Posted in Life, Love

Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1991

Dilan 1991Dilan 1991

“Aku merasa sedih untuk apa yang hilang, tapi kupikir mungkin ada pelajaran yang bisa kita dapati dari situ. Masa lalu bukan untuk diperdebatkan, kukira itu sudah bagus.
Mari biarkan.” Milea Adnan Hussain – Dilan Bagian Kedua: Dia Adalah Dilanku Tahun 1991
(Pidi Baiq, 2016, p. 342)

Judul: Dilan Bagian Kedua: Dia Adalah Dilanku Tahun 1991
Penulis: Pidi Baiq
Cetakan: X, Februari 2016
Penerbit: Pastel Books, Bandung
Tebal: 344 halaman
ISBN: 978 – 602 – 7870 – 99 – 4

                Yaps, buku ini adalah lanjutan dari Dilan bagian pertama: Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990. Jika buku pertama mengisahkan masa-masa Dilan dan Milea bertemu, berkenalan dan berpacaran, maka buku kedua ini bercerita tentang saat-saat mereka telah resmi berpacaran. Cuma butuh beberapa jam untuk membacanya. Membunuh waktu melewati perjalanan panjang dari Makassar ke Baubau melalui udara dan lautan membuat buku ini begitu istimewa, seperti membuat momen spesial tersendiri untuk saya. Bukan tentang waktunya, tapi tempat saya menikmati bacaan ini. Alhamdulillah ya Allah.

                Oke, bercerita tentang isi buku ini, tentang bagaimana Dilan dan Milea menyatakan hubungan mereka secara resmi dan melewati masa-masa berpacaran yang penuh suka duka, mulai dari Dilan apel ke rumah Milea dengan membawa teman-temannya yang berhasil membuat Kang Adi (guru les Milea yang menyukai Milea) cemburu, pengeroyokan terhadap Dilan dari orang yang tak dikenal, teman kecil Milea (Yugo) yang datang kembali ke kehidupan Milea untuk menjalin hubungan dengannya yang pada akhirnya ada suatu kejadian yang membuat Milea membenci Yugo, keberanian Milea menyatakan hubungannya dengan Dilan di depan keluarganya sendiri dan keluarga Yugo, hingga Dilan yang akhirnya pindah sekolah karena diawali dari perkelahiannya dengan Anhar (teman SMA Dilan dan Milea) dan masalah ini berbuntut panjang hingga Dilan harus mendekam di dalam penjara atas perintah Ayah Dilan yang merupakan seorang tentara. Pada saat itulah, hubungan Dilan dan Milea menjadi sangat kritis. Dilan yang tidak suka dikekang oleh Milea dengan kegiatan geng motornya, sementara Milea yang bersikap mengekang Dilan karena takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan karena geng motor itu. Apa yang terjadi di akhir ceritanya? Let’s read this book. Atau sudah tahu endingnya? Pasti tahu endingnya setelah membaca paragraf berikut ini.

                Ah, buku ini membuat saya menangis lagi di akhir ceritanya. Saya baper, readers. Rasanya kayak gimana yaah. Sudah menambatkan hati pada orang yang kita sayangi dan tidak bersatu itu, rasanya seperti menyesal memiliki perasaan yang sepenuhnya cinta kepada seseorang itu. Tapi, life must go on. Kita juga berhak bahagia dan berhak membangun kehidupan yang baru walaupun rasanya tidak sama seperti yang kemarin. Memang pada awalnya mungkin menyesal tapi dengan penerimaan yang ikhlas, semuanya akan berjalan normal kembali (dengan jangka waktu yang tak ditentukan). Dalam setiap proses menjadi manusia yang lebih baik, pasti ada peristiwa dan pelajaran hidup yang dialami.

                Kalau saja tidak pacaran, pasti tidak ada rasa menyesal. Cinta itu datangnya kan dari Allah, jalan untuk menyatukan cinta itu kan Allah telah tentukan dengan cara yang baik untuk umatNya. Yaa, pastinya bagi yang mengerti, bisa memahami dan melakukannya menurut aturan Allah. Kalau saya sih kemarin cuma sekedar tahu, tapi belum memahami. Hehehe. Tapi sekarang, yaa berhubung usia sudah tidak muda lagi, jadi harus sadar-sadar sedikit, Ning, nah. 😀 Pahami, tidak hanya sekedar tahu saja. Ahaidee. Semangattt!!!

                Oh iya, kembali lagi ke Dilan. *Hampirmi kabur air lagi tulisanmu, Ning. 😀                Dilan, apa kabarmu sekarang? Milea sudah bersama yang lain. Kamu gimana? Membaca akhir ceritamu bersama Milea, saya kok sedih ya. Mas Pidi Baiq kok tega ya nulis cerita seperti ini. Endingnya gak enak. >.< Mas, saya sakit bacanya. Milea kan jadi sedih, sedangkan Dilan gak suka kalau Milea sedih. Hmm… Saya speechless, Mas. Saya benar-benar dibuat baper.

“Tujuan pacaran adalah untuk putus. Bisa karena menikah, bisa karena berpisah.”
(Pidi Baiq, 1972 – 2098)

Posted in Friend, Life, Love

Generasi 90an

Generasi 90an
Generasi 90an

“Generasi di mana imajinasi lebih mendominasi daripada teknologi.” (Marchella FP, 2013)

Judul Buku: Generasi 90an
Penulis: Marchella FP
Cetakan Kedua Maret 2013
Penerbit: PT Gramedia, Jakarta
Tebal: 144 Halaman

Terbitnya buku Generasi 90-an ini menjadi ajang nostalgia buat orang-orang, khususnya yang pada saat itu masih berada di bangku SD, SMP dan SMA di tahun 90-an, termasuk saya. 😀

Well, seperti apa yang dikatakan Mbak Marchella, buku ini membahas tentang segala hiburan di era 90an, seperti musik, tontonan, mainan, tren, jajanan, bacaan dan lain-lain. Ketika membaca buku ini, saya udah langsung senyum-senyum aja. Hahaha. Lucu. Teringat kenangan masa lalu, masa kanak-kanak yang memang paling berharga sekali. Kemarin masih banyak hiburan-hiburan yang masih bersifat non-digital, masih banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar, dengan alam, dengan teman-teman secara LIVE. Sekarang mah, anak-anak mainnya gadget, layar gadget terus yang diliatin. Itupun kalau kumpul sama teman-teman, gadgetnya yang diperhatikan, banyakan liat gadget daripada ngobrol sama teman, rata-rata sih gitu. 😀 Terlepas dari itu, buku ini menjadi salah satu sumber pembawa kenangan manis untuk kita yang ‘beredar’ di sekitaran tahun 1990-1999.

Buku yang berukuran 20 cm x 20 cm dan full color menambah semaraknya momen tahun 90-an itu. Saya waktu membaca buku ini, dari awal sampai akhir senyum terus, sedikit-sedikit ketawa. Yaa, kenangannya terlalu manis. Saya betul-betul menikmati masa-masa itu. Alhamdulillah. Masa kecilnya bahagia. Masih ingat dengan Majalah Bobo, Baju-Baju (BP-BP-an), Trio Kwek-Kwek, dan banyak lagi lainnya. Makasih, Mbak Marchella, udah menyelamatkan segala momen-momen itu di buku ini. Kenangannya tidak dapat diganti dengan apapun.

So, bagi yang ingin mau bernostalgia dengan masa 90-an, buku ini bisa menjadi salah satu rekomendasi untuk mengenang dan menyimpan kenangannya. Eeaa…

I’m proud of being Generasi 90an. 😀

Posted in Life, Love

Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990

Dilan, Dia Adalah Dilanky Tahun 1990
Dilan, Dia Adalah Dilanky Tahun 1990

“Dilan mungkin tidak paham dengan teori bagaimana seorang lelaki harus memperlakukan wanita, tapi apa yang dia lakukan selalu bisa membuat aku merasa istimewa dan lain daripada yang lain. Menjadi wanita yang paling indah yang pernah kurasakan. Tanpa perlu berlebihan bagi dia untuk membuat aku merasa lebih.
Milea Adnan Hussain”
(Pidi Baiq, 2015, p. 273)

Judul Buku: Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990
Penulis: Pidi Baiq
Cetakan XX, Desember 2015
Penerbit: Pastel Books, Bandung
Tebal: 348 Halaman

Hi, Dilan! Boleh berkenalan denganmu? Saya penasaran bagaimana rupanya kamu. Saya penasaran bagaimana kamu memperlakukan Milea dengan cara yang unik. Kamu tahu tidak? Kamu sosok pribadi yang menyenangkan, walaupun memang agak aneh. Humoris juga. Bagus lah. Mas Pidi Baiq pintar ya, udah nyiptain karakter kayak kamu, Dilan. Semoga Dilan dan Milea bahagia terus.

Yaps. Buku ini menceritakan tentang kisah cinta antara Dilan dan Milea dengan latar belakang Kota Bandung di tahun 1990. Kisah cinta anak SMA yang tidak seperti biasa tapi tidak membosankan, lucu, dan yaa ini tidak mengalaykan. 😀 Memang, ini Cuma sebuah fiksi, tapi kok rasa-rasanya saya penasaran sama sosok Dilan ya? Hehehe. Mudah-mudahan buku ini bisa difilmkan, yaa walaupun memang this is just a fiction. Melihat sosok Dilan yang nyata itu kayaknya lebih klop aja. Tapi ya sudahlah, Dilan will be always Dilan dalam sebuah buku Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1990.

Menulis tentang buku ini bukan berarti saya modus ya. *ge-ermu, Ning e.* No. Saya cuma senang aja membaca buku ini. Bukunya gak menye-menye gimanaa gitu. Yaa, eleganlah kalau saya bilang. Elegan kayak bagaimana itu eee??? 😀 Cara Mas Pidi Baiq yang menulis cerita cintanya yang begitu wow wow, khususnya tentang cara Dilan memperlakukan Milea. Ada satu testimoni di buku ini, di situ @Rafodumeda bilang: “Ajaib, sepertinya ini bukan novel, tapi buku taktik menguasai wanita.” Tidak berusaha melebaikan, tapi this is about how I feel to this book. Bagi teman-teman yang mau baca, nantilah beli bukunya terus dibaca dan dinikmati alur ceritanya.

Selamat, Dilan. You are successful to steal my heart in this story. 😀

“Kekuatan cinta tak bisa cukup diandalkan. Untuk bisa mengatakannya, ada kebebasan bicara, tetapi keberanian adalah segalanya.” Pidi Baiq (1972 – 2098)

Posted in Friend, Life

Nokia 6030 dan Nokia E63

Nokia E63 dan 6030
Nokia E63 dan 6030

Hallo, Nokia! Apa kabar? Trima kasih telah menemani saya selama ini. Walaupun termasuk Handphone ‘kemarin’, kamu telah berjasa banyak sekali. :), yaa khususnya sebagai pembawa nostalgia di masa-masa SMP kelas 3 hingga kuliah saat ini.

Postingan kali ini membahas tentang HP Nokia 6030 dan E63 saya. Tujuannya adalah saya ingin bercerita tentang mereka. Walaupun hanya HP ‘kemarin’ dan hanya sebuah benda mati tapi jasa dan kenangannya tidak dapat mati. 🙂 Bukan hal yang istimewa sih, akan tetapi saya ingin membuatnya menjadi istimewa melalui catatan di blog ini. 🙂 *ngomong apa sih, Ning?

Kita mulai dari yang pertama. HP Nokia 6030. Ya, this is my first HP since I was in Junior High School, kelas 3. Kebetulan hari ini, 4 Mei 2016, dia genap berusia 10 tahun. Gak terasa aja nih, tahun 2006 kemarin dibeli dan saya masih memakainya. 😀 Bisa dibilang, HP ini cukup tahan lama lah. Udah gak bisa dihitung berapa kali jatuh dengan tidak sengaja dan atau keteledoran menaruh HP dengan posisi yang kurang baik. 😀 Saya masih menggunakan original case-nya, walaupun tulisan di atas keypadnya udah ‘kabur air’. Hal ini diakibatkan karena jari-jemari yang terlalu lincah mengirim SMS. 😀 Bentuknya yang kecil membuat HP ini dapat digenggam sepenuhnya sehingga terasa nyaman untuk digunakan.

Masih tersisa beberapa SMS dan catatan kecil zaman SMP, SMA dan S1 dulu di bagian MessagesSaved Items. Mulai dari do’a  masuk ruang ujian, notifikasi Mig33, SMS dari sahabat tentang cinta monyet dulu, lirik lagu anak IPSA (Ipa Satu) dari Abang Yoko, hingga list frekuensi radio yang ada di Kota Baubau. Membaca catatan-catatan itu kembali rupanya mengundang saya untuk senyum-senyum sendiri. Saya masih ingat di zaman SMA kelas 2, ketika pertama kalinya mengenal internet lewat HP. Kalau tidak salah, dulu yang ajarkan itu La Sahly. Dari dia juga chatting IRC dimulai. Awalnya chatting masih di sekitar kelas IPA 1 dulu, kemudian menyebar seantero teman-teman seangkatan di SMANSA. Waktu itu. Kalau diingat-ingat, kemarin kami gila skali yang namanya chatting. Udah sampai ada yang jadian gara-gara chatting. Ada beberapa teman, bukan saya. 😀 SMA SMA. Indah banget ya. 🙂 Akibat terlalu keseringan chatting, baterai HP saya bengkak, terpaksa ganti baterai yang non-original. Lewat Nokia ini juga, saya mulai mendownload ringtone berformat midi, dari yang beraroma lagu anak-anak, dangdut, pop Indonesia hingga mancanegara punya. Masih tersimpan hingga sekarang. Biasaa, mau dijadikan ringtone. Kasiannyami, masa ringtone nokia tune terus yang dipake. 😀

Pemakaian HP Nokia 6030 berhenti sejenak pada tanggal 8 Oktober 2010 karena pada saat itu saya membeli HP Nokia E63. Yaa, naik tingkatan sedikit. Sudah jadi anak kuliahan soalnya. Ada keinginan mengistirahatkan 6030, kasian udah lama juga dipake. Dua masa ini e, SMP dan SMA, ada sekitar 4 tahun lah. Lumayan.

Nokia E63. Sama seperti Nokia 6030, saya masih memakai original case warna hitam, tapi tulisan di atas keypadnya masih lumayan OK, tidak separah 6030. Sayangnya, sekarang kondisinya tidak ‘sesehat’ kemarin. Menyala beberapa menit, kemudian mati. Tinggal tunggu RIPnya saja ini kasian. Alhamdulillah kemarin data kontaknya masih bisa dibackup di Nokia PC Suite. Si layar besar yang udah banyak waktu istirahatnya. Padahal masih butuh kamu. 🙁

Secara pribadi, E63 ini punya kenangan tersendiri bagi saya. Beragam curhatan, rahasia, motivasi, cinta, dan amarah yang tertulis, entah ditujukan untuk saya atau seseorang, masih tersimpan dengan sangat baik. Kemarin. Sebelum diformat ulang beberapa kali. Ya, sangat terasa jelas perjalanannya. Beberapa pesan singkat yang saya anggap penting, tersimpan dengan baik. Kemarin. Namun, sekarang tidak ada satupun pesan yang tersimpan. Buktinya telah hilang, tapi kenangannya tidak akan hilang dalam ingatan. Saya menganggap bahwa HP ini sebagai pembelajaran bagi diri saya agar tidak lari dari kenyataan. Harus berani menghadapi segala masalah yang ada. Yaa, cukup Nokia E63 dan saya saja yang merasakan kenangan itu. 🙂

Berhubung Nokia E63 saya udah sakit-sakitan (jarang diaktifkan), maka Nokia 6030 kembali hadir menemani saya sekarang. Isi pesan singkat zaman SMP SMAnya masih ada, tapi provider selulernya berbeda. Ya, ini tentang kehidupan baru yang harus dijalani di atas kehidupan yang lama. Tidak melupakan, cuma ingin menjalani kehidupan yang lebih baik dari kemarin. 🙂

Well, itu aja yang ingin disharing. Bukan pamer ya. Ini kan cuma HP ‘kemarin’. Saya cuma ingin menshare kenangannya, bukan tentang kuantitasnya. 🙂 Thank you.