Posted in Love

Catatan Akhir November ’12

Kata orang Bulan November itu bulan yang indah. November ceria.
*Eh eh eh eh… Salah. Yang benar itu, September ceria, Ning. Hufttt… -___-”
Ya terserahlah. Yang penting namanya itu. Masih berbau ceria.  Hehehe… Katanya. Saya juga nda punya cukup bukti untuk bilang kalau November ini nih begini, begitu. Okelah. Kita lanjut. Iya. Jadi ceritanya saya lagi galau alias GG. Kata teman saya Gundah Gulana. 😀 Wah wah. Singkatan semakin menggila. 😀
Untuk malam ini. Semoga saja untuk malam ini. Bukan untuk malam-malam berikutnya. Aamiin. Dan semoga saja, setelah menulis keluh kesah saya di blog tercinta cuit-cuit ini, galau saya udah pergi main jauuuuuuuuuuuhhhhh skali. Aamiin. Aamiin…
November ceria sekarang menjadi November Galau, readers. Sayang sekali, saya belum beruntung memiliki November ceria.

Sepertinya saya tidak jauh bedanya dengan ababil. Kerjaannya galau terus. Ada apa sih dengan perasaan ini? Semakin dewasa, semakin kompleks saja permasalahan. Semakin dituntut DEWASA dalam bersikap… Sekarang lagi hobby dengar lagunya Dewi-Dewi – Begitu Salah Begitu Benar. Hahaha. *GALAU Kronis…

Ehem. Check sound… Check sound…

Source of picture here.

Dan malam ini, saya membiarkan kamu pergi. Malam ini dan seterusnya saja kalau perlu. Tidak perlu kembali lagi. Saya sekarang tidak ada apa-apanya. Entah itu atas alasan pembenaran yang harus dibenarkan oleh perasaan ataupun memaksa logika untuk menerima segala pembenaran yang tercipta. Keadaan semakin runyam. Kondisi untuk membaik pun semakin sulit untuk dibina. Intensitas pertemuan kita pun yang semakin sedikit. Semua faktor yang timbul semakin memacu timbulnya perpisahan di antara kita. Dan saya sadar, kamu pun memang harus mencari kehidupan baru yang lebih bisa membahagiakan kamu sendiri. Jangan cuma karena saya, kamu tidak bisa melakukan apa yang kamu mau. Saya selalu membebaskan segalanya. Termasuk mencari yang lain. Hehehe. Di sini bukan kamu yang salah. Mungkin saya yang salah. Saya selalu yang menjadi salah dalam hal seperti ini. Tidak pernah menjadi yang benar. Kenapa? Ya, karena saya yang salah. Simple, kan? Baiklah. Untuk kamu yang tidak ditahu keberadaannya di mana sekarang, karena saya juga udah tidak kontak kamu. Terakhir di kontak tidak ada respon. Good bye… See you next time. Mungkin serasa keputusan sepihak. Tapi ini sudah yang terbaik. Entahlah… 

Mangatse, Ningnong!!! Hwaiting. Proposal dan Skripsi udah di depan mata. Tidak boleh ada yang halangi…. Ciat ciat ciatttt… #silatgalau. 😀

Posted in Love

Catatan Akhir November ’12

Kata orang Bulan November itu bulan yang indah. November ceria.
*Eh eh eh eh… Salah. Yang benar itu, September ceria, Ning. Hufttt… -___-”
Ya terserahlah. Yang penting namanya itu. Masih berbau ceria.  Hehehe… Katanya. Saya juga nda punya cukup bukti untuk bilang kalau November ini nih begini, begitu. Okelah. Kita lanjut. Iya. Jadi ceritanya saya lagi galau alias GG. Kata teman saya Gundah Gulana. 😀 Wah wah. Singkatan semakin menggila. 😀
Untuk malam ini. Semoga saja untuk malam ini. Bukan untuk malam-malam berikutnya. Aamiin. Dan semoga saja, setelah menulis keluh kesah saya di blog tercinta cuit-cuit ini, galau saya udah pergi main jauuuuuuuuuuuhhhhh skali. Aamiin. Aamiin…
November ceria sekarang menjadi November Galau, readers. Sayang sekali, saya belum beruntung memiliki November ceria.

Sepertinya saya tidak jauh bedanya dengan ababil. Kerjaannya galau terus. Ada apa sih dengan perasaan ini? Semakin dewasa, semakin kompleks saja permasalahan. Semakin dituntut DEWASA dalam bersikap… Sekarang lagi hobby dengar lagunya Dewi-Dewi – Begitu Salah Begitu Benar. Hahaha. *GALAU Kronis…

Ehem. Check sound… Check sound…

Source of picture here.

Dan malam ini, saya membiarkan kamu pergi. Malam ini dan seterusnya saja kalau perlu. Tidak perlu kembali lagi. Saya sekarang tidak ada apa-apanya. Entah itu atas alasan pembenaran yang harus dibenarkan oleh perasaan ataupun memaksa logika untuk menerima segala pembenaran yang tercipta. Keadaan semakin runyam. Kondisi untuk membaik pun semakin sulit untuk dibina. Intensitas pertemuan kita pun yang semakin sedikit. Semua faktor yang timbul semakin memacu timbulnya perpisahan di antara kita. Dan saya sadar, kamu pun memang harus mencari kehidupan baru yang lebih bisa membahagiakan kamu sendiri. Jangan cuma karena saya, kamu tidak bisa melakukan apa yang kamu mau. Saya selalu membebaskan segalanya. Termasuk mencari yang lain. Hehehe. Di sini bukan kamu yang salah. Mungkin saya yang salah. Saya selalu yang menjadi salah dalam hal seperti ini. Tidak pernah menjadi yang benar. Kenapa? Ya, karena saya yang salah. Simple, kan? Baiklah. Untuk kamu yang tidak ditahu keberadaannya di mana sekarang, karena saya juga udah tidak kontak kamu. Terakhir di kontak tidak ada respon. Good bye… See you next time. Mungkin serasa keputusan sepihak. Tapi ini sudah yang terbaik. Entahlah… 

Mangatse, Ningnong!!! Hwaiting. Proposal dan Skripsi udah di depan mata. Tidak boleh ada yang halangi…. Ciat ciat ciatttt… #silatgalau. 😀

Posted in Blog, Life, Love

Antara Kamu dan Aku dalam Hujan Ini

Source of Picture: here

Titik-titik air ini
Mulai membasahi sebagian ragaku
Perlahan tapi pasti
Akan basah seluruhnya
Di tempat ini
Tempat kebebasan berekspresiku

Hmmm…
Tak apalah
Biarkan jiwa ini merasakan ribuan butiran air dari langit
Yang jatuh
Membasahi raga, menyentuh kalbu, membawa kedamaian hati
Ketika aku harus mengingatmu kembali

Jiwa yang rindu akan hadirmu
Seakan terobati dengan ini
Suasananya mengingatkanku akan kamu
Kamu yang dulu selalu ada di sini
Dan kamu tahu?
Hujan ini, kembali membawaku ketika masih ada rasa
Antara kamu dan aku
Ya, kita berdua

Ada senyuman di saat hujan tiba
Ada tawa riang dalam riuh suara tetesan airnya
Karena kita yang menciptakan kebahagiaan itu
Di tengah nikmatnya hujan yang tercipta
Dan selalu berharap akan begini terus selamanya
Karena cuma dengan seperti ini, aku bisa merasakanmu
Yang tidak mungkin akan kembali
Lagi

Izinkan hujan ini terus membawaku
Dalam kenangan kita
Biarkan membasahi ragaku
Hingga akhirnya imajinasi antara kamu dan aku tercipta

Karena hujan, aku harus rindu kepadamu

Karena pelangi, aku harusnya sadar
Hujan telah pergi, begitu pun dengan kamu

“Puisi ini diikutsertakan dalam Giveaway Semua Tentang Puisi

Posted in Love

Mencoba Menulis.

From here

Sudah lama tidak memunculkan diri di blog ini. Dengan sebuah tulisan dari sebuah imajinasi yang terlintas di benak secara spontanitas ataupun dari hati hanya sekedar untuk bercurhat ria tentang perasaan saya yang seperti apa saat ini.

Sudah banyak pengalaman dari hari-hari yang telah terlewati yang bisa saya ceritakan di sini. Tapi, tak pernah memiliki kesempatan waktu untuk bercerita. Tentang saya, dia, dan mereka.

Pertengahan November.
Memadatkan diri dengan segala aktivitas yang sempat menaikkan amarah terhadap orang-orang yang tidak bersalah. Semakin membuat tertekan, semakin membuat jenuh. Dengan keadaan seperti ini, saya semakin dibuat merasa bersalah atas respon spontanitas yang dibuat atas dasar kasih sayang mereka. Sungguh jenuh rasanya. Titik kesabaran hampir di ujung batas. Tak ayal, tindakan-tindakan aneh bin ajaib pun terbesit sejenak untuk diwujudkan. Hanya untuk melampiaskan emosi tak karuan. Dan untungnya, semua hal gila itu tidak terjadi. Saya enggan, saya malas. Karena ketenangan batin dan jiwa ini telah masuk ke dalam diri untuk meredamkan hati dan pikiran yang panas. Allah, maafkan saya. Saya khilaf.

Di lain sisi. Tentang kita. Masih dengan perasaan yang sama. Asal kamu dan saya percaya. Saling menguatkan dan tetap bertahan. Kita bisa melewatinya dengan baik. Insya Allah. Kamu, dengan segala sifat yang menenangkanku.