Posted in Education

Lelucon yang Baik Ketika Mengajar

Akhirnya bisa posting lagi, setelah mondar-mandir antara kuliah dan tugas yang selalu meminta perhatian dari Nining. :'(

Oke. Postingan kali ini mengenai cara membuat lelucon yang baik di dalam kelas ketika kita sedang berprofesi sebagai pendidik, alias ketika kita mengajar.

Sebagai seorang pendidik di dalam melakukan pembelajaran ataupun pengajaran terhadap anak didik, kita diharapkan mampu memberi kesan yang menarik dalam proses belajar mengajar sehingga anak didik merasa antusias dengan materi yang kita bawakan. Banyak cara yang bisa kita lakukan, salah satunya adalah dengan memberikan lelucon di sela-sela proses belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan agar suasana PBM tidak begitu menegangkan dan membosankan.

Pendidik dengan rasa humor yang bagus seringkali disukai oleh para peserta didik. Iya. Karena kenapa? Menurut saya pribadi, pendidik dengan rasa humor yang bagus dan bisa menempatkan humoritasnya di dalam kelas dengan tepat dapat mencerminkan keprofesionalitasnya sebagai pendidik. Ramah, baik, dan welcome. Tidak ada istilah guru killer yang akan diucapkan dari mulut para peserta didik nantinya untuk pendidik tersebut. Betul?

Namun, di dalam membawakan sebuah lelucon, kita harus tahu cara yang baik dan tepat. Jangan sembarangan menghadirkan sebuah lelucon di dalam kelas.

  • Ketika mengajar kita sebaiknya jangan keseringan membuat lelucon dalam bentuk fisik. Maksudnya dengan gaya kita yang dibuat lucu sehingga peserta didik tertawa. Hal semacam itu wajar saja dilakukan, akan tetapi jangan terlalu keseringan karena dapat mengakibatkan seorang pendidik itu akan dianggap remeh oleh peserta didiknya.
  • Lelucon dalam bentuk verbal adalah salah satu cara yang tepat untuk menciptakan ‘kehidupan’ di dalam kelas. Jika kita sudah merasa bahwa peserta didik sudah mulai jenuh dan tidak mood mengikuti pelajaran, maka lelucon verbal inilah bisa menjadi salah satu ‘penolong’ kita untuk membangkitkan lagi gairah peserta didik dalam mengikuti PBM.
  • Di dalam menghadirkan lelucon, sebaiknya jangan sembarang lelucon. Usahakan leluconnya juga menyangkut pendidikan. Istilahnya, lelucon yang edukatif lah.
*garis-garis besar dari isi artikel ini adalah hasil penjelasan Bpk Ld. Supardi, S.Pd, M.Pd. di dalam mata kuliah Belajar dan Pembelajaran, dan saya berusaha mengembangkannya sebaik mungkin hingga seperti ini. *semoga artikelnya tidak membuat Anda bingung. 🙂
Terima kasih, Pak Pardi… 🙂
Posted in Education

Jadi Guru Gak Parah-Parah Amat

Menjadi seorang guru di zaman sekarat ini *Ups… Zaman sekarang ini maksudnya* gak parah-parah amat. Iya. Soalnya enak. Zaman udah semakin modern. Nah, berhubung dah modern, maka media pengajarannya pun semakin bervariasi, malahan lebih enakan sekarang kali yah kalau jadi GURU. Bandingin aja…
>>> Zaman Kemarinnn (Tempo doloe) : Kapur tulis + blackboard…
>>> Zaman Sekarang : Boardmarker + whiteboard…
>>> Zaman Sekarang versi yang lebih modernx lagi : make InFocus…

Jiaaahhh… Enak banget menjelaskan materi make InFocus… Subhanallah…
*Bagi Ningning yah…
Gimana gak… Kemarin itu kan mata kuliah Profesi Keguruan. Nah, Nining sama Vivy (My Leader nih) dapat tugas dari Pak dosen minggu lalu untuk mempersiapkan materi kuliah yang akan dipresentasikan minggu ini (18 April 2011). Thus, kita udah buat SLIDEnya satu-satu… Dan tau? Kita mempresentasikan materi bukan hanya di kelas B (kelas Ningning en Vivy)  saja, tapi di kelas A juga. *toeng.toeng. Gak tanggung-tanggung, presentasi lagi…  Hahaha… Enak deh pokoknya…  Continue reading “Jadi Guru Gak Parah-Parah Amat”

Posted in Education

Profesionalisme dan Ciri-Cirinya

*Kyaaaa…
Allah, makasih ya…
Untuk hari ini…
Alhamdulillah… Akhirnya presentasi mata kuliah Profesi Keguruan berakhir dengan SELAMAT. Hehehe… 🙂
Terima kasih juga buat pak dosen, Bpk. Ld. Supardi, M.Pd., yang udah mau mengajarkan Ning dan teman-teman menjadi calon guru yang baik. 🙂
Makasih, Pak…

Iyaphh…
Tadi, materi presentasi Ning itu judulnya PROFESIONALISME dan CIRI-CIRI PROFESIONALISME.

Ning jelasin secara singkat aja yah…
Profesionalisme itu merujuk pada komitmen anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan secara berkelanjutan mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Sedangkan ciri-ciri profesionalisme itu sendiri ada 4 poin, yaitu:
1. Memiliki keterampilan dan kemahiran.
2. Memiliki ilmu dan pengalaman; peka dan dapat menganalisis masalah, serta being a good decision maker.
3. Bersikap orientasi ke depan.
4. Mandiri, terbuka dan menghargai pendapat orang lain, dan cermat.

Di atas itu cuma garis-garis besarnya saja. Untuk lebih jelasnya silahkan download materi kuliah Profesi Keguruan ini di sini >>> (PROFESIONALISME DAN CIRI-CIRINYA)

ini nih tampilan powerpointnya… 🙂
Posted in Education

Profesionalisme dan Ciri-Cirinya

*Kyaaaa…
Allah, makasih ya…
Untuk hari ini…
Alhamdulillah… Akhirnya presentasi mata kuliah Profesi Keguruan berakhir dengan SELAMAT. Hehehe… 🙂
Terima kasih juga buat pak dosen, Bpk. Ld. Supardi, M.Pd., yang udah mau mengajarkan Ning dan teman-teman menjadi calon guru yang baik. 🙂
Makasih, Pak…

Iyaphh…
Tadi, materi presentasi Ning itu judulnya PROFESIONALISME dan CIRI-CIRI PROFESIONALISME.

Ning jelasin secara singkat aja yah…
Profesionalisme itu merujuk pada komitmen anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan secara berkelanjutan mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Sedangkan ciri-ciri profesionalisme itu sendiri ada 4 poin, yaitu:
1. Memiliki keterampilan dan kemahiran.
2. Memiliki ilmu dan pengalaman; peka dan dapat menganalisis masalah, serta being a good decision maker.
3. Bersikap orientasi ke depan.
4. Mandiri, terbuka dan menghargai pendapat orang lain, dan cermat.

Di atas itu cuma garis-garis besarnya saja. Untuk lebih jelasnya silahkan download materi kuliah Profesi Keguruan ini di sini >>> (PROFESIONALISME DAN CIRI-CIRINYA)

ini nih tampilan powerpointnya… 🙂
Posted in Education

Tentang Pendidik dan Peserta Didik

Berbicara tentang peserta didik, kita berbicara tentang anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik formal ataupun nonformal dan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Contoh, peserta didik yang berada di tingkat dasar ataupun menengah, disebut siswa/siswi. Peserta didik yang berada di jenjang pendidikan tingkat tinggi disebut mahasiswa.

Well, di atas itu cuma sebagai kata pembuka aja. Hehehe… Tadi gw ada mata kuliah SBM alias Strategi Belajar Mengajar yang dibawakan oleh Pak La Ode Supardi, S.Pd, M.Pd di ruangan 462, lantai 4, gedung FKIP UNIDAYAN. Mata kuliahnya asyik, soalnya beliau juga ngebawainnya bagus. Nampaknya beliau udah tahu gimana caranya ngebawain materi dengan style yang TOP BGT. I like it. 🙂

Tadi kita ngebahas tentang Pola-Pola Interaksi antara Pendidik dan Peserta Didik dalam proses belajar mengajar. Selesai pak dosen ngejelasin tentang materi itu, seperti biasa, kita diberi kesempatan untuk bertanya. Ada beberapa ilmu yang gw mau share di sini tentang pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan sama teman-teman sekelas gw tadi.

“Ada pertanyaan?,” kata Pak Pardi.

“Saya, pak!” teman gw sambil mengacungkan tangannya.

“Pak, gimana langkah-langkah seorang pendidik jika di dalam PBM, materi pelajarannya gak pernah ditanggepin sama peserta didik?”

…..

“Satu pertanyaan terakhir,”  kata pak dosen lagi.

Tiba-tiba, teman gw lagi bertanya, “Sikap positif seperti apa yang sebaiknya dilakukan peserta didik jika peserta didik tidak menyukai pendidiknya dalam mata pelajaran/mata kuliah tertentu?”

….

Sebelum pak dosen ngejawab, beliau memberikan kita kesempatan untuk sapatahu ada yang bisa ngejawab. Gw sempat juga siyh beri jawaban. Tapi, gak tahu. Kayaknya jawaban gw gak berbobot. Hehehe… Oh, iya, jawabannya ada di bawah. Gw nyoba untuk rangkumin pertanyaan dan jawaban dari teman-teman gw. Cekidot…

*Langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan pendidik jika peserta didik tidak/kurang menanggapi mata pelajaran yang diberikan dalam PBM (Proses Belajar Mengajar), yaitu

 

  1. Pendidik harus berusaha membawakan materi yang dibawakan sebaik mungkin sehingga menumbuhkan rasa ketertarikan peserta didik dalam mempelajari materi tersebut.
  2. Pendidik harus bisa menjadi orang yang kreatif dalam mengajar. Metode pengajaran yang dibawakan jangan bersifat monoton. Harus bisa bervariasi agar peserta didik tidak bosan di dalam PBM.
  3. Ada baiknya, sebagai pendidik harus dapat mengetahui dan memahami berbagai macam karakteristik peserta didik, sehingga dengan begitu pendidik tahu dengan cara mengajar seperti apa yang cocok diterapkan di dalam PBM untuk peserta didik.

 


*Sebagai seorang peserta didik, melakukan penilaian terhadap pendidik merupakan sikap yang sudah biasa dan sering dilakukan. Apalagi memberikan penilaian tentang cara mengajarnya, cara berpakaiannya, selayaknya artis yang sedang naik daun. Pendidik selalu menjadi pusat perhatian public (peserta didik). Di antara banyaknya peserta didik di dalam sebuah kelas/sekolah, pastinya ada satu, dua orang yang tidak menyukai salah satu pendidik yang mengajar di kelas mereka. Dan tentunya, sebagai peserta didik  mau gak mau harus ngikutin apa yang diperintahkan oleh pendidik tersebut. So, bagi kamu yang merasa masih jadi peserta didik dan gak menyenangi salah satu guru/dosen kalian, coba lakukan langkah-langkah positif berikuti ini, sapatahu bisa membantu dan kalian gak bakalan menyesal nantinya. Ingat, gan, Penyesalan gak datang duluan!

“Berusaha untuk belajar menyukai mata pelajaran/mata kuliah yang diberikan, walaupun sebenarnya tidak menyukainya. Belajarlah menjadi ikhlas untuk menyukai mata pelajaran/mata kuliah tersebut, meskipun tidak menyukainya. Karena suatu saat kita akan saling membutuhkan satu sama lain. Manusia adalah makhluk sosial. Remember it!”

Oh, iya, ada satu lagi yang gw petik dari perkataan dosen gw tadi.

“Sebagai seorang pendidik/guru, janganlah menempatkan diri kita sebagai orang yang cerdas, orang yang lebih tahu dari yang lain (peserta didik). Kita harus menempatkan diri kita sebagai seorang yang memberikan informasi bagi para peserta didik.”

Gw setuju dengan perkataan dosen SBM gw. Iya, karena sebagai pendidik, kita tidak selamanya tahu segala-galanya. Mungkin saja ada peserta didik yang lebih pinter dari pendidiknya. Bisa jadikan? So, sebagai pendidik, kita jangan terlalu congkak, bahwa gw hebat, gw lebih cerdas dari anak murid gw. Mereka tahu apa?

Sekarang informasi udah banjir. Ada di mana-mana. Mudah diakses di mana saja, kapaannn saja…

Bagi peserta didik yang bisa ngegunain kesempatan ini dengan baik, mungkin akan bisa menyaingi guru/dosennya. Jadi, bagi para pendidik ataupun calon pendidik *gw juga termasuk. Hehehe… Ingat yang di atas yah!

Okay.Okay. Kayaknya sampai di sini dulu postingan gw kali ini tentang pendidik dan peserta didik. Mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua. And, gw minta maaf kalo artikel ini mengandung umpan.umpan. Eh, eh, maksudnya ada kata-kata yang gak enak untuk dibaca, gw minta maaf. Bukan maksud gw menulis seperti itu untuk menyakiti. -_-“. Assalam…

 

Posted in Education, Life, Place, SMAN 1 Baubau, Words

BAKTI SOSIAL RAMADHAN SMANSA ’09

BAKTI SOSIAL RAMADHAN 1431 H/2010 M

ALUMNI 2009 SMA NEGERI 1 BAU-BAU

 

Assalamu ‘alaikum wr.wb.

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala Puji hanya bagi Allah, Tuhan seluruh alam. Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasul junjungan, Muhammad Saw, juga kepada para sahabat, keluarga dan pengikutnya sampai hari kiamat.

Dalam rangka mengisi bulan Suci Ramadhan 1431 H/2010 M, kami selaku alumni SMAN 1 Bau-Bau tahun 2009 akan menyelenggarakan Bakti Sosial yang Insya Allah bertempat di Pondok Pesantren Al Marhamah. Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahim antar sesama alumni dan terlebih lagi sebagai ladang untuk memperoleh amalan yang sebanyak-sebanyaknya di dalam bulan Suci Ramadhan.

Adapun kegiatan ini Insya Allah akan diselenggarakan pada:

Waktu           : Minggu, 15 Agustus 2010

Pukul             :  09.00 Wita – selesai

Tempat         : Pondok Pesantren Al Marhamah.

Jalan Pahlawan, Kota Bau-Bau.

Demi terwujudnya kegiatan ini, kami mengharapkan keikhlasan dari saudara(i) sekalian untuk menyisihkan sebagian rezekinya dalam bentuk sembako, pakaian layak pakai dan uang.

Demikianlah penyampaian ini dibuat untuk dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab. Semoga Allah senantiasa meridhoi setiap langkah kita. Amin.

Atas kerjasama dan perhatiannya, diucapkan terima kasih.

Wabillahi taufik wal hidayah,

Wassalamu ‘alaikum wr.wb.

Bau-Bau, 5 Juli 2010Ketua Panitia

M U N A W A R   G

Posted in Education, English, Life, Place

BEING A GOOD TRANSLATOR

This is my first experience to be a translator. I’m aware that I’m still too young for this job. But, I have to believe, I can do this well because when we believe it, it can happen automatically.

MY KNU TEAM

I was a translator when there was KYUNGPOOK NATIONAL UNIVERSITY (KNU) students from South Korea came in Bau-Bau, 13th – 25th July 2010. The total of members is 80 people. There were 4 teams. Each team has 18 students and 2 lecturers. They taught in schools. They are in SMAN 1 Bau-Bau, SMAN 2 Bau-Bau, SMAN 4 Bau-Bau, and SMAN 6 Bau-Bau. The students taught Korean Language, English, IT, Taekwondo, and Recreation. And I got the KNU Team for SMAN 1 Bau-Bau.

There are some important points that must be had by a translator, they are like these:

  1. Being a translator must have self confidence. That’s main key. English is also important, but I think it is just the support for being a translator. When we have had it, we can do the job well.
  2. We must appear the leadership in our own self because we are the leader in that team. Translator doesn’t not only translate everything, but also have to manage all of our tourists need. Make sure everything is well. The translator must have the sensitivity. This is one of my difficult jobs. But, I enjoyed this because I have a dream to be a guide or translator. ^^
  3. The translator must be an initiator and a decision maker. If we get some problems, we have to be able to get the solution to solve the problem. We shouldn’t find cause of problem first. It will be done after the problem can be solved. So, the translator must have a mature thinking about the problem that will appear later. Don’t wait the problem comes. That’s why the translator should be smart to see the situation that will happen.
  4. Be a translator, we must build communication line among others translators, our team, our coordinators, and other parties concerned. Basically, we are team. We must have a good coordination. By building communication line among them, it can make easy our work.
  5. If we get problem, the translator must be calm. Don’t be panic.
  6. The translator must be strict with the tourist about dress code or attitude that be forbidden to be done in certain places. So, give them explanation about that well.
  7. The translator must have a strong mental. Whatever people say to us, especially it’s a bad comment, don’t care about that. Keep doing our best as long as it’s good for us and our work.
  8. Don’t forget to always keep good our name, our city, our government, our country.
  9. In making conversation, we must avoid the repetition.
  10. The translator must give a lot of attention for the tourist, and then they can feel they are safe with us.

Thus, some important points that we must take notice about being a good translator. The professionalism must be improved and then we will be one of the best translators in this world. ^^ (wow… over…!!! Hohoho…). I hope my writing can be useful for you all and thanks for visiting my website and reading this article. Thank you… ^^

*thanks before for Kk ALiiii yang udah mo ngasih comment and kritikannya selama Ning jadi translator, buat para translator yg lain alias kk2 senior gw, thx byak udah ngasih msukan dan semangat buat tetap doing our best… 🙂

Ning, Kk Sabar, Ibu Siana, Kk Ali, Kk Heni, dan Kk Wiwik
Posted in Culture, Education, Life

Tugas Akhlak Budaya Buton

Tugas Mata Kuliah Akhlak Budaya Buton tentang Pengertian Akhlak menurut para ahli, Pengertian Kebudayaan menurut para ahli, dan pemaknaan Kebutonan…

TUGAS AKHLAK DAN BUDAYA BUTON

1. Pengertian akhlak menurut para ahli.

– Ibn Miskawaih, ahli falsafah Islam yang terkenal mentakrifkan akhlak itu sebagai keadaan jiwa yang mendorong ke arah melahirkan perbuatan tanpa pemikiran dan penelitian.

-Imam Ghazali RadiAllahu Anhu mengatakan: akhlak ialah suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan perbuatan-perbuatan dengan senang tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian. Apabila perbuatan itu baik dan terpuji menurut syara dan aqal, perbuatan itu dinamakan akhlak yang mulia. Sebaliknya, apabila perbuatan yang buruk, ia dinamakan akhlak yang buruk.

– Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.

2. Pengertian akhlak menurut pribadi sendiri.

Akhlak adalah suatu perilaku yang telah tertanam dalam diri manusia diakibatkan kebiasaan – kebiasaan yang dilakukan tanpa adanya pertimbangan dahulu sehingga kemudian akan menjadi kepribadiannya.

3. Pengertian kebudayaan menurut para ahli.

– Edward B. Taylor menyatakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh sebagai anggota masyarakat.

– Koentjaraningrat menyatakan kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

– Ki Hajar Dewantara menyatakan Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

– Arkeolog R. Soekmono menyatakan bahwa kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan dalam penghidupan.

4. Pengertian kebudayaan menurut pribadi sendiri.

Kebudayaan adalah sesuatu hal yang merupakan hasil cipta manusia yang kemudian menjadi kebiasaan suatu masyarakat atau golongan dalam kehidupan sehari-hari secara berkelanjutan.

5. Pengertian akhlak dan kebudayaan menurut pribadi sendiri.

Akhlak dan kebudayaan adalah sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat dalam pemikiran manusia, dimana dilandasi dengan tingkah laku manusia yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik yang dapat dijadikan pedoman dan pengarah hidup manusia dalam berprilaku baik secara individu maupun kolompok.

Kebiasaan yang ditunjukan suatu individu atau sekelompok masyarakat dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang tidak dapat di tinggalkan lagi karena telah melekat dalam kehidupan mereka.

Akhlak dan kebudayaan adalah suatu perilaku atau tingkah laku manusia yang berasal dari hasil cipta manusia itu sendiri yang ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat sehingga menjadi suatu kebiasaan yang kemudian menjadi kepribadian diri manusia itu sendiri.

6. Pemaknaan kebutonan.

Arti kebutonan yaitu kalau kita merasa sebagai orang Buton maka proses dan perilaku keseharian kita dalam hidup ini harus berlandaskan budaya, adat, ataupun kebiasaan yang selama ini dipedomani dalam segala segi kehidupan kita sehari-hari. Contohnya, seperti yang ada pada Falsafah Buton ; pobhinci-bhinciki kuli, pomae-maeka, pomaa-maasiaka, poangka-angakakata, serta yinda-yindamo arata somanamo karo, yinda-yindamo karo somanamo lipu, yinda-yindamo lipu somanamo sara, yinda-yindamo sara somanamo agama.

Kata Buton berasal dari kata Butuuni ( Bahasa Arab) yang artinya perut. Maksudnya adalah di dalam perut Pulau Buton banyak terdapat sumber daya alam yang berlimpah yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.

Semoga bermanfaat,,,

UNIDAYAN ’09

Posted in Education, English

Theories of Learning

BEHAVIORISTIC THEORY
1. Determine learning goals
2. Analyzing the current environment of this class include identifying prior knowledge of student (entry behavior).
3. Determine the subject matter
4. Breaking the subject matter  into small parts, including subject, topic.
5. Presenting the subject matter
6. Giving stimulus, it can be question, both oral and written questions, tests / quizzes, exercises, or tasks.
7. Observe and assess the responses given by students.
8. Giving reinforcement (perhaps positive / negative reinforcement), or punishment.
9. Giving a new stimulus.
10. Observe and assess the responses given by students.
11. Giving continued observation or punishment
12. So forth.
13. Evaluation of learning outcomes.

COGNITIVE THEORY
1. Determining learning goals
2. Identifying  the characteristics of students.
3. Choosing the subject matter
4. Determining the topics that can be learnt.
5. Determining the learning activities in accordance with topic
6. Developing learning materials.
7. Developing methods and stimulating the student creativity.
8. Always be done applying
9. Doing Assessment of learning process and outcomes.

HUMANISTIC THEORY
1. Determining learning goals
2. Determining the learning material
3. Entry behavior
4. Identifying the lesson topics.
5. Designing learning facilities such as environmental and instructional media
6. Guiding students in active learning
7. Guiding students to understand the essence of the meaning of the learning experience.
8. Guiding students in applying new concepts to real situations.
9. Guiding students to make the conceptualization of learning experiences.
10. Evaluating processes and outcomes of learning.