A Brief Info of This Comic:
Author : Raditya Dika
Ilustrator : Milfa Saadah
Publisher : GagasMedia
Page : vi + 130 pages
Edition : First Edition
Year : 2016
ISBN : 979 – 780 – 854 – 8
Jadi ceritanya hasil karya terbaru penulis kesukaan saya, Raditya Dika (RD), telah terbit Februari 2016 ini. Alhamdulillah. Sebenarnya tidak ada niat untuk mau membeli secara inden karena this is a comic, not a book. Tapi, karena junior yang sama nge-fansnya sama RD, Nanang Alfianti, berhasil membujuk saya dengan kalimat persuasifnya. 😀 Maka jadilah, saya inden di Gramedia Panakukkang, dia inden via online. Hehehe… Gimana bukunya, Nang? Udah tiba? 😀
Well, saya indennya tanggal 4 Februari 2016 di Gramedia Panakukkang. Dua minggu kemudian, 19 Februari 2016, saya ditelpon dari pihak Gramed bahwa komiknya sudah dapat diambil. Hari itu juga saya go to MP and grab it fast. Thank you buat Nova yang sudah menemani waktu inden dan Hikma waktu ngambil komik ini. Begini nih, pengaruh adik sudah duluan balik ke Baubau dan saya masih stay di sini untuk menyelesaikan tugas besar. Berani bertindak, berani bertanggung jawab. Berani sekolah, berani menyelesaikan nya dengan baik dan tepat waktu. >.< Aamiin.
Kembali ke topik. Jadi, sesuai apa yang dikatakan RD kalau pesannya secara inden dapat kaos dan tanda tangannya dan Milfah, sang ilustrator. Yaa, alhamdulillah sekali, saya dapat seperti apa yang dijanjikan. Ini adalah kedua kalinya hasil karya RD yang saya lakukan for the sake of getting ori signature from him. 😀 Tinggal ketemuan langsung yang belum terwujud. Smoga dapat terealisasi. Aamiin. >.< Btw, gambar kaosnya agak gimanaaa gitu. Rada-rada gak setuju. Soalnya tidak mewakili perasaan. Hahaha. Tapi lucu saja. Kayak ada manis-manisnya gitu. 😀 Oh iya, kaosnya warna putih, ukurannya pas sama badan kecil kayak saya. (y) (y) Makasih makasih, Bang RD.
Komik RD ini memiliki enam tema di dalamnya, yaitu: Naksir, Pacaran, Mantan, Baper, Jomblo dan Kegelisahan. Busyeeettt… Waktu pertama liat topiknya, bebetul ini la Radith ee… Cinta semua pwa. Iya, semua tentang keadaan di sekitar kita, entah itu pengalaman diri sendiri atau orang lain. Hampir semua cerita dari komik ini membuat saya dari tersenyum kecut sampai tertawa terbahak-bahak. LOL. Bang Radith, kok kamu lucu romantis kreatif begini sih?Â
Dari sisi kemasan, RD sangat kreatif dalam memproduksikan segala bentuk idenya ke dalam wadah yang bisa dinikmati orang banyak. Seperti ini nih. Cuma gara-gara twit, bisa dibuat komik. Kemasan ide yang bagus kan? Keren deh.
Komik ini adalah salah satu hiburan di sela-sela menyelesaikan big project saya. Cukup terhibur dengan kehadirannya di sini. Walaupun cuma sebuah printed comic, but it gives happiness for me. Alhamdulillah. Mmm, dengan ini saya merekomendasikan bagi siapa saja yang butuh candaan ringan untuk membaca Komik Dari Twit-nya Raditya Dika. 😀
“Karena kegelisahan ada baiknya ditertawakan”. Happy Satnite, guys! 😀
Jadi ceritanya, pada tanggal 7 – 13 Februari 2016 kemarin, ada sebuah kegiatan English Camp SMP Islam Terpadu Yayasan Al-Fikri Makassar bekerja sama dengan GAU ASE (Global Action of Utility Achievement of Spiritual Enlightment) di Kelurahan Tompobalang dan Taman Prasejarah Leang-Leang, Bantimurung, Maros. Pesertanya berjumlah 27 orang yang terdiri dari 20 siswa dan 7 siswi. Didampingi oleh 2 guru pembina Al-Fikri (Ustadz Irham dan Ustadzah Kurnia) dan 4 tutor bahasa Inggris (Kk Arni, Kak Asdar, Kak Sahlim dan saya, Nining Syafitri). Kalau bisa dibilang, this is my first time to be a tutor in English Camp. Yaa, Alhamdulillah, hitung-hitung dapat kesempatan untuk menambah pengalaman mengajar.
Acara Pembukaan English Camp di Taman Leang-Leang
Pembukaan berlangsung pada tanggal 7 Februari 2016 dihadiri oleh para siswa, orang tua murid, para guru SMP Al-Fikri, tutor, Kepala Sekolah SMP Al-Fikri; Bapak Ahmad M. Abdullah, S.Ag., M.I.Kom, dan Direktur GAU ASE sebagai Penyelanggara Kampung Bahasa Bantimurung, Bapak Andi Samsurijal, S.S., M.Hum di Taman Prasejarah Leang-Leang. Sedangkan Kegiatan Penutupan diadakan pada tanggal 13 Februari 2016 di pondokan Kel. Tampobalang dan dihadiri oleh para siswa, pemilik pondokan; Bapak H. Lahab, para guru Pembina dan para tutor.
Foto Bersama bersama H. Lahab dan Nyonya
Dalam acara penutupan, baik Pak H. Lahab ataupun guru Pembina memberikan sepatah dua kata tentang kegiatan English Camp tersebut dan tidak lupa juga nasehat untuk para siswa agar tetap menjadi yang baik sesuai jalan Allah. Saya masih ingat salah satu nasehat yang dikatakan Pak H. Lahab untuk para siswa, “Jadilah seperti padi, makin berisi makin merunduk.” Harus rendah hati. Tidak boleh sombong. Pepatah tentang padi yang umum terdengar, namun saya baru melihat dari dekat  dan langsung bagaimana padi itu merunduk. Hehehe.
“Jadilah seperti padi, makin berisi makin merunduk”
Selain itu, Ustadz Irham di akhir acara penutupan sebelum sesi foto bersama dan ramah tamah dengan Bapak dan Ny. H. Lahab, ada pembacaan juara masing-masing kategori, yaitu the highest score, the most favorite, the most diligent, the funniest, the most active and the most excited.
Aktifitas kami
Oh ya, kegiatan kami setiap pagi adalah berolahraga, makan pagi, kemudian berjalan dari pondokan menuju Taman Prasejarah Leang-Leang untuk belajar di sana. Jaraknya lumayan jauh. Tapi, hal itu menyenangkan karena di sepanjang perjalanan, kami disuguhi pemandangan yang alami sekali. Hijau semua. Disarankan sih harus ada fasilitas yang memadai, seperti penyewaan sepeda. Sehingga para murid tidak harus berjalan kaki terus-menerus.
Belajar sambil Bermain
Alhamdulillah. Di taman tersebut, kami menghabiskan waktu dengan belajar dan bermain. Syukurnya adalah terdapat sebuah masjid di depan taman tersebut, jadi para siswa, guru dan tutor dapat shalat di mesjid tersebut. Kemudian melanjutkan aktifitas hingga sore hari menjelang shalat Ashar. Malamnya selepas Maghrib, mereka melakukan Muroja’a (menghafal hafalan Al-Qur’an yang telah dihafal). Hari pertama bersama mereka, saya pribadi WOW WOW dengar mereka melakukan muroja’a. Masih SMP, sudah jadi penghafal Al-Qur’an. Apa kabarnya saya? Jadi malu sendiri. Mereka hebat-hebat. Dilanjutkan makan malam dan shalat Isya, kemudian learning English together. Setelah itu, it’s time to take a rest.
English Survival
Selain belajar seperti biasa, di English Camp ini diadakan kegiatan English Survival di Taman Prasejarah Leang-Leang. Di mana kegiatan ini seperti melakukan suatu perjalanan dari pos ke pos, dari pos 1 hingga pos 4 dengan syarat harus mendapatkan pita dari masing-masing pos. Caranya adalah dengan menjawab pertanyaan berbahasa Inggris dari masing-masing penjaga pos.
Mr. Abdi dan Mr. Hamka
Lanjut, hari-hari berikutnya kami mendatangkan tamu pengajar, seperti native speaker berkebangsaan Amerika, yaitu Mr. Abdi. Beliau menetap di Makassar dan memiliki sebuah kafe, Be Smart Coffee, di mana kafe tersebut dijadikan tempat belajar Bahasa Inggris bagi para pengunjung yang ingin belajar bahasa Inggris. Di hari itu, para siswa akhirnya dapat berinteraksi langsung dengan native speaker, melalui diskusi dan permainan. Kemudian, Mr. Hamka. Seorang mahasiswa pascasarjana Unhas program studi Bahasa Inggris yang telah memiliki pengalaman ke luar negeri dan terkenal dengan aksen Britishnya. Mr. Hamka selain mengajar, dia juga memberikan permainan kepada para siswa dan berhasil mengundang tawa di antara kami. Whispering Game adalah salah satu permainan yang paling seru dan buat tertawa terbahak-bahak. This is because of Hasan. Hasann, you are the most favorite student.
Jika waktu menjelang sore, sepulang dari taman, para siswa biasanya langsung pergi ke sungai dekat pondokan. Entah itu karena mau berenang ataupun mencuci di sungai.
Bersama para generasi penerus bangsa yang hebat
Semakin lama, semakin banyak hal menyenangkan yang saya peroleh. Terutama mengamati tingkah laku masing-masing siswa yang notabenenya adalah masih berstatus SMP. Mereka memiliki karakteristik masing-masing. Saya malah anggap mereka seperti teman. Lagian juga, tinggi mereka dan saya tidak jauh-jauh amat, malah tinggian mereka. LOL. 😀 Pada hari pertama Camp, saya secara pribadi merasa terbebani mental. Hampir menyerah. Hehehe. Bukan karena anak-anaknya tidak sopan, not. Tapi lebih ke cara saya dalam mendekati mereka. Memang beda ya pendekatan ke pembelajar dewasa dan pembelajar yang muda seperti ini. Sebagai guru, harus memiliki pendekatan personal dan beragam cara agar pembelajaran terasa menyenangkan. Namun, semakin hari, saya berusaha bertahan dan mencoba berbaur dengan mereka, dan alhamdulillah saya dapat berkomunikasi dengan baik bersama mereka. Jadi serasa anak SMP lagi begitu. 😀  Hal ini mengingatkan saya pada tahun 2010 kemarin, ketika pertama kalinya menjadi seorang guide untuk mahasiswa Korea. Dumbatznya dapat banget. 😀 Tapi, pada akhirnya tugas yang diemban juga dapat diselesaikan dengan baik. Alhamdulillah. Yaa, memang semuanya cuma butuh waktu saja.
Setiap sesuatu itu ada kelebihan dan kekurangannya. Seperti halnya di English Camp ini. Internet and mobile network is not good. Susah dapat jaringan e. Harus ke luar rumah dulu baru dapat sinyal bagus. Tapi, tidak masalah untuk saya. Tidak eksis di dunia maya selama seminggu kemarin, cukup melatih diri untuk melupakan yang namanya medsos. 😀 Overall, di tempat kami mengadakan English Camp ini dapat dijadikan salah satu rekomendasi tempat yang nyaman untuk menikmati suasana pedesaan yang sudah jarang dirasakan (menurut saya). Tempat yang cocok untuk mengungsikan diri dari ramai dan sibuknya suasana Kota Makassar.
Di akhir kegiatan, kami meminta para siswa untuk menulis kesan dan pesannya tentang kegiatan ini dan Alhamdulillah sebagian besar mengatakan mereka ingin English Camp dilanjutkan lagi tahun depan dan diperpanjang waktunya. Alhamdulillah kalau respon mereka bagus berkaitan dengan kegiatan ini. Mudah-mudahan tahun depan saya dapat berpartisipasilah. Terima kasih buat Ketua Panitia, Kak Arni dan Sekretaris, Kak Asdar, yang telah melibatkan saya dalam kegiatan yang berkesan ini.
Left2right: Kk Arni, Ustadzah Kurnia, Ning, Ny.H. Lahab, H. Lahab, Kk Asdar, Kk Sahlim dan Ustadz Irham
Yah, sampai di sini dulu cerita singkat saya selama seminggu di Leang-Leang. No signal, but interesting. Thank you, English Camp. You make me be more experienced English educator.
Terbesit keinginan untuk menikmati pagi di kampus merah ini. Tidak sendiri, namun bersama teman sedaerah yang sedang melanjutkan studi juga di kampus yang sama namun berbeda program studi. Sebut saja namanya Nova. 😀 Kami berjalan menyusuri jalanan yang dijejeri pepohonan rindang. Tidak berlari, namun berjalan.
Berjalan sambil bercerita tentang jalan kehidupan masing-masing. Kami memiliki cerita yang beragam. Mulai dari kehidupan keluarga, pendidikan, hingga asmara. Ya, topik-topik tersebut mendominasi pagi ini. Alasannya adalah karena mereka memang menarik untuk dibahas.
Tentang keluarga, bagaimana berbedanya karakter dan fisik kami sebagai anak pertama di antara para adik. Salah satu cerita yang kami angkat tadi adalah bagaimana saya di antara saudara-saudara yang lain. Ya, saya memiliki dua saudara kandung. Di antara kami bertiga, saya adalah anak perempuan yang tingginya paling semampai, semeter tak sampai. 😀 Sedangkan, anak kedua dan ketiga, untuk modal tinggi itu, cukuplah. Saya juga heran mengapa cuma saya yang kecil di antara mereka-mereka yang cukup tinggi. ‘Tiny banget’. Walaupun demikian, saya bersyukur. Tetap toh, harus bersyukur. 🙂 Hehehe.  Nova dan saya saling berbagi untuk cerita-cerita seperti itu dan jarang untuk tidak menertawainya bersama.
Berbicara tentang pendidikan. Pendidikan yang kami tempuh untuk mencapai di titik S2 ini adalah hasil jalan hidup kami yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya. Dengan biaya sendiri alias dari orang tua, kami toh sampai juga di tahap akhir semester. Kami sempat berharap akan ada beasiswa setelah terdaftar sebagai salah satu mahasiswa pascasarjana di kampus ini. Namun Allah masih belum memberikan rezeki itu walaupun kemarin kami sempat mengikuti proses penyeleksian beasiswa, seperti Tanoto dan Bakrie. Alhasil, kami belum berhasil. Secara pribadi, saya sempat kecewa mengapa beasiswa bukanlah salah satu rezeki yang saya miliki. Namun, saya tetap menyadari bahwa Allah pasti tahu yang terbaik untuk saya. Dan hasil perbincangan bersama Nova tadi, ceritanya semakin menegaskan saya bahwa memang Allah itu Maha Adil. Nova bercerita bahwa mungkin Allah tidak memberikan beasiswa kepada kami, namun Dia memberikan rezeki itu lewat orang tua. Mengapa? Agar kami selalu mengingat bahwa melanjutkan sekolah ini karena pengorbanan orang tua. Hingga akhirnya, jika sukses nanti, kami tidak akan meremehkan orang tua, tidak merasa bahwa kesuksesan itu milik pribadi sendiri karena kami sendiri yang berusaha. Sempat teringat apa yang dikatakan ayah (Pak Chay) sebelum kami menginjakkan kaki di kampus ini. Beliau sempat memberikan petuah pada kami. Kira-kira seperti ini, jika Allah telah mengizinkan kalian untuk melanjutkan sekolah. Percayalah, jalan itu akan selalu ada. Dan iya, terbukti sekarang. Rezeki alhamdulillah ada. Yaa, rezeki datangnya kapan dan di mana saja. Dan jalan untuk mencapai tujuan kami berada di kampus ini sedikit lagi tercapai. Butuh doa dan usaha lebih lagi. Semoga semuanya berhasil. Aamiin yaa rabbal alamiin. Sempat tidak menyangka juga bahwa dengan keadaan yang seperti ini, kami bisa juga melewati semuanya satu per satu, tahap per tahap.
Di dalam kesempatan ini, saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua saya. (Walaupun hanya lewat tulisan). Terima kasih karena sudah mengikhlaskan anakmu untuk sekolah walaupun banyak pengorbanan yang dilakukan untuk mencapai cita-citanya. “Tidak mungkin juga kami membiarkan kalian hanya melihat teman-teman lain lanjut di kala kalian juga ingin lanjut. Toh juga kalian kalau belajar pasti membawa hasil. Yang penting kalian jadi anak penurut itu saja sudah cukup bagi kami,” kata papa via telepon sore tadi. Papa ee, bisa saja berkata-kata. Jadinya nangis kan nih.
Last but not least. Kami percaya Allah telah memberikan jalan untuk jodoh kami masing-masing. Kami hanya harus memperbaiki diri lagi menjadi lebih baik. Memantaskan diri agar menjadi pantas memiliki jodoh yang telah diridhai oleh Allah. *Kalau masalah ini, tidak perlu dibahas banyak ya. Cukup tahu saja bahwa hal ini adalah lumrah di saat kami menginjak usia 20-an.
Pagi memang selalu memberikan warna tersendiri. Untuk hidup yang lebih baik. Optimislah, Ning! Usahakan selalu berada di jalanNya. Karena Allah selalu berada di sampingmu. 🙂
Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.
Teringat perbincangan yang lalu bersama Kak Monica dan Kak Suaib di warung mace Fakultas Sastra Unhas setelah kelas yang menguras isi kognitif untuk bekerja. Tentang hubungan antara laki-laki dan perempuan. Yang pada intinya, kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan tidak selamanya berlaku, khususnya dalam urusan rumah tangga. Tetap, laki-laki berada pada posisi tertinggi sebagai pemimpin, pemimpin rumah tangga.
Laki-laki sebagai suami yang peranannya untuk mendidik (to educate), dan wanita sebagai seorang istri yang tugasnya untuk mengajar (to teach). Itulah mengapa istri lebih cerewet ketimbang suami. Utamanya dalam membesarkan anak. Contohnya ketika seorang suami berdiskusi pada istrinya tentang suatu hal yang berkaitan dengan anak, maka sang istri akan menindaklanjuti hal tersebut kepada anak-anaknya dengan cara dan bahasa yang mudah dipahami. Di sinilah, istri akan lebih banyak berbicara kepada anak-anaknya daripada suami. Sehingga, sebagai anak terkadang merasa ibu itu yang lebih sering berbicara dan bapak yang cenderung diam dan disegani.
*Tulisan ini bukan bersifat menggurui dan sok tua, namun ingin mengutarakan apa yang menjadi pendapat saya. Jika ada yang salah, mohon dibenarkan. Hanya sekedar memahami walaupun belum pernah mengalami sebagai pendamping “seorang pemimpin. ” 😀Â
Ketika mencoba menemukan fakta yang tidak dapat tersentuh
Hati ingin menyapanya
Melihat apa yang sedang terjadi
Sekalipun dari jauh
Sayang, tidak dapat terdeteksi oleh apapun
Sekuat apapun perjuangan ini
Selama apapun tindak ini
Mungkin tidak akan berhasil
Dapat dianggap, adalah sia-sia
Percuma
Mungkin Allah masih belum mengizinkan
Mungkin Allah masih melarang
Mungkin Allah masih menegur
Iya, mungkin
Yang jelas, Allah tidak pernah salah atas kejadian yang menimpa umatNya
Lelah, iya
Hanya Allah yang tahu bagaimana hati ini sekarang
Semua disadari karena semua adalah kesalahan sendiri
Kamu yang tidak akan pernah ada
Mungkin
Saya hanya sebagian kecil yang berada di belakang
Yang ingin melihat dirimu
Walaupun dari jauh
Ekspektasi ini semakin memudar
Mundur secara perlahan
Kemudian menghilang
Biarlah
Mungkin tidak pantas rasa ini bersandar
Mungkin tidak akan pernah
Untuk kamu yang kuinginkan menjadi masa depan
Walaupun hanyalah sebuah keinginan
Menjadi sebuah ekspektasi yang terlalu
Mungkin hanya akan lebih menyakitkan
Allah tahu bagaimana ke depannya
Keadaan ini hanya ujian
Karena saya yakin
Allah melihat umatNya yang ingin menjadi lebih baik
Dari kesalahan lalu
New Year is coming. It means that we leave 2015 for every moment we had. Expect that everything will become better in 2016.
Each year has its own special moment. 2015 also has it. In my opinion, 2015 is one of great years that I face. It is such a precious life lesson. I feel that I can know more what the choice is and what the meaning of family is, and what the importance of true friends is. I feel better now. I feel I am being my own self. I have gotten myself because I can express what I want to do in my own way. This is I call as the maturity process.
Mom and her girls
For 2015, thank you for giving me a great life lesson and many moments whether it is good or bad. I cannot blame anybody for my unlucky chances I got because I believe that every attitude we do will affect our life later. Forgive me, please, for everyone that I hurt. I’m so sorry. I did not have any purposes for being a person that makes you uncomfortable whether it is intentionally or accidentally.
Welcome, 2016. I hope this year will give us more health and happiness, especially for my study. Thanks, Allah.
I hope Allah will listen and make true to my pray. Aamiin.
Left2right: Kk Asdar, Kk Yandri, Ning, Hikma, Arini, & Kk Sahlim
“Tidak terasa kami sebagai para mahasiswa yang sedang melanjutkan studi telah berada di akhir Semester 3. Itu tandanya status kami berubah menjadi mahasiswa tingkat akhir, yang akan berjuang menyelesaikan pendidikan formal ini menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama, khususnya di bidang ilmu yang kami tekuni, pendidikan bahasa Inggris. Alhamdulillah. Semoga semuanya berjalan dengan lancar. Aamiin.”
Perjalanan yang kami lewati hari kemarin (25 Desember 2015) dimulai dengan menghadiri akad nikah teman sekelas kami, Kk Ayz, di sekitar Jl. Latimojong. Awalnya ragu kalau kami tidak bisa menghadiri acara tersebut karena cuaca di Kota Makassar yang hujan terus-menerus. Alhamdulillah, hujannya reda sekitaran pukul 11.00 WITA. Dan kami pun memutuskan untuk melanjutkan rencana ke Jl. Latimojong.
Kk Ayz terlihat cantik sekali dalam balutan busana adat Makassar kehijau-hijaunnya. Bersama pasangannya, terlihat sangat serasi sekali. Subhanallah. “Kak Ayz, semoga rumah tangganya samawa ya. 🙂 “
Selepas shalat Jum’at, kami pun izin pamit ke Kk Ayz dan keluarga. Ya, kami melanjutkan perjalanan ke rumah Kk Yandri. Di sanalah kami merangkum semua cerita perjalanan masing-masing secara garis besar. Cerita diawali dengan kisah percintaan (yang ini lama pembahasannya) oleh salah seorang teman kami :D, kemudian dilanjutkan dengan kisah kehidupan kampus dari semester 1 hingga semester 3; bagaimana kami di kelas bersama para dosen. Duka dan suka itu pun muncul di tengah-tengah kami saat itu. Ya, kami memiliki kisahnya masing-masing. Si pengundang tawa, Kk Asdar, banyak memberikan kontribusi cerita yang akhirnya membuat kami tidak bisa menahan rasa tawa kami untuk diekspresikan. 😀
Kalau saya tidak salah, kesimpulan dari sekian banyak cerita yang diutarakan bahwa Benar, skenario Allah itu adalah skenario terbaik. Allah telah mengatur semua jodoh, rezeki dan kematian umatNya. Lagi dan lagi, semua kembali kepada Allah.Sekeras apapun kita berusaha, sejauh apapun kaki melangkah, jika Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan, ya mencoba berjiwa besar. Ada hikma di balik semuanya. Saya ingat apa yang dikatakan salah satu guru SMA terbaik saya, kata beliau, “Jangan pernah membenci Tuhan. Beraninya jika kau menyalahkan Tuhan.” Jleebb.
Inilah pertemuan kami di akhir tahun. Entah kapan lagi kami bisa seperti ini. Menyibukkan diri dengan tesis pasti akan membuat kami jarang berkumpul lagi. Namun, semoga hal ini akan membawa kami pada saat yang bersamaan untuk memakai toga. Terima kasih, teman-teman. You have colored my life experiences. 🙂
Setidaknya, pertemuan akhir tahun ini memberikan banyak pelajaran hidup yang kami tidak dapat temui di buku-buku perpustakaan. Hanya dengan berbagi cerita bersama teman menjadi salah satu obat untuk menjadi lebih baik. 🙂 In addition, kami bersyukur kepada Allah bahwa akhirnya telah ada kejelasan untuk semuanya agar di awal tahun depan nanti kami sudah bisa mengetahui apa-apa saja yang menjadi prioritas kami.
Si Anak Kedua
*Special note for my beloved sister, Arini. Thank you for being my sister. Thank you for still regarding me as your sister. Maaf, selama ini saya banyak buat salah. Smoga saya dapat menjadi lebih baik lagi. Dirimu juga. Mudah-mudahan Allah memberikan rezeki dan jodoh yang baik untukmu. Aamiin.
Saya boleh dibilang adalah orang yang bertipe introvert, namun kadang menjadi seorang yang ekstrovert. Tergantung situasi di mana saya berada dan posisi saya sebagai apa dalam sebuah komunitas sosial. Kata teman saya, Eldhy, kalau di antara kedua sifat itu ada namanya Ambivert. (Thanks inputnya, Dhy.) Namun, ketika ada keresahan atau kegembiraan, saya tidak bisa memendamnya sendirian. Apalagi ketika hal tersebut condong pada suatu permasalahan. Saya harus mengutarakannya entah itu kepada teman yang dipercaya ataupun menuliskannya di sebuah media sosial, alias blog pribadi saya, walaupun kadang tidak secara blak-blakan.
Entah sejak kapan kepercayaan diri saya muncul ketika harus menuliskan apa yang ada di dalam pikiran dan perasaan saya tentang suatu masalah yang dihadapi ke dunia maya ini. Bukan untuk mencari pengakuan terhadap orang-orang bahwa saya bisa menulis atau cerita saya ingin dibaca/ditahu orang-orang. Walaupun kebanyakan isi tulisan ini masih terlalu bersifat ‘personal dan informal’ writing.  Saya merasa nyaman saja untuk mengutarakannya lewat blog. Mungkin karena sudah kebiasaan menulis pengalaman sehari-hari di sini. Entah itu yang bersifat menarik ataupun yang membosankan. 🙂
source: google.com
Menurut saya, keberadaan blog ini menjadi salah satu penyelamat mental saya. Bagaimana perasaan ini terselamatkan oleh tulisan-tulisan yang mengalir begitu saja dari dalam pikiran. Bagaimana tulisan ini setidaknya menyembuhkan perasaan saya yang sedang bimbang terhadap suatu masalah. Bagaimana saya meluapkan kebahagiaan di tengah-tengah orang yang menyayangi saya. Jari-jari ini tidak berhenti untuk mengetik dan merangkai kata menjadi deretan kalimat dan akhirnya menjadi sebuah artikel tentang apa yang ada di dalam pikiran saya. Saya merasa lega karena dapat menulisnya, saya merasa bersyukur karena dapat mengukirnya lewat tulisan, dan saya bahagia karena ini salah satu alternatif untuk melatih mental bagaimana menyikapi suatu keadaan. Terima kasih, Allah. 🙂
Tulisan ini saja masih belum ditahu arahnya ke mana. Seperti apa yang telah digambarkan oleh Kaplan, tipe komunikasi orang Asia cenderung berputar-putar, dibanding dengan orang barat yang cenderung bersifat straightforward. Yah, that’s variety of communication.
Saya bersyukur dapat memperoleh fasilitas seperti ini. Memiliki sebuah netbook dan jaringan internet, ditambah dengan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang baik, hingga akhirnya karya informal saya pun lahir. Yaa, seperti tulisan yang teman-teman baca sekarang ini. 🙂 Secara tidak langsung, karya ini menjadi saksi perjalanan hidup saya. Bagaimana saya menghadapi kehidupan yang terus bergulat dengan sederet emosi yang beragam dengan tetap menjadikan diri sebagai agen Islam yang baik. Ini luar biasa.
Terima kasih sudah membaca postingan ini, teman. Semoga ada manfaatnya walaupun itu sedikit. 🙂
Alhamdulillah, akhirnya Desember datang lagi. Ya, hari ini adalah awal Desember di akhir tahun 2015. Telah banyak hal yang dilewati untuk tiba di waktu ini. Entah itu sesuatu yang menyenangkan ataupun menyedihkan. Namun, kembali memperbaiki hal-hal yang dirasa kurang untuk sesuatu hal sebelum tiba di saat ini tidaklah mungkin terjadi. Waktu tidak pernah bergerak ke belakang, bukan? 🙂
Saya hanya bisa mengambil pelajaran dari semua hal yang telah dan sedang terjadi untuk kehidupan yang lebih baik ke depannya. “Penglamaan, Pengalaman dan Pengamalan,” tiga hal yang selalu saya ingat ketika salah satu dosen menjelaskan hal tersebut dalam suatu mata kuliah. Berdasarkan tiga kata itu, saya berpendapat bahwa manusia yang dalam kehidupannya, semakin dewasa usianya, maka semakin banyak hal-hal yang ditemui dan semakin banyak masalah yang dihadapi hingga akhirnya mencoba untuk menyelesaikannya, sehingga hal-hal baik yang didapatkan dari pengalaman hidup tersebut dapat diamalkan untuk kebaikan diri sendiri ataupun orang lain. Bukankah manusia hadir untuk memberi manfaat kepada orang lain dan sekitarnya?
Dan apapun yang telah terjadi pada diri kita, we must accept it. Ada orang yang menyalahkan orang lain, artinya orang tersebut belum belajar dan belum tahu apa-apa; ada orang yang menyalahkan diri sendiri, artinya orang tersebut masih belajar; dan ada orang yang yang tidak menyalahkan siapa-siapa, artinya orang tersebut telah belajar. Jika diminta memilih, saya mungkin cenderung ke orang tipe kedua, yang menyalahkan diri sendiri. Tapi, semakin ke sini, saya harus belajar memahami. Seperti apa yang dikatakan dosen saya, masalah terjadi karena tidak terjadi penerimaan oleh sutu hal. Kenapa tidak menerima? karena belum memahami. Apa yang kita lakukan di dunia ini, semuanya akan kembali kepada diri kita sendiri dan dipertanggungjawbkan di hadapan Allah. Olehnya itu, kata beliau, di dalam melakukan sesuatu, ada tiga hal yang sekurang-kurangnya harus dilakukan, yaitu 1) luruskan niat ketika ingin melakukan suatu hal, 2) maksimalkan usaha yang kita lakukan, dan 3) bertawakkal kepada Allah.
Berhubung saya ingin pergi kuliah dulu, yah, cukup sekian dulu tulisan ini. Nanti kapan-kapan lagi dilanjutkan. Semoga bermanfaat. Ini juga menjadi bagian pembelajaran dan pengingat untuk diri saya sendiri. Bukan bermaksud menggurui. Terima kasih dosen-dosen hebat saya yang telah menginspirasi. Bukan hanya tentang akademik, namun pelajaran hidup juga Bapak ajarkan. Terima kasih, Pak.
Location: Malino, Makassar Photographed by Hikmawati Editor: NS
Berjalan seperti ini, semakin menguatkan hati bahwa kesendirian tidak selamanya melemahkan langkah
Ini cuma bagian dari proses rangkaian hidup yang jalannya telah ditentukan Allah
Kita sudah berada di jalan yang berbeda
Dan saya pun menyusuri jalanan ini sendiri
Bukan tanpa beban
Segala bentuk emosi telah terbawa
Saya tak bisa mengendapkannya dalam hati
Maaf untuk tidak berucap
Maaf untuk berjalan sendiri
Tidak untuk disengaja
Tidak untuk menyakiti
Ini semua bagi mereka yang menghadirkanku ke dunia
Saya tidak punya apa-apa untuk membalas their precious love
Cuma cara ini salah satu langkah menjadi yang patuh
Di antara sekian tindak tandukku yang menyakiti mereka
Maaf kalau cara ini salah
...
►
Necessary cookies enable essential site features like secure log-ins and consent preference adjustments. They do not store personal data.
None
►
Functional cookies support features like content sharing on social media, collecting feedback, and enabling third-party tools.
None
►
Analytical cookies track visitor interactions, providing insights on metrics like visitor count, bounce rate, and traffic sources.
None
►
Advertisement cookies deliver personalized ads based on your previous visits and analyze the effectiveness of ad campaigns.
None
►
Unclassified cookies are cookies that we are in the process of classifying, together with the providers of individual cookies.