Posted in Life, Love

Galau Itu Datang (Lagi)

Sore ini, perjalanan hari ini mengalir tanpa hambatan. Setelah menghabiskan waktu sekitar tiga jam di kampus, saya pulang. Ke rumah. Iya. Ke rumah, bukan ke mana-mana. Tidak belok kiri ataupun belok kanan. Ada sekitar tiga tas yang harus saya jinjing. Tas pribadi, tas infocus dan tas speaker. Hohoho. Lucunya. Kemarin saya membawa tas-tas itu. Ada teman yang bertanya, “Mau berangkat ke mana?”. Saya cuma tersenyum saja. Saya sadar, barang bawaan saya kebanyakan. Jumlahnya tidak sebanding dengan tubuh kecil saya. Bisa dikhayalkan ya, saya ditimpuk dengan barang-barang yang tidak sesuai ukuran tubuh saya. Bisa-bisa wajah saya tidak kelihatan. Yang ada cuma barang-barang itu.

Untungnya tadi ada junior saya yang mau membantu. Terima kasih ya, Sofyan. ๐Ÿ™‚
Sudah mau membantu saya. Hari-hari terakhir ini saya cukup lelah. Tapi saya nikmati kesibukan dan kelelahan ini. That’s life. Tidak ada yang perlu dikeluhkan, sebetulnya. Tapi, mungkin orang sudah terlalu capek hingga akhirnya harus mengeluh. Mengeluh di jejaring sosial, ortu, pacar, ataupun teman. Itu juga, that’s human. ๐Ÿ™‚

Sore ini, saya berada di depan laptop lagi. Dan galau itu datang lagi. Keputusan yang belum terjawab IYA atau TIDAKnya. Masih diombang-ambing sama ombak pikirannya yang mungkin harus memilih satu jawaban di antara dua. Kamu dan saya.

Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki – Sheila On 7. Lagu ini menggalaukan hati saya. Hueee, bicara galau lagi. Serasa ababil. -___-”
Dua puluh satu juga manusia. Hehehe…

Jam setengah delapan. I will be in Lawero in English. Let’s speak di tengah kegalauan yang melanda.

Saya tulis dan kirim pesan itu serasa ikhlas merelakan yang akan terjadi. Janji sudah dibuat dan konsekuensi harus akan berlaku. Tidak boleh tidak. Ketegasan itu diperlukan. Ya, I must be calm for this.

Posted in Life, Love

Galau Itu Datang (Lagi)

Sore ini, perjalanan hari ini mengalir tanpa hambatan. Setelah menghabiskan waktu sekitar tiga jam di kampus, saya pulang. Ke rumah. Iya. Ke rumah, bukan ke mana-mana. Tidak belok kiri ataupun belok kanan. Ada sekitar tiga tas yang harus saya jinjing. Tas pribadi, tas infocus dan tas speaker. Hohoho. Lucunya. Kemarin saya membawa tas-tas itu. Ada teman yang bertanya, “Mau berangkat ke mana?”. Saya cuma tersenyum saja. Saya sadar, barang bawaan saya kebanyakan. Jumlahnya tidak sebanding dengan tubuh kecil saya. Bisa dikhayalkan ya, saya ditimpuk dengan barang-barang yang tidak sesuai ukuran tubuh saya. Bisa-bisa wajah saya tidak kelihatan. Yang ada cuma barang-barang itu.

Untungnya tadi ada junior saya yang mau membantu. Terima kasih ya, Sofyan. ๐Ÿ™‚
Sudah mau membantu saya. Hari-hari terakhir ini saya cukup lelah. Tapi saya nikmati kesibukan dan kelelahan ini. That’s life. Tidak ada yang perlu dikeluhkan, sebetulnya. Tapi, mungkin orang sudah terlalu capek hingga akhirnya harus mengeluh. Mengeluh di jejaring sosial, ortu, pacar, ataupun teman. Itu juga, that’s human. ๐Ÿ™‚

Sore ini, saya berada di depan laptop lagi. Dan galau itu datang lagi. Keputusan yang belum terjawab IYA atau TIDAKnya. Masih diombang-ambing sama ombak pikirannya yang mungkin harus memilih satu jawaban di antara dua. Kamu dan saya.

Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki – Sheila On 7. Lagu ini menggalaukan hati saya. Hueee, bicara galau lagi. Serasa ababil. -___-”
Dua puluh satu juga manusia. Hehehe…

Jam setengah delapan. I will be in Lawero in English. Let’s speak di tengah kegalauan yang melanda.

Saya tulis dan kirim pesan itu serasa ikhlas merelakan yang akan terjadi. Janji sudah dibuat dan konsekuensi harus akan berlaku. Tidak boleh tidak. Ketegasan itu diperlukan. Ya, I must be calm for this.

Posted in Friend, Life, Love

Kejutan di Malam Hari

Mau cerita lagiii, tapi nanti check it out di sini saja yaaa… CLICK HERE

Buat si Kk, Ety Amalia Emba, Tafriatul Khoiriah, Ayu, Febby Swandari, Harmila, Sam Milanisti, Tasrif, dan junior-juniorku, yang sudah datang ke rumah. TERIMA KASIH BANYAK yaaaaa…. ๐Ÿ™‚

Love you much for last night…

Unforgettable Moment…

Posted in Friend, Life, Love

Kejutan di Malam Hari

Mau cerita lagiii, tapi nanti check it out di sini saja yaaa… CLICK HERE

Buat si Kk, Ety Amalia Emba, Tafriatul Khoiriah, Ayu, Febby Swandari, Harmila, Sam Milanisti, Tasrif, dan junior-juniorku, yang sudah datang ke rumah. TERIMA KASIH BANYAK yaaaaa…. ๐Ÿ™‚

Love you much for last night…

Unforgettable Moment…

Posted in Life, Love, Place, Words

My Little Party in Gubuk Keynai

Hari ini saya terharu sekali. Gimana ya. Iya, udah pada tahu kan, saya hari ini ulang tahun. Yang kedua puluh satu, teman-teman. 21. Lumayan dewasa. Lumayan. -__-”
Dan hari ini seperti yang saya sudah pernah bilang, ini akan menjadi hari yang biasa-biasa saja. Flat. Tapi, di balik kedataran perasaan yang saya rasakan, Allah memberikan setitik kasih sayangNya kepada saya untuk menjadikan hari ini sedikit SPECIAL. Iya. Hari ini saya terharu skali. Sahabatku sekaligus saudariku, si Memey. She made a little party for me.

Sebelum hari H, dia udah bilang ke saya kalau dia bakalan nge-treat makanan di Keynai. Tempat nongkrong yang lumayan asyik, cozy untuk hang out. Makanannya juga oke-oke. Harganya bisa dijangkau kok. Nanti pada coba deh ke Keynai. Tepatnya tuh ada di Sektor Lama, Betoambari.

Kita udah rencana mau have lunch di sana. Jadi pesannya makanan ‘berat’. Tapi aneh, seharusnya kan yang ulang tahun yang traktir, eh, ini si Memey malah yang traktirin saya. Waaaahh, Memey. Saya terharu. Hihihi… Kita datangnya udah siang banget. Skitar jam 2.an lah. Lumayan panas sih. Tapi gak apa-apa. Yang penting sama Mey. Hahaha… *ngegomballll lagi lo, Ning…

Saya pesan Mie Titi, Memey Nasi Sambal Ayam, trus ditambah Pisbak alias Pisang Bakar. Huiiihhh, nikmat nikmat. Untungnya lagi pada sepi pengunjung. Ya kita makan dengan cara kita sendiri. Hahaha… Seru-seruan deh sama Memey… ๐Ÿ˜€ Makasih ya, Memeyku sayang. Kamu itu perwakilan sahabat-sahabat yang pada keluar jauhhhh di sana… Kangen IPSAku… Piyouztku, Imaginerku… >.<

Huiihhh, alhamdulillah. Kenyaaaaannggg… Makasih ya, Allah. Makasih juga Memey. Udah ditraktirin. Hehehe… Lagi pada asyik asyik berfoto-foto ria di Keynai, kebetulan lagi pada gak rame, Memey minta dibersihin meja makan, trus kita duduk berdua. Dan dia ngeluarin lilin kecil merah, angka 21. Katanya, “Niniiiiing, saya punya sesuatu untuk kamu. Hanya ini yang bisa saya kasih untuk kamu.” Ahhhh, Meyyy… Kamu hampir membuatku menangis tadi. Hehehe. Entah apa jadinya kalau tadi kamu tidak ada. Yah, everything is flat. Begitu saja. Bukan berarti saya mengabaikan telpon dan SMS dari sahabat-sahabat tersayang saya. Tapi, kalian tahukan sahabat-sahabatku. Kalian yang real di mana. Kalian di luar sana. Saya tidak bisa melihat kalian, memeluk kalian, dan mengucapkan secara langsung rasa terima kasihku untuk kalian. Dan Mey, satu-satunya perwakilan kalian, sodari-sodariku sayang.

Kita berdua masangin lilin-lilin kecil itu di plate Pisbak. Uuuhhh, simple but it’s meaningful. Hehehe… Trus, kita make a wish dan blow the candles together. And the last, kita habisin tuh pisangnya. Ma’nyooosss…

Eh, gak sengaja kita buat video seru-seruan di Keynai. Hahaha… Biarin dah. Kalau ancor, ancor dah. This is my day. For people who have said “Happy Birthday” to me, thanks yaaa…

[youtube=http://www.youtube.com/watch?feature=player_detailpage&v=dzQKS4XNEDk]

Ini lagiii, for Piyouzt and Imaginer… :p Hehhe…

[youtube=http://www.youtube.com/watch?feature=player_detailpage&v=9zLyKGgrEVw]

Oke. I think it’s enough my story today.

You give the color for my life today… Thanks, dude… ๐Ÿ™‚

Posted in Life, Love

Dua Puluh Satu

Dua puluh satu.
Ini hari saya berulang tahun yang kedua puluh satu, teman. ๐Ÿ™‚
Alhamdulillah. Allah masih memberikan saya kesempatan untuk hidup. Tentunya untuk memperbaiki semua yang buruk di hari kemarin dan meningkatkan skaligus mempertahankan apa yang sudah terbentuk dengan baik di hari kemarin juga. Insya Allah. Amin.

Bangun dari tidur, sudah ada tumpukan SMS dari sahabat dan teman-teman. Eh, dengan P’Dosen juga denk. Hihihi… Ya Allah, trima kasih banyak ya. Ternyata mereka masih memperhatikan saya. Tadi malam si Kk udah ngucapin duluan. Katanya dia minta maaf belum bisa ngasih apa-apa ke saya. Hehehe. Ada-ada aja nih Kk… Saya juga gak nuntut apa-apa juga kok sama si Kk. Yaa, hadiah itu sih plus-plus saja di hari ultah. Alhamdulillah kalau dapat. Yang penting, do’anya dan saya harus banyak instropeksi diri saja. Apa arti dari ulang tahun kalau tidak ada perubahan yang berarti. Umur sih bertambah, tapi kalau sifatnya gak berubah jadi lebih baik kan, percuma aja kan? *sigh, sok dewasa lo, Ning! ๐Ÿ˜€

Terima kasih banyak ya buat saudara, sahabat, teman-teman sekalian, sudah mau mengucapkan selamat bertambahnya umur ini *wedeeh, semakin tua*. Semoga kita tetap diberikan kebaikan-kebaikan olehNya. Amin Ya Rabb.

Sebenarnya mau menulis lebihhhhh panjang lagi, tapi saya dikejar sama waktu, mau ke kampus. Huhuhuhu. Sedih, harus berpisah lagi sama si Toshi… T___T

Posted in Education, Life

Review Book ala Ningning: Dalam Pelukan Sang Guru

Hei hei. Jumpa lagi dalam postingan kali ini.
Akhirnya saya punya kesempatan lagi untuk menulis, teman-teman. Alhamdulillah. Semoga saya bisa BW dan kembali eksis di dunia perbloggingan. Amin amin amin. #ngareppp…

Oke. Kali ini saya mau bercerita tentang sebuah buku. Lebih tepatnya tentang Kumpulan Cerita Pendek. Ini bukan buku saya, tapi milik Pak Dosen. Beliau meminjamkannya untuk saya baca. Katanya baru saja dikirimi oleh-oleh buku dari sahabatnya di Jawa. Kebetulan ada buku Kumcer, dia langsung meminjamkannya ke saya… Aduhh, Pak… Trima kasih.

Buku ini udah dari bulan Maret kemarin ada di Nining. Udah dibaca, mau direview tapi gak sempat-sempat. Biasalah, sok sibuk sayanya. Iya, ceritanya, habis ngereview ini, saya mau mengembalikannya ke P’Dosen. Udah lama nih buku bertengger di rumah. Nanti P’Dosen nyari lagi. Hehehe…

Dalam Pelukan Sang Guru

Judul Buku: Kumpulan Cerita Pendek, Dalam Pelukan Sang Guru.
Pengarang: H. Shobir Poer dkk
Tebal Buku: xii+142 halaman
Penerbit: Q Publisher

Pertama kali memegang buku ini, saya mengamati covernya terlebih dahulu. Terlihat seperti gambar abstrak tapi sarat makna. Lihat saja ada seperti goresan tinta putih berbentuk mesjid di sebelah kiri buku. Dari luarnya saja saya sudah menduga kalau memang buku ini penuh dengan kandungan pesan moral untuk kita.

Berisi tentang 21 cerita pendek di dalamnya dengan beragam cerita yang ditulis oleh 9 cerpenis. Mereka adalah H. Shobir Poer, Toto Dartoyo, Agam Pamungkas, Zaenal Radar T., Mahan Jamil Hudani, Ivekina, Arfan Kelana, Emi Priyanti, dan Insan Purnama.

Menurut saya, cerita-cerita yang dihadirkan dalam buku ini seakan mengingatkan kita untuk selalu ingat kepada Sang Pencipta di setiap langkah yang kita tempuh karena memang ya pada dasarnya kita tidak akan pernah lepas dari Dia. Segala bentuk kesempurnaan itu hanyalah milik Allah, kita hanya bisa bersyukur atas apa yang telah diberikanNya kepada kita dengan tetap menjalankan apa yang diperintahkan.
*Hmm… Masih terlalu banyak dosa yang saya lakukan, Allah. (T.T)

Ada sebuah kutipan dari kumcer ini yang saya rasa isinya menarik. Mau baca? ๐Ÿ™‚
“Tapi kenapa banyak orang menderita justru karena cinta?”
“Itu karena mereka mencintai sesuatu bukan karena Allah. Sesungguhnya hakikat cinta adalah keindahan. Jika kau mencintai sesuatu karenaNya, maka dalam keadaan gundah pun kau akan tetap merasakan indah. Sakit dan derita justru akan menjadikan rasa makin sempurna.” (Hal. 80; Dekapan Sayap Cinta Sang Guru; Mahan Jamil Hudani)

Yaah, lagi lagi tentang cinta yang dibahas si Nining. Gak apa-apa ya, teman-teman.
Tapi, ini bukan berarti semua isinya tentang dunia percintaan ya. Isinya beragam kok. Kebetulan aja dapat kutipan tentang lope-lope. Hehehe…

Oke. Oke. I think it’s enough untuk bercerita isi buku ini.
Trima kasih ya, P’Dosen atas pinjaman bukunya… ๐Ÿ™‚
Bermanfaat… ๐Ÿ™‚

Posted in Education, Friend, Life, Love

Cerita Malam Ini

Mengisi kekosongan di malam ini. Eh, iya. Ini malam Jum’at ya? Katanya malam keramat. Katanya. Tapi, tak apalah. Saya bercerita dulu. Sudah lama tidak bercerita di sini. Mumpung ada waktu untuk menulis. Biar sedikit. Maaf ya, tanpa gambar. Cuma sederet kalimat-kalimat spontanitas yang bersumber dari mind.

Tentang kuliah, alhamdulillah masih berjalan dengan baik. Cuma lagi sibuk menjalani masa-masa PPL II. Dan insya Allah besok sudah hari pelepasan. SMAN 1 Baubau, I will leave you. Wuaaah, pasti saya akan kangen sama anak-anak SMA itu. Utamanya for kelas X RSBI 1, X.10, XI IS 1 dan XI IS 2. Iya. Dari keempat kelas itu, cuma di dua kelas itu (X RSBI 1 dan XI IS 2) saya fokus mengajar, bersama teman saya, Tafry.

Mengajar mereka di kelas. Tidak menyangka. Tiga tahun lalu status saya masih sama seperti mereka, masih menjadi SISWA yang duduk di kursi dan memperhatikan guru yang lagi ngajar. Sekarang kebalikan. Dunia ini terlalu cepat berputar. Saya jadi ibuguru. Hahaha. Ibuguru kecil. >.<
Tiap mengajar selalu bersama tas ransel. Saya gak pernah tuh kalau ngajar nenteng-nenteng tas cewek yang tas samping itu tuh. Gak pernah. Padahal pengen juga seperti itu soalnya selalu liat teman-teman PPL kalau ke sekolah, ya Allah, ringannya. Sementara saya, harus, tidak boleh tidak, nentengin tas ransel. Isinya? Tentu saja, laptop (materi ajar semua di situ boo), kabel, charger, dll. ๐Ÿ˜€ Iya, soalnya kami ngajarnya pakai slide. Jadi, otomatis harus siap setiap saat dengan laptop. Saya jarang pakai spidol, terkecuali kalau mati lampu. Tapi jujur ya, waktu pertama kali ngajar, saat itu di kelas XI IS 2, waaahhh, saya tidak bisa berbuat apa-apa tanpa infokus. Padahal materi udah dibuat di Power Point. Saya gak mau sia-sia donk hasil kerjaan saya semalaman tidak dipergunakan. Dan pastinya anak-anak pada gak semangat kalau saya harus ngajar HITAM PUTIH toh. Saya sudah yakin itu. Syukurlah, guru pamong saya, Ibu Anisa, menyediakan infocusย dan taraaaaaa… Senangnya hati iniiii… Ada infocus, ada kabel. Yeah, let’s teach. Dan mulailah Ning bereksplorasi. Hahaha… Alhamdulillah. Trima kasih, ya Allah.

Menjadi seorang guru bukanlah suatu profesi yang mudah. Dalam profesi tersebut, kita ternyata dituntut untuk mendidik mereka menjadi pribadi yang baik. Bukan cuma tahu mentransfer ilmu pengetahuan yang kita miliki ke mereka. Iya. Di dalam mengajar selalu ada yang namanya psikologi antara murid dan guru. Saya sudah anggap mereka sebagai teman. Iya, umur kita kan tidak terpaut terlalu jauh. Saya udah mau 21 tahun, mereka sekitaran 17 tahunan lah. Lagian juga, tubuh kecil begini pasti dikira masih SMA. Hahaha… *Ngeyel aja lo, Ning. Saya anggap kedudukan kita sama, tapi saya salut sama mereka. Secara pribadi, saya anggap mereka masih memiliki etika yang bagus bagaimana harusnya bersikap terhadap saya dan teman saya ketika di dalam kelas. Attitude-nya bagus. “Pertahankan prestasi dan sikap sopan santunya ya, sayang-sayangku. Dan ingat, tetaplah seperti padi. Percuma kita cerdas, kalau tingkah laku kita tidak baik.”

Rasanya pengen sekali bercerita banyak lagi tentang pengalaman selama PPL II, tapi lain kali saja ya. Nanti disambung lagi. Hmmm, terakhir,
“Terima kasih, GURU-GURUku. Jasa-jasamu tidak akan pernah terlupakan. Saya seperti ini karena didikan kalian yang begitu tulus dan penuh kasih sayang kepada anak-anakmu ini. Trima kasih banyak. :)”

Tambahan sedikit, untuk DIA.
Thanks for you. ๐Ÿ™‚
I always love you everyday.

Trima kasih akan rasa ini, Allah.
My love for him, tidak akan lebih dari Engkau. Karena I love him because of You. ๐Ÿ™‚
Posted in Life, Love

For Two Weeks

Saya tertidur sekitar jam 09.00 p.m. Tidak seperti biasanya. Iya. Soalnya siang tadi (21/02) dari Pantai Nirwana. Pembubaran panitia Futsal Championship yang diadakan UNESA (Unidayan English Students Association). Kalau boleh dibilang, saya tidak begitu terlibat di kegiatan ini karena kemarin bertepatan dengan seminar nasional dan temu BEM. Jadi, cuma pada acara penutupan saja Minggu kemarin (19/02). Iya. Saya berkesempatan menjadi MC di acara tersebut. Alhamdulillah. FKIP Bahasa Inggris jadi juaranya. Ye ye ye…. Hehehe… Kita berhasil meraih Piala bergilir FKIP Unidayan Futsal Championship Dekan Cup I dan Unesa Cup II (oleh Tim Futsal FKIP B.Inggris 7A). Juara keduanya diraih oleh Tim Futsal FKIP Matematika, Juara ketiga oleh Tim Futsal FKIP Ekonomi A, dan yang keempat oleh Tim Futsal FKIP B.Inggris 3D.

Acara penutupannya, saya seru-seruan sama Mimin di belakang gawang. Memberikan support sama Tim Futsal FKIP. B.Inggris 7A yang lagi main lawan Tim Matematika. Untungan kita yang menang, skor akhir 3-1. Huiiiiihhh. Gila-gilaan. Sebenarnya gak terlalu suka bola sih, tapi karena yang main ‘bukanย siapa-siapa’ jadi SEMANGAT… Iya iya iya… Maju UNESA!!! ๐Ÿ™‚

Errrr… Kayaknya udah melenceng dari judul deh. Sorry, kebablasan nyeritain futsal kemarin. Ouke… Let’s write…
For two weeks, he will let me here, alone. He will go in a far place. And today, he has a flight. I’m sure, there he’ll be busy with his business, won’t have enough time to contact me, and maybe I’ll miss him so much here. It’s fine to me. I know, he’ll go there because of profession. As a student of university. Hehehe… I just hope, you will be fine there. Before you go, let’s pray for the sake of your safeness.

I remember, if I write like this and you read it, you said to me, “it’s just your words”. I admit and give you a smile, that it’s true, because I am a language person.
Hmmm… I’m confused with our self. I’ve written that I want to go from you, I want to leave you after our big event, but the fact, I don’t do it till now. I’m aware now why my friends have to talk with me about their BF and declare they want to break up, but the fact it won’t happen. Maybe the feeling is the same with what I have now. I don’t know when it’s ended. I don’t want to do the same mistake such the past. It will hurt me. Maybe, it’s better to enjoy this with him now.
Be careful, you!

Posted in Life, Love

Malam Ini Dia…

Hei semuaaaa…
Lama tak jumpooo…
Hedeeeeuhhh… Blogku, apa kabarnya dirimu? Maaf ya. PPL II masih butuh perhatian ekstra. Tidak boleh tidak diberi perhatian sedikitpun. Waktu saya pun tersita banyak karenanya. Hingga saya harus mengalami kerenggangan sama kk. Saya tidak tahu ya, mungkin dia marah. Bukan mungkin, tapi sudah pasti. Handphoneย saya diNONAKTIFkan.

Saya sudah terlalu capek dengan keadaan sekarang. Entah harus dibagi berapa tubuh saya ini untuk memenuhi permintaan orang-orang yang membutuhkan saya. Terlebih lagi waktu untuk bersama dia. Saya sepertinya belum mampu menjadi apa yang dia inginkan. Dan malam ini, HP dimatikan untuk tidak ada yang menghubungi saya, sekalipun dia.

Oh, iya. Saya pernah menuliskan hal kalau saya ingin pisah sama dia setelah event itu dilaksanakan. Eventnya telah selesai beberapa hari lalu dan saya masih bersama dia. Tandanya? Saya masih belum bisa untuk tidak bersamanya. *Haaa, bicara itu gampang, Ning. Tapi untuk melakukannya susah. Kamu tahu itu? Tahu, Ning???? JAWAB!!!

Saya tidak banyak berharap tulisan ini akan dibaca oleh dia. Karena sudah tahu kan alasannya. Kalau bukan saya yang menunjukkannya, tidak akan mungkin dibaca olehnya. Dan saya tidak mau menyuruhnya untuk membaca, kecuali dia sendiri yang berinisiatif. Malam ini dia marah. Mungkin. Saya tidak tahu apakah hari esok akan marah juga atau tidak. Dia terlalu baik untuk saya. It’s better to leave me now. Saya tidak bisa marah sama dia karena mungkin sudah terlalu capek. Beberapa hari ini, kegiatannya menguras tenaga.

PPL II bukannya berpenampilan selayaknya ibuguru, saya malah berpenampilan seperti seorang guide bin aneh -___-“. Tas ransel, almamater Unidayan, rok hitam di bawah lutut, baju kemeja putih, dan sepatu berhak. Waaaah, saya seperti ibuguru Dora. Pake tas ransel. Deeeehhh… Secara, kalau harus memakai tas samping, ckckck… Gak ditahu bakal seperti apa bentuknya. Isinya buanyaaakkk… >.<
Entahlah anak murid saya beranggapan seperti apa. Yang jelas, it’sย comfortable for me.

Besok harus mengajar lagi. Hemmmm… Semoga menyenangkan. Amin.
Ini malam rampungkan materi secara keseluruhan untuk besok, dan untuk dia, terserahlah. Saya masih tidak mau untuk bermarah-marahan. Saya terlalu capek untuk hadapi sesuatu hal yang datang bertubi-tubi seperti ini.

*Karena saya tidak sempurna, sayang. Saya terlalu banyak berbahasa, malah saya cuma bisa berbahasa saja. Itu kata kamu, malam kemarin. Iya. Sepertinya. Mungkin saya harus mengurangi bahasa saya ke kamu, karena kamu nampaknya kurang suka. Iya, saya lebih baik memilih untuk diam saja. Maafkan.ย