi di sini. 🙂

Intinya, di dalam SMS kita itu berbicara tentang cinta dan prinsip. Salah satu isi dari SMS yang dikirimkannya ke saya, bilangnya begini, “Hanya ada juga yang bilang, jangan sia-siain masa muda. Hehehe…. Cari pengalamanlah dalam hal percintaan. Soalnya dunia percintaan itu rumit banget.

Pernyataan yang dikemukakan sih saya setuju-setuju aja. Masa muda memang jangan disia-siakan. Sebaiknya kita isi dengan kegiatan-kegiatan positif, siapatahu bisa berguna bagi orang lain. Contohnya? Ngeblog, sharing pengalaman. Tentunya kita menulis kan. Kita produktif lagi donk. Setidaknya kita punya karya yang bisa dibaca banyak orang lewat blog. *Contoh ngawur. 😀

Saya pun langsung membalas SMS tersebut:
Walaupun cari pengalaman, tapi seenggaknya, gak harus pengalaman dalam dunia percintaan kan? Masa muda sih masa muda. Harus dimanfaatkan dengan baik-baik. Kegiatan positif tentunya. Oke?

Pernah, saya menulis status tentang masa muda gitu. Kalau nda salah Status saya seperti ini: “Harus pintar lihat celah. Manfaatkan masa muda dengan baik. Insya Allah bisa!!! AMIN.”

Hehehe… Komentarnya asyik-asyik euy. Pokoknya kita semangat!!! Punya tujuan jelas. Supaya gak ‘belok kiri-kanan’. Focus on main destination. 🙂 Insya Allah it’s achieved yang penting seriously.

Sambung ya… Balik ke isi SMS tadi. *yang diBOLD itu.
Menurut pandangan subjektif saya. Pengalaman dalam dunia percintaan. Ngggg, dengan cara apa kita bisa mendapatkan pengalaman di bidang itu?
Mengalaminya?
Tandanya? Harus pacaran dengan beberapa orang yang berbeda? Gitu? Hehehe… *Nyerah dah kalau mau harus begitu caranya. Saya kurang setuju. Apalagi yang berhubungan dengan perasaan. Busyeettt, ampun dah. Saya mah, mungkin untuk mendapatkan pengalaman (yang lebih banyak) tentang lope-lope, hanya menjadi a good listener dari sobat-sobat yang lagi curhat tentang pacarnya ke saya. Tentang hubungan mereka, entah itu masih baik-baik saja atau tidak baik-baik saja. Dari situ saya biasanya mendengarkan saja dan kadang juga ngasih solusi *walaupun saya sendiri belum punya banyak pengalaman tentang itu. 😀 Kan masih ‘under age‘. Hihihihi…

*Teringat sama SMS sahabat saya tadi sore euy mengenai pengalaman.
Kita tidak akan pernah tahu rasanya sebelum kita mengalami sendiri. Saya bisa bilang karena sudah pernah alami. Tidak akan sama kalai tidak dialami sendiri. Masing-masing orang punya pengalaman berbeda, dari pengalaman-pengalaman itu makanya kita jadi orang yang berbeda dari orang lain, Ning. Oleh karena itu, tidak ada manusia yang karakternya sama, meskipun mirip.

Hmmm. Kembali ke topik lope-lope tadi ya.
Memang masalah cinta itu memang rumit. Semakin dewasa secara fisik, masalah itu akan semakin complicated. Dan selalu, cinta dan pekerjaan adalah dua hal yang mendominasi kehidupan manusia di usianya yang dewasa itu. Apalagi masih muda begini. Beegghh, Keras kehidupan, kawan! 😀

Posted in Education, English

My Little Sister in Learning English

Mengetahui keinginan anak kecil yang ingin belajar bahasa asing alias bahasa Inggris tentunya sangat menyenangkan. Sepertinya. 😀 Apalagi keinginan itu berasal dari adik saya, Nala.

Tiap melihat saya, pasti Nalanya minta mau diajar bahasa Inggris.
‘Iya. Iya. Nanti Ning ajar,’ begitu terus kalau mencoba menghindari ajakannya. Bagaimana tidak, kesibukan saya yang selalu menjadi penghalang. -____-” Maaf ya, Nala. Sengaja… 😀 *becanda denk…

Kebetulan tanggal 14 September kemarin saya lagi punya waktu kosong, maka belajar sambil bermainlah kita berdua di teras belakang rumah. Pagi.
Saya merasa kalau mau mengajarkan sesuatu pada anak kecil itu harus disertai dengan media alias alat peraganya. Apalagi ini berkaitan dengan penggunaan bahasa asing, biasanya cuma bermodalkan papan tulis putih dan spidol hitam ketika dalam proses belajar mengajar bahasa Inggris. Saya merasa metode itu tanpa WARNA. Tidak menarik, bukan? Apalagi ini tipe lingkungannya adalah anak-anak. Kita tahu sendiri kan anak-anak itu maunya seperti apa. FULL COLOR.

Kemarin kami belajar tentang nama-nama warna. Terus, minta tolong sama Nala untuk mengambilkan semua spidol warna yang dimilikinya. Pertama sih saya membuatkan bundaran warna-warni di sisi kertasnya sesuai warnanya. Kalau warna hijau, bundarannya berwarna hijau, dsb. Kemudian saya meminta Nala untuk menulis dan menghafalkan nama-nama warna sesuai warna yang ada. Berapa kali menghafal perbendaharaan kata tersebut, saya langsung meminta Nala untuk mengeluarkan semua spidol warnanya dan menyebutkan nama warnanya in English satu per satu. Hahahaha… Satu kali melirik lembar jawaban. Awas ya…

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=wquvUg5B0kw]

Memang ya kalau mengajar anak-anak harus penuh dengan keSABARan dan selalu senyum semangat. 😀 Harus memberikan pujian dan penghargaan atas hasil kerja kerasnya dalam belajar bahasa Inggris… Ini masih alhamdulillah karena yang diajar cuma satu, coba kalau di dalam ruangan yang jumlah muridnya ada 30 orang dengan berbagai macam karakter. Apakah saya masih bisa SABAR dan senyum semangat??? 😀
*Meragukan.

Posted in Friend, Life, Love

‘Renungan Buat Ibu’ dari Pak Guru

Tepatnya tanggal 26 Agustus 2011 Pak Guru saya, L.M. Syahrir, mentagkan sebuah note on Facebook, judulnya Renungan Buat Ibu. Isinya sangat menyentuh. Ada 9 orang yang me-LIKE note dari pak guru dan empat siswinya mengomentari catatan itu. Semuanya terharu membaca note itu.

Penasaran? Ini dia.

RENUNGAN BUAT IBU

by Lm Syahrir on Friday, August 26, 2011 at 9:22pm

Ibu …. semalam engkau datang padaku… setelah sekian tahun kita tak bertemu….

Ibu … di malam jumat 26 ramadhan engkau datang mengunjungiku… seakan engkau datang menyirami hatiku dengan cahaya-cahaya kasihmu yang sudah cukup lama tidak kurasakan lagi…

Ibu… apakah engkau tahu bahwa anakmu sekarang sedang galau.. sebagaimana dahulu engkau paling tahu keadaan anakmu ini… walau jarak memisahkan kita berdua…

Ibu… masih lekat dalam ingatan ananda… bahwa begitu eratnya hubungan batin yang terjalin di antara kita berdua… lebih dari kakak-kakakku yang lain…. engkau sakit pada saat anakmu di negeri orang sakit…. dan anak tiba-tiba merasa resah dan gelisah… pada saat ibu merasa sedih….

Ibu… adakah makna lain dari kedatanganmu kali ini… selain untuk memuaskan dahaga kasih sayang bagi anakmu setelah sekian waktu engkau meninggalkanku….  apakah ibu merasa tidak nyaman di tempat ibu sekarang berada sehingga ibu ingin agar anak mengirimkan apa-apa yang terbaik bagi ibu….

Ibu … semalam ananda sangat bahagia…. anak dapat menikmati wajah ibu yang bercahaya… anak dapat mengelus kembali rambut ibu yang panjang, lurus dan harum… dan ananda dapat menggendong ibu kembali… sebagaimana dulu sering ananda lakukan….

Ibu… ananda sangat rindu pada mu…. walau akhir-akhir ini aku jarang sekali menyambangimu… tetapi ananda tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menoleh pada ibu di saat ananda lewat di kediaman ibu…. seraya melambungkan doa-doa dalam hati… semoga ibu senantiasa mendapatkan kelapangan, penerangan, dan kebahagiaan di kehidupan ibu sekarang….

Ibu… ananda sadar bahwa di saat ibu meninggalkan ananda… masih ada 2 harapan ibu yang belum ananda penuhi…. maafkan ananda ibu… ananda hanyalah manusia yang penuh dengan keterbatasan.. namun demikian.. ananda akan tetap mengusahakan hal tersebut agar dapat terwujud sebagaimana harapan ibu…. walau ibu tidak sempat lagi merasakan dan menikmati hal itu… sebagaimana yang senantiasa berulangkali ibu inginkan pada saat kita masih

bersama-sama….

Ibu … kembali ananda terkenang saat-saat indah sewaktu ananda masih kecil hingga besar…. selama waktu itu… tidak pernah terlewatkan waktu kita berdua… dimana ananda sering meletakkan kepala ananda di pangkuan ibu yang damai… ibu mengelus kepala ananda dengan seganap rasa cinta kasih yang paling tulus dari pada apapun yang pernah anda kecap di dunia ini… dan pada saat itu… mengalirlah cerita-cerita indah dan nasehat serta amanah-amanah… yang hingga sekarang masih ananda ingat dan menjadi patron hidup ananda ibu….

Ibu… ananda menyadari bahwa pada saat ibu pergi… belum banyak yang dapat ananda perbuat pada ibu.. yang dapat membahagiakan ibu… walau ananda tahu bahwa ibu tidak pernah menuntut hal itu….

Masih lekat dalam ingatan ananda… obrolan kita pada saat ananda mengintropeksi diri ananda atas sikap dan perilaku ananda terhadap ibu… yang senantiasa ananda lakukan setiap saat…. “ Ibu… dalam satu bulan terakhir ini… apakah ananda melakukan hal-hal yang membuat ibu tidak berkenan dan menyusahkan hati ibu “….. ibu selalu menjawab dengan penuh kasih : “Anakku… tidak ada satupun dari sikap dan perilaku yang ananda perlihatkan pada ibu yang menyusahkan hati ibumu ini… yang ibu rasakan darimu anakku…. ananda senantiasa membuat ibu senang dan bahagia “

Oh Ibu…. betapa dalam perasaan cintah kasih yang engkau  curahkan pada anakmu ini….

Ibu … tadi pagi aku datang di atas pusara ibu… dan menghaturkan doa-doa terbaik yang bisa dihantarkan oleh seorang anak kepada orang tuanya yang telah tiada… semoga ibu senantiasa mendapatkan kelapangan… penerangan… dan kasih sayang dari Sang Khalik yang sudah menetapkan untuk memanggil ibu kembali keharibaannya….

Oh Ibu… semoga ibu dapat dengan tenang menjalani masa penantian di alam Barzakh… saat ini ananda belum dapat mengikuti ibu… karena saat yang ditetapkan kepada ananda mungkin belum tiba…. tetapi satu yang ananda senantiasa harapkan…. pada saat waktu yang ditentukan pada ananda tiba… dan anandapun dipanggil menghadap kepada Sang Khalik…. ananda berharap dapat bertemu ibu dalam keadaan yang lebih bahagia… dari segala

kebahagiaan yang pernah kita rasakan di dunia ini….

Duhai Ibu… ananda sangat merindukan pertemuan denganmu kembali….

Allahuma… Rabbighfirli waliywaliydayya warhamhuma kamaa rabbayyani saghiroh….

Ibu….

Bagaimana? Apakah Anda tersentuh ketika membaca catatan yang dibuat dengan hati ini?

Dari sinilah awal ketidakbisaan saya dalam menganalisa. *Wuihhh, saya kalah, readers, kalau bicara menganalisa kata-kata itu. -_-” Maaf. Atau saya yang kurang konsen?

Oke. Lanjut.
Catatan ditulis pada tanggal 26 Agustus, tiba-tiba SMS masuk tanggal 28 Agustus. Dari Pak Guru.

Ning… Di catatanku yang terakhir itu ada sst yg aku ingin kalian sring lakukan.. kr2 apa yo..

Karena kebetulan malam itu saya kedatangan tamu alias teman-teman SD, saya meminta izin sama beliau untuk membalasnya setelah mereka pulang.

Esoknya. SMS masuk lagi. Dari Pak Guru. 0.O

Manami jwbnx ditunggu dr td malam

OMG. Saya lupa.  Saya tidak menepati janji karena ketiduran. *Maaf, ya, Pak Guru 🙁

Mulailah saya menjawab dengan jawaban yang tidak begitu baik. -_-”
Sayang, isi SMS untuk pak guru telah terhapus secara otomatis di HP saya. Jadi tidak bisa mempublishnya dalam artikel ini.
*Pak Guruuu, saya  minta maaf. Jawabannya tidak memuaskan…

Jawaban pertama saya. *kalau tidak salah ingat intinya seperti ini:
Kita harus saling menyayangi satu sama lain.”
Balasan SMS dari Pak guru. “Bukan itu.”

Jawaban kedua saya. *kalau tidak salah ingat.
Kita harus mematuhi segala perintah orang tua. Buat mereka bahagia. Selalu mendoakan mereka dengan segala kebaikan-kebaikan.
Balasan SMS dari Pak guru. “Itu sudah keharusan, g usah dibilang.. jd bkn itu jg.

#JEGLEK…
Saya langsung minder… Seperti nggak punya potensi apa-apa di dalam menganalisa catatan itu. Saya yang kurang baca, kurang paham, atau kurang merasakan isi catatan itu? Sampai-sampai semua jawaban yang saya kirimkan ke Pak Guru salah.
*Deehh. Hampir putus asa.

Akhirnya, saya kembali mengirim SMS ke Pak Guru berkat bantuan sahabat saya, Mega.  *Sudah hampir putus asa menemukan jawaban yang tepatnya.

Jawaban ketiga. “Manfaatkan wktu sebaik2x dgn sll berbkti kepada ibu slagi beliau msh shat karena kita tidak akan tahu sampai kapan ibu bersama kita.
Balasan SMS dari Pak Guru. Tidak ada. :'( *Sedddiiihhh… Padahal saya penasaran sekali dengan jawaban yang diinginkan pak guru itu.

Cek per cek, saya membuka Facebook. Ada notifikasi, Pak Guru mengomentari catatan Renungan Buat Ibu. Dan taraaaaa… Pak Guru telah menuliskan jawaban itu. *Mungkin. Perasaan saya kok bilangnya iya.

Membaca komentar dari Pak Guru itu, saya sadar. Telah banyak kesalahan yang saya lakukan kepada kedua orang tua. Saya malah pernah membuat mereka menangis. Utamanya kepada Mama. Iya, karena kelakuan saya. Saya akui itu. Saya masih belum bisa menjadi anak yang baik rupanya. Maafkan saya, Mama.

Setiap yang saya minta, mereka selalu berusaha untuk memenuhi permintaan itu. Tapi, setiap apa yang mereka minta, kadang saya berusaha untuk menolaknya. Malaslah, tidak mau lah, yang jelas tidak mau melakukan apa yang mereka minta. Padahal cuma pekerjaan ringan saja. Saya malah merasa masih kurang baik sebagai anak kepada orang tua dan kakak dari kedua saudara saya.
Oke. Mari kita lanjutkan cerita tentang catatan Pak Guru sebelum saya membahas terlalu jauh curhatan saya. Jangan biarkan saya menangis lagi ketika menulis di paragraf ini. -_-“

Komentar Pak Guru menyadarkan hati kecil saya kalau saya sudah seharusnya begitu. Harus bisa membahagiakan mereka. Seenggaknya berusaha mematuhi perintah mereka. Berbuat apa yang diinginkan mereka hingga mereka bisa tersenyum. Karena saya belum siap kehilangan mereka berdua untuk saat ini. Masih banyak hal yang saya belum lakukan untuk kebahagiaan mereka. Saya masih ingin bersama-sama mereka. Walaupun memang, terkadang apa yang mereka inginkan dari kita tidak selamanya sejalan dengan apa yang kita ingin lakukan. Dan hal inilah yang kadang berat untuk kita lawan. Antara keinginan diri sendiri dan orang tua yang berbeda arah.

Ada satu kata yang bisa meluluhkan hati ini *menurut saya. Kita harus IKHLAS. Iya. Segala yang kita lakukan untuk mereka harus dengan jalan IKHLAS. Iya. Ikhlas karena Allah. Saya juga masih belajar untuk bagaimana bersikap ikhlas melakukan apa yang orang tua inginkan ketika harus berlawanan dengan keinginan saya.

Pak guru, terima kasih untuk catatan dan komentarnya. Maaf, Pak. Saya belum bisa menjawab pertanyaan pak guru itu. Mungkin saya terlalu bodoh untuk menganalisa isi catatan itu atau mungkin saya masih kurang paham akan catatan itu. Pak guru, saya minta maaf dan terima kasih.

*Karena komentar Pak guru di catatan itu, saya akhirnya menanamkan kata-kata beliau di dalam pikiran dan hati dengan baik-baik setiap orang tua saya mulai berinstruksi. *LEBAY…. :p
Ketika saya rasa sanggup melakukan apa yang orang tua inginkan hingga mereka bisa tersenyum, saya akan jalankan. Kalau tidak, mmm… sepertinya saya harus belajar lagi.
Posted in Friend, Life, Love

Untuk Sahabat-Sahabatku Tersayang

sumber: google

Untuk sahabat-sahabatku tersayang. Kali ini adalah kali kedua saya menangis. Kemarin malam saya menangis dan kali ini saya menangis lagi, ketika sebelum saya menulis tulisan ini. Mungkin karena saya orangnya terlalu mengandalkan perasaan hingga akhirnya saya sering suka menangis. Saya terlalu cengeng. Iya. Tapi, tak apalah. Saya sudah seperti ini. Perasaan saya, sifat saya, dan pembawaan saya yang terlalu sensitif terhadap sesuatu yang dirasa terlalu touching dan berujung pada tangisan. *PARAH. >.<

Saya menangis bukan karena saya patah hati sama seseorang, saya menangis bukan karena saya ada masalah dalam keluarga, saya menangis bukan karena itu. Saya menangis karena terlalu peka terhadap keadaan di sekitar saya. Saya tidak perlu mengumbarnya di sini, cukup dibaca saja apa yang saya tulis *bagi yang mau membaca.

Oke. Lepas dari itu. Saya sempat mendapatkan kumpulan kata-kata yang berguna bagi kita semua. Sebetulnya, ini bisa dianggap sebuah pengingat bagi saya agar tetap berada pada norma-norma yang telah ditentukan. Utamanya ketika kita menjalin persahabatan dengan seseorang. Jadi, apa salahnya saya menuliskannya di blog ini, bukan? Ingat ya, saya cuma menshare, tidak bermaksud menggurui karena saya juga masih proses pembelajaran. Teruntuk yang menciptakan kata-kata ini hingga sampai kepada saya, saya ucapkan terima kasih banyak. Setidaknya dengan kata-kata ini bisa membuat perasaan saya lebih tenang dari sebelumnya.

“Salah paham di antara sahabat itu wajar. Mungkin karena ada sesuatu yang membuat salah satu pihak kecewa. Orang bilang pada saat kita memiliki sahabat akrab, kita harus siap karena orang yang berpotensi membuat kita kecewa adalah orang terdekat dengan kita, jadi semua itu harus disikapi secara bijaksana.

Masalah yang muncul itu sebagai tuntutan kedewasaan dari masing-masing pihak. Kalau kita bisa berbesar hati dan jiwa (menerima kelebihan dan kekurangan sahabat kita) dengan masalahnya itu dan beritikad baik untuk menyelesaikannya, justru kita akan lebih dewasa dari sebelumnya dan persahabatan kita akan lebih baik dan berkualitas ke depannya.

Kita bersahabat. Tentunya kita akan semakin akrab, bukan? Namun, semakin erat persahabatan kita dengan seseorang, kita harus menjaga diri, bukan semakin los dalam segala hal. Bisa saja, tapi harus terukur, kita harus tetap memperhatikan batas-batas kewajarannya. Ini salah satu hal yang harus diingat. Mengapa kita tidak seharusnya semakin los dalam segala hal ketika kita sudah bersahabat dengan seseorang? Selama kita menjadi manusia kita harus ingat, dalam sadar ataupun tidak sadar, pasti akan ada khilaf dan seorang sahabat akan lebih cepat kecewa dengan hal itu daripada yang bukan sahabat.

Kata orang pengalaman itu adalah guru terbaik. Semoga bagi kita yang lagi berselisih paham dapat saling menerima kelebihan dan kelemahan yang lain dengan IKHLAS. Itu kata kuncinya. Dengan ikhlas Allah akan memberikan lebih dari apa yang kita harapkan. Walaupun memang, pada mulanya untuk bersikap IKHLAS itu pun sulit untuk dijalankan. Bagaimanapun banyaknya orang akan menasihati kita tentang keikhlasan itu bagaimana dan dampaknya, jikalau kita sendiri masih belum bisa mau membuka hati, tentu saja itu akan terlihat sia-sia.

Saya hanya berharap semoga kita bisa menjadi pribadi-pribadi yang baik dari sebelumnya. Ini hanyalah sebuah proses pendewasaan bagi kita semua untuk menyikapi sebuah masalah dengan pikiran yang lebih matang lagi. Sekarang yang kita butuhkan adalah pemahaman atas kepribadian diri sendiri dan sahabat-sahabat kita.

Yang menuliskan hampir sebagian kata-kata ini sangat berharap banyak dari seorang sahabat, karena hanya karena bersahabat karena Allah, orang akan mendapatkan kebaikan-kebaikan dari sebuah persahabatan. Yang menuliskan ini menyampaikan bahwa persahabatan itu sangat diinginkan dalam Islam. Salah satu golongan yang akan mendapatkan naungan di hari Mahsyar, di hari yang tidak ada naungan sama sekali kecuali 7 golongan, adalah orang-orang yang bersahabat karena iman kepada Allah.”

Lewat tulisan ini, saya hanya ingin menumpahkan apa yang saya rasakan saat ini. Saya juga memohon maaf atas segala kesalahan saya terhadap kalian (sahabat), yang pernah saya lakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja. Saya memang tidak terlihat sempurna karena saya juga pernah melakukan kesalahan, sampai detik ini pun saya sengaja atau tidak sengaja melakukan kesalahan itu. Bagi yang pernah menjadi korban kesalahan saya, saya mohon maaf amat sangat.

Mungkin kata MAAF tidak cukup, tapi seenggaknya saya sudah berani jujur atas kesalahan yang saya lakukan, utamanya yang tadi malam menelpon saya. Minta maaf karena saya belum bisa menempatkan posisi yang baik dalam keadaan seperti ini. Terkadang kita harus berbelok arah dari yang telah ditentukan demi kebaikan kita bersama dan saya tidak berpikir ke arah itu akibatnya mungkin akan membuat keadaan menjadi tambah runyam. Mianhae…  Saya minta maaf atas kecerobohan saya.

Posted in Friend, Love, SMAN 1 Baubau

Guru Tercinta Kami

Ning, P’Syahrir, dan Kiky

Bila bercerita tentang guru, maka akan banyak tipe guru versi anak didik. Ada tipe guru baik hati, guru killer, guru paling rajin, guru paling malas, guru cakep, guru cantik, dan lain-lain. Ya, semua itu adalah warna-warni dunia pendidikan, utamanya dalam dunia belajar, pembelajaran, dan pengajaran, khususnya di sekolahan. Antara pendidik dan peserta didik. 🙂

Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan mudah. Menurut saya, menjadi seorang guru harus bisa memiliki kesabaran yang ekstra menghadapi anak didiknya. Entah karena sikapnya ataupun tingkat pemahamannya dalam menerima pelajaran yang kita berikan. Seorang guru harus mampu mendidik anak didiknya menjadi pribadi yang baik. Harus ada perubahan ke arah yang lebih baik. Kira-kira demikian. *Kalau Nining PPL nanti kira-kira bisa kah? **SEMANGAT!!! Insya Allah bisa… 🙂

Dan karena ini bercerita tentang guru, maka Nining akan bercerita tentang guru tercinta Nining dan kawan-kawan semasa SMA di SMAN 1 Baubau. Seorang guru yang sangat dicintai para anak didiknya. Beliau adalah guru Kimia kami, L.M. Syahrir, S.Pd.
Beliau bukan hanya seorang guru bagi kami, akan tetapi seorang bapak yang senantiasa memberikan kasih sayang buat anak-anaknya. 🙂

Begitu besar perhatian yang beliau berikan kepada kami. Dengan segala kemampuan yang ada, beliau berusaha melakukan yang terbaik buat kami. 🙂
Ingin sekali menjadi guru seperti Pak Syahrir jika nantinya Nining akan menjadi guru. Kalau. Jika. Seandainya.

Dicintai oleh anak didik dengan sejuta kebahagiaan, ada perasaan senang tersendiri tentunya.

“Ketika kita menjadi seorang guru, sebaiknya didik dan ajarkanlah kepada anak didik dengan hati yang ikhlas dan penuh cinta. “ Mungkin ini yang Pak Guru lakukan. Mmm… Tentu saja. Iya kan, Pak?

Terima kasih ya, Pak. 🙂

Tak heran jika anak-anak TOS (Twelve One Sains), angkatan 2011 SMANSA, dan Nining, angkatan 2009 SMANSA,  juga beberapa hari yang lalu datang berkunjung ke rumah Pak Syahrir. Huaaa… Senangnyaaaa… >.<

bersama Pak Syahrir tercinta >.<

Semoga silaturahmi ini akan terjalin selamanya… 🙂

Posted in Education, Life

Pengaruh Diskriminasi Terhadap Anak dan Orang Tua

Emi Nur Hayati

Islam menawarkan pendidikan yang baik dan sesuai dengan fitrah manusia. Pendidikan ini bisa terlaksana dalam lingkungan keluarga. Karena lingkungan keluarga adalah basis pertama bagi setiap manusia di mana manusia dari sana bisa belajar nilai-nilai agama. Anak adalah amanat besar kedua orang tua yang akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah swt. Telah dipesankan kepada kedua orang tua yang memiliki anak lebih dari satu untuk berlaku adil di hadapan mereka dan menjauhi pilih kasih dan diskriminasi. Rasulullah saw bersabda: “Berlaku adillah di antara anak-anak kalian dalam memberi, sebagaimana kalian juga suka mereka berbuat adil terhadap kalian dalam menghormati dan menyayangi”.

Islam tidak menerima diskriminasi dan ketidakadilan dalam perilaku lahiriah dari kedua orang tua terhadap anaknya. Khususnya anak yang sesama jenis. Sekalipun tidak sesama jenis Islam juga tidak menerimanya. Ada riwayat yang menunjukkan tentang lebih mendahulukan anak perempuan daripada anak laki, dan hal ini ada alasannya; misalnya ketika ayah datang dari luar dan membeli sesuatu maka harus ditunjukkan kepada anak perempuan terlebih dahulu. Alasannya karena anak perempuan lebih sensitif dari anak laki-laki. Rasulullah saw bersabda: “Berlakulah sama di antara anak-anak kalian dalam memberi. Seandainya aku harus mengutamakan salah satu maka akan aku mengutamakan orang-orang perempuan”. Continue reading “Pengaruh Diskriminasi Terhadap Anak dan Orang Tua”