Posted in Life, Love

Berhenti di Kamu

Berhenti di Kamu. Kalau tidak salah itu salah satu judul lagu dari Anji Drive ya? Berhenti di Kamu. Siapa lagi kalau KAMU itu yang ‘ehem-ehem’. Cie. Cie. Cie… Yang lagi jatuh cinta alias falling in lope alias kocobu lope (*red: jatuh cinta. ‘Bhs. Wolio’nya) ini dankz…

Hmm… Tulisan ini tulisan galau. Hati saya lagi galau, readers. Antara IYA dan TIDAK. Di satu sisi, I still love him. Di sisi lain, I want to leave him. Saya tidak tahu ya apakah dia akan membaca tulisan ini juga atau tidak. Tapi, saya percaya, dia tidak akan membacanya kecuali kalau saya yang menunjukkan tulisan tentang dirinya di sini. Iya, di blog ini.

Dia pernah bilang ke saya kalau suatu saat nanti dia akan menulis sebuah cerita antara dia dan saya. Dan saya cuma tersenyum. Diam dalam senyuman. Saya juga punya pikiran yang sama. Kalau suatu saat nanti, saya akan bercerita tentang dia dalam suatu tulisan. Suatu saat nanti. Sekarang-sekarang saja saya sudah mulai menyicil kata per kata tentang dia. Ahahahayyy… Akan seperti apa jadinya tulisan itu ya? Jadi tidak sabar. Keinginan ini tidak seharusnya ditulis di sini. Tapi yaaa, saya tidak sabar cuma untuk bercerita. Saya mau bercerita dengannya, tapi saya terlalu banyak tidak untuk berbicara ketika harus berada di sampingnya. Entahlah. Saya yang terlalu pendiam mungkin. Tapi aneh, ketika bersama teman-teman, saya cukup cerewet. -___-”  Iya, mungkin ini yang dikatakan Berhenti di Kamu. Hehehe…

Baiklah. Cukup untuk kali ini. Saya mau siap-siap dulu ke Gedung Maedhani. Persiapan Seminar Nasional nanti. Semoga event ini berjalan dengan baik dan lancar. AMIN. Reader, mohon doanya ya. Allah, bless us for this event. AMin… 🙂

Posted in Life, Love

Berhenti di Kamu

Berhenti di Kamu. Kalau tidak salah itu salah satu judul lagu dari Anji Drive ya? Berhenti di Kamu. Siapa lagi kalau KAMU itu yang ‘ehem-ehem’. Cie. Cie. Cie… Yang lagi jatuh cinta alias falling in lope alias kocobu lope (*red: jatuh cinta. ‘Bhs. Wolio’nya) ini dankz…

Hmm… Tulisan ini tulisan galau. Hati saya lagi galau, readers. Antara IYA dan TIDAK. Di satu sisi, I still love him. Di sisi lain, I want to leave him. Saya tidak tahu ya apakah dia akan membaca tulisan ini juga atau tidak. Tapi, saya percaya, dia tidak akan membacanya kecuali kalau saya yang menunjukkan tulisan tentang dirinya di sini. Iya, di blog ini.

Dia pernah bilang ke saya kalau suatu saat nanti dia akan menulis sebuah cerita antara dia dan saya. Dan saya cuma tersenyum. Diam dalam senyuman. Saya juga punya pikiran yang sama. Kalau suatu saat nanti, saya akan bercerita tentang dia dalam suatu tulisan. Suatu saat nanti. Sekarang-sekarang saja saya sudah mulai menyicil kata per kata tentang dia. Ahahahayyy… Akan seperti apa jadinya tulisan itu ya? Jadi tidak sabar. Keinginan ini tidak seharusnya ditulis di sini. Tapi yaaa, saya tidak sabar cuma untuk bercerita. Saya mau bercerita dengannya, tapi saya terlalu banyak tidak untuk berbicara ketika harus berada di sampingnya. Entahlah. Saya yang terlalu pendiam mungkin. Tapi aneh, ketika bersama teman-teman, saya cukup cerewet. -___-”  Iya, mungkin ini yang dikatakan Berhenti di Kamu. Hehehe…

Baiklah. Cukup untuk kali ini. Saya mau siap-siap dulu ke Gedung Maedhani. Persiapan Seminar Nasional nanti. Semoga event ini berjalan dengan baik dan lancar. AMIN. Reader, mohon doanya ya. Allah, bless us for this event. AMin… 🙂

Posted in Life, Love

Salah

Apa yang saya lakukan sekarang adalah hasil dari keputusan yang telah saya ambil. Ketika keputusan dan langkah ini harus SALAH, apa saya salah juga untuk menarik diri dan memperbaiki yang salah itu menjadi yang lebih baik? Saya terlalu bodoh untuk memutuskan langkah. Prinsip-prinsip kemarin yang sempat saya teguhkan, terpatahkan. Hanya karena kesenangan semu saja, yang pada akhirnya hanya membawa saya yang sedikit demi sedikit jatuh menjadi orang yang salah. Iya, saya bersalah.

Sebelum saya menjadi orang yang salah seutuhnya, mungkin pilihan untuk mundur perlahan-lahan dari keputusan yang sekarang saya ambil adalah salah satu pilihan yang aman agar saya tidak mengecewakan orang-orang yang mencintai saya lebih dalam lagi. Saya terlalu jahat. Saya terlalu tidak terbiasa hingga harus menyembunyikan kesalahan saya.

Perenungan panjang semalam ketika saya melintasi dinginnya udara malam, membuat saya semakin sadar. Keputusan ini tidak bisa diteruskan karena it’s wrong. Saya tidak ingin menyakiti hati siapapun, terutama kamu. Tapi, karena begini keadaannya, saya lebih baik mundur untuk tidak lebih menyakiti kamu ataupun saya. Iya. Setelah event besar yang akan kita hadapi bersama, selesai juga kebersamaan kita.

Karena selama ini saya salah mengambil keputusan. I am not a good decision maker actually.

Saya mau kembali seperti dulu. Tidak mengenal hal-hal yang belum waktunya untuk saya tindak lanjuti. Yah, just at home, enjoying my solitory moment. Because I wanna be a JOSH. Saya mau yang baik, olehnya itu saya juga harus menjadi yang baik. Allah, maafkan saya selama ini. Saya terlalu membangkang untuk menjalankan perintahMu.

Posted in Life

Hei, Saya Ingin Kembali

Tolong beri saya waktu untuk membaca dan blogging… :'(
Saya kangen dengan aktivitas yang kemarin-kemarin. Sebagai seorang blogger. Saya kangen.
Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi lewat. Sebetulnya tidak ada jadwal kuliah, tapi ada kerjaan yang diamanahkan maka harus bersiap-siap ngampus. Allah… Saya ingin sendiri dan memblogging ria. Saya kangen dengan semua itu…

Oh iya, ntar lagi saya mau PPL II. HUaaaa… Jadi ibuguru… Ya Allah, bisa ngajar gak yah???
Harapannya sih mau ditempatkan di SMANSA. Insya Allah dah. Saya pulang kampung… Hehehe…

*SEmangat, Ning!!!
Kamu bisa!!!

*Tadi malam mimpi…
Tentang PPL II, KKN, Proposal, Skripsi
Ada yang memberitahu, “Selesaikan satu per satu dengan baik.”

Iya, SEMANGAT!!! Makasih, Pak…
Insya Allah. Semoga Allah meridhai… 🙂

Posted in Life, Love, Words

Catatan Ketika Gerimis Datang

Ketika prinsip itu seakan hilang, hilang, dan menghilang.
Setegar-tegarnya orang memegangnya, (mungkin) akan jatuh juga. Dia akhirnya melepaskan karena situasi yang memang tidak memungkinkan lagi. Rasa penyesalan memang sedikit ada. Tapi, inilah konsekuensi hidup.

Kalau dikatakan saya tidak konsisten. Iya, memang saya tidak konsisten karena saya juga manusia. Manusia biasa yang bisa melakukan kesalahan kapan saja, tanpa disengaja ataupun disengaja. Setelah sekian lama mengukuhkan prinsip itu, pada akhirnya lecet juga. Ini di luar ekspektasi saya. Memang ya, kekuasaan Allah itu tidak bisa dikalahkan oleh apapun. Manusia hanya bisa berencana, tapi Allah yang menentukan semuanya. Alur kehidupan para hambaNya telah diatur sedemikian rupa.

Sekarang, sebagai manusia yang telah melakukan pelanggaran terhadap aturan yang dibuat sendiri, saya harus bisa bertanggung jawab, harus siap menanggung resiko. Apapun itu. Hidup ini pilihan.

Allah, saya minta maaf…

Posted in Life, Love

Desember

Desember ini.
Saya belum bisa banyak berkata apa-apa. Waktu saya tersita banyak dalam suatu kegiatan yang insya Allah, semoga terlaksana dengan sukses. Amin. Insya Allah bisa.

Teman-teman tolong do’akan yah… 🙂

Di bulan ini juga, I have a nice moment with him. 🙂
Yaa, jalani saja.
사랑해요…

Posted in Life, Love

Desember

Desember ini.
Saya belum bisa banyak berkata apa-apa. Waktu saya tersita banyak dalam suatu kegiatan yang insya Allah, semoga terlaksana dengan sukses. Amin. Insya Allah bisa.

Teman-teman tolong do’akan yah… 🙂

Di bulan ini juga, I have a nice moment with him. 🙂
Yaa, jalani saja.
사랑해요…

Posted in Life

Hidup Ini Dinikmati Saja

Ketika semuanya telah berakhir dan menuju babak kehidupan baru. Antara saya dan orang-orang terdahulu hanyalah sebagian dari proses kehidupan untuk bisa menjadi lebih baik. Apa yang dihadapi sekarang adalah sebuah langkah pembelajaran untuk bekal ke depannya, sehingga bisa tahu apa yang harus dilakukan ketika orang-orang yang saya butuhkan tidak berada di samping saya. Karena sejujurnya, saya memang butuh mereka. Orang tua, saudara, sahabat, dan teman-teman saya. Mereka salah satu komponen terpenting dalam hidup ini. Do’a dan support mereka tak ternilai harganya. Karena mereka saya masih bisa bertahan.

Mungkin artikel ini cukup menjadi ajang curhat bagi saya pribadi. Terserahlah, bagi Anda yang ingin membacanya, silahkan. Kalau tidak begitu tertarik, ya silahkan tutup. Saya tidak memaksa untuk membaca tulisan ini. Hmmm, kembali ke topik sebelumnya. Rasanya sudah lama tidak menulis. Kegiatan di dunia nyata lagi lagi menjadi alasannya. Sudahlah, tak usah dibahas. Saya sudah cukup bosan mengutarakan alasan itu di sini.

Sekarang sedang menjalani aktivitas-aktivitas yang menyita banyak energi dan pikiran. Tugas dan MID pun datang menghampiri satu per satu. Hampir tidak sanggup. Ya Allah. Pokoknya harus bisa. Selesaikan satu per satu dengan menyeimbangkan time managing. Pada dasarnya sibuk ataupun tidak sibuk sama saja. Sama-sama bisa buat stress dan senang. Jadi kesimpulannya ya hidup ini dinikmati saja. Tidak akan kita nikmati kalau bawaannya mengeluh, mengeluh dan mengeluh. Jalani apa yang ada di depan dan berupaya meminimalisir keadaan yang tidak diharapkan. Insya Allah kita bisa kok. Yang penting yakin, do’a, dan usaha. Tinggal individu masing-masing bagaimana menyikapinya karena semua keadaan itu sama saja.

Baiklah, cukup di sini saya bercurhat ria. Nanti kita jumpa lagi di postingan berikutnya.
Buat teman-teman blogger, minta maaf ya sekarang lagi jarang BW. Maaf banget. >.<

Posted in Friend, Life, Place, Words

The Note in Waiting a Lecturer

Saat berada di kampus.
Banyak versi. MaksudnyA orangnya beragam. Mulai dari penampilan mahasiswa, cara mereka belajar, berpakaian, bersosialisasi antar sesama dan dosen sampai pola pikir yang pada dasarnya berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain.

Menurut saya, kalau di kampus, ada mahasiswa cara berpakaiannya ada yang tidak biasa dan biasa-biasa saja. Kalau untuk katakan penampilan yang culun, sepertinya sudah jarang keliatan mahasiswa seperti itu. Semua sudah stylish. Mengikuti gaya yang dia suka. Selagi itu wajar-wajar saja.

Ada mahasiswa, penampilan biasa, tapi otak encer. Ada mahasiswa, penampilan luar biasa, tapi otaknya tidak terlalu encer. Lagi, mahasiswa, penampilan luar biasa, tapi otak encer. Dan ada juga, penampilan=tingkat kecerdasan=biasa. Yaa, begitulah manusia. Eh, maksudnya mahasiswa.

Kalau ada salah seorang mahasiswa yang berpenampilan ‘wah’ atau aneh bin ajaib, terkadang mahasiswa lain menjadikannya sebuah topik pembicaraan. Hahaha… Saya sih cuma mendengar-dengar saja. Cuma senyum-senyum doank. Tidak terlalu begitu mengkritik. Atau karena mungkin pada dasarnya saya orang cuek. Tidak peduli dengan yang tidak ada hubungannya dengan saya. Mungkin saja. Saya juga kurang tahu.

Kehidupan kampus begitu beRwarna. Saat-saat sibuk menghadapi tugas, mid, dan final bersama teman-teman. Senang, marah, tertawa, sedih. Semua rasa ada di sini. Walaupun suasananya memang berbeda, tidak seperti di SMA dulu. Di kampus, kita dituntut untuk survive dengan cara kita sendiri hingga nanti jadi lulusan yang bisa bertanggung jawab atas nilai dan latar belakang pendidikannya…

Hmmm… Sekarang saya sudah semester 5. Semoga saja bisa melewati masa-masa perkuliahan ini dengan baik. Amin.

Posted in Life, Love

Just a Feeling

Hujan siang ini bercampur panasnya terik matahari semakin membuat gerah. Kota Baubau semakin panas saja. Hmmm… Rasanya ingin minum yang segar-segar kalau siang-siang begini. -,-‘

Kabar memalukan dari saya pagi tadi. Di kampus, sekitar jam 10an. Saya menangis. Lagi. Hehehe… Sebegitu cengengnya, air mata saya tidak bisa ditahan untuk disimpan dan menangis di tempat yang tidak ditahu orang banyak. Saya menangis di sudut kelas. Sendiri. Tapi, seketika itu 3 orang teman mendekati saya. Menanyakan alasan saya menangis. Dari ketiga orang itu, cuma seorang saja yang tahu alasannya. Ya, alasannya off the record. Pikiran ini terbagi-bagi dan saling berkaitan. Antara yang satu dengan yang lain. Rasa-rasanya sudah penuh dan ingin meledak. Tapi, tidak bisa. Karena papa bilang tetap tenang jika ada masalah. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Iya. Setiap ada masalah saya selalu panik. ‘Hei, kamu. Yang punya blog ini. Tenangkan dirimu… Insya Allah bisa dilewati.’ Aminnn… Keep positive thinking and having effort…

Hmmm. Hati saya galau. Seperti hujan ini. Tapi, saya harap kamu tidak seperti saya. Tetaplah dalam ketenangan-ketenangan yang kau ciptakan di depanku. Saya tetap mengerti akan posisimu sekarang. Sesuatu hal yang membuat kita down, jangan selamanya menjadi penghalang. Saya tidak mau itu. Saya suka kamu yang tenang. Walaupun belum lama saling mengenal, tapi saya yakin kamu mampu melewati semuanya. Yah. 🙂

Jangan sedih. Masih banyak orang di sekitar yang mendukungmu. Kecuekanmu akhir-akhir ini ada alasannya. Saya mengerti. Saya paham posisimu. Karena saya akan mencoba mengerti kamu. 🙂 Ini hanya sebuah rasa. Akhir kelanjutannya pun saya belum tahu. Iya. Karena Allah yang tentukan semua ini. Saya memang memiliki pemikiran tertentu untuk hidup saya, demikian juga dengan kamu. Dan saya harus bertahan hingga mencapai garis finish nanti. Insya Allah. Jika Allah meridhai keputusan yang saya telah ambil.

Rasa ini tidak salah kan? Hanya sebuah rasa. Hanya sebuah keinginan yang ingin dituangkan dalam sebuah tulisan karena rasa. Ya, tentang kamu.