Posted in Blog, Life, Love

Ini tentang Habibie & Ainun

Cover Buku. Sumber gambar dari sini.

Judul Buku      : Habibie & Ainun
Penulis              : Bacharuddin Jusuf Habibie
Terbitan           : PT. THC Mandiri (Cetakan Kedua, Desember 2010)
Tebal Buku     : xii + 323 halaman
Ukuran Buku : 14 cm x 21 cm
ISBN                  : 978-979-1255-13-4
Harga                 : Rp. 80.000

Pertama kali melihat buku ini pada saat saya berada di Makasar tahun lalu. Dipajang pada etalase Gramedia di Mal Panakukang. Saya tertarik untuk membaca sebagian isi dari buku ini. Jika saya punya banyak waktu, mungkin saya akan berdiri ataupun duduk lama untuk membaca buku ini. Dengan segala keikhlasan hati, saya segera menyimpan buku ini kembali ke tempatnya semula dan membiarkan mata saya liar melihat buku-buku lain yang menarik hati saya.

Beberapa kali saya mondar-mandir melewati Habibie & Ainun karena mata saya tak bisa alpa melihatnya. Saya memang punya maksud untuk membelinya. Apa daya, pada saat itu kecukupan materi saya belum dapat saya penuhi. Dan terpaksa saya hanya bisa melihat-lihatnya. Saat itu, saya berjanji, jika suatu saat nanti saya sudah memiliki cukup materi, saya akan membelinya. Iya. Saya akan memilikinya.

Terbukti, 19 November 2011, saya meminta tolong kepada saudara kandung saya yang kuliah di Makasar, Arini, untuk membelikan saya Habibie & Ainun. Alhamdulillah. Totto Chan dan Habibie & Ainun, buku yang saya nanti-nantikan kehadirannya, bisa menjadi milik seorang yang haus akan materi yang termuat di dalam buku-buku tersebut seperti saya. Alhamdulillah. Trima kasih ya Allah.

Habibie & Ainun. Buku yang memuat kisah hidup perjalanan dua insan yang saling mencintai, memiliki, menyayangi dan menjadi manunggal satu sama lain karena Allah SWT. Perjalanan hidup dalam kisah cinta, politik, sejarah, teknologi, bangsa dan negara Republik Indonesia, tertuang dalam buku ini. Bagaimana Pak Habibie selalu melewati hari-harinya bersama Ibu Ainun yang selalu setia mendampingi. Dengan senyuman yang selalu menenangkan Pak Habibie. Dengan tidak pernah mengeluh kepada Pak Habibie, Ibu Ainun selalu bisa tampil menjadi istri sekaligus ibu yang sebaik-baiknya bagi Pak Habibie dan anak-anaknya. Perjalanan hidup di dalam dan di luar negeri Pak Habibie bersama ibu Ainun, bagaimana ketika mereka hidup di rantau a.k.a di Jerman hingga menemani ibu Ainun pada saat terakhir di dunia. Beliau ceritakan secara detail dalam buku ini. Memang ya, perjuangan menjadi orang sukses harus dimulai dari bawah oleh orang-orang yang memiliki tekad kuat untuk menggapai apa yang menjadi impiannya.

Cita-cita mulia mereka kepada kemajuan bangsa Indonesia untuk sejajar dengan negara-negara maju lainnya menjadi landasan Pak Habibie agar selalu tidak menyerah pada setiap keadaan yang mengganggunya. Pesawat N-250 Gatotkoco menjadi salah satu buktinya. SDM Indonesia harus kita bangun, teman-teman!!! Dan berkat ibu Ainun dengan senyuman ketenangannya yang bisa membuat Pak Habibie selalu tenang dalam melewati hari-harinya. Yang pada akhirnya, Ibu Ainun harus pergi terlebih dahulu meninggalkan Pak Habibie, keluarga, dan seluruh rakyat Indonesia. Mungkin tanggal 22 Mei 2010, hari kepergian Ibu Ainun ke dimensi lain, saya belum merasakan kesedihan yang mendalam. Malah tidak mengeluarkan airmata setitikpun. Hanya ucapan belasungkawa dari dalam hati bagi beliau. Namun, ketika saya membaca buku ini, saya harus membasahi halaman 299 dengan setitik air mata saya yang tidak sengaja jatuh membasahi kertas buku ini. Selamat jalan, Ibu Ainun. Semoga engkau ditempatkan di sisi terindah olehNya. Aamiin.

Terkadang, saya terinspirasi oleh kehadiran ibu Ainun dari cerita yang Pak Habibie tuliskan di buku ini. Yang kata Pak Habibie, Ibu Ainun itu tidak pernah mengeluh kepada beliau. Selalu saja tersenyum dan menandakan bahwa tidak ada apa-apa yang terjadi. Hanya dengan melihat wajah dan senyumannya saja, Pak Habibie sudah merasakan ketenangan untuk tetap melakukan aktivitas yang super duper padat. Ibu Ainun tidak pernah mengeluh. Saya jadi terpikir, kalau suatu saat nanti saya menjadi istri orang, akankah saya bisa menjadi seperti seorang ibu Ainun? Walaupun tidak menjadi sama persis dengan sifat ibu Ainun. Sedikitnya, ada lah sifat baik yang saya bisa aplikasikan dalam kehidupan rumah tangga saya nanti. Saya ingin sekali menjadi seperti ibu Ainun. Tidak pernah mengeluh dan hanya selalu memberikan ketenangan dan kedamaian bagi sang suami. Akankah saya bisa menjadi istri yang baik bagi suami saya nanti? Mmm. Tak bisa saya prediksikan. Tapi, keinginan seperti itu pasti ada. Menjadi istri bagi suami dan ibu bagi anak-anak yang baik. Aamiin. -___-

Masalah kekurangan dari buku ini, mungkin cuma dari kesalahan penulisan saja. Masih ada beberapa kata di beberapa lembaran dengan kesalahan penulisan. Tapi, tidak mempengaruhi makna kesatuan kalimat-kalimatnya.

Akan lebih panjang lagi ketika saya harus menceritakan kembali apa yang saya telah baca dari buku ini. Yang pada intinya, buku ini berhasil membuat saya nangis (lagi). >.< TERHARU…

Pasangan hidup yang telah manunggal jiwa dan raganya.

Inspirasi bagi pasangan suami-istri yang rumah tangganya dibangun dengan cinta dan kasih sayang yang tulus karena Allah SWT.

Inspirasi bagi anak muda sebagai SUMBER DAYA MANUSIA yang HARUS BERKUALITAS untuk mengangkat jati diri Bangsa Indonesia dari keterpurukan yang sering menjatuhkan martabat Indonesia. Karena kita BISA!!! Indonesia BISA!!! 😉

Terima kasih, Pak Habibie, atas tulisan di Habibie & Ainun ini. Buku Anda menginspirasi saya sebagai anak muda Indonesia.

Posted in Friend, Life, Love, Place

The Beautiful Night with Ayah

Ayah. We love you, Ayah. Yah. Pak Syahrir atau lebih sering kami panggil Pak Chay adalah salah satu guru favorit kami sewaktu SMA. Beliau mengajar khusus dalam mata pelajaran Kimia kelas XII. Beliau sudah kami anggap seperti ayah sendiri. :’) Entah mengapa, saya selalu mengeluarkan air mata alias nangis jika berada di depan P’Chay. Haduuuhhh, tidak heran kalau saya sering digangguin sama Kiky dan teman-teman dengan sebutan “Cengeng.” -__-”
Iya, kenapa saya menangis? Karena saya selalu mengingat nasehat-nasehat yang diberikan beliau jikalau kami datang mengunjungi beliau. Dan saya pribadi, entah. Sepertinya belum berhasil mengaplikasikan nasehatnya secara maksimal. Tapi, saya akan berusaha sebaik mungkin. Pasti bisa. Insya Allah!!! 🙂

Waktu datang bertamu di rumah Ayah. Saya, WiNNy, Kiky, Mega, Ragil dan Mey. Saya masih ingat beliau bilang, kalau tidak salah seperti ini, “Kalian itu tidak perlu lagi diberi nasehat. Sudah tahu mana yang baik untuk diri kalian, sudah bisa menentukan mana yang salah dan benar.” :'(

Saya diammmm…

“Kalau teman-teman kalian menggalau, kenapa kalian harus ikut-ikutan galau?”

…..

Hening…

Hummm, memang bener sih apa yang dibilang Ayah. Di hari itu, 22 Agustus 2012, saya nangis (lagi). Mendengar apa yang dibilang Ayah. WiNNy cs. pada keheranan karena ngeliat saya nangis. Ini ada apa? Ya, saya sih diam-diam saja. Hahaha.

Thanks ya buat Aditya, anak Ayah. Dia tuh so sweet skali. Masih anak SD. Dia ngeliat saya nangis, langsung saya disodorin lagu U SMILEnya Sule dan Andre. Katanya supaya saya nggak nangis lagi. Cieee, terharu saya, Aditya. Makasih banyak ya. 🙂

Sebelum pulang, kita fobar dulu. Sengaja… Hehehe… SURPRISED…

(kiri atas-kanan bawah) Mega, Kiky, WiNNy, Ragil, Ning, Mey.

After that, kita janjian untuk ketemu lagi sama Ayah, 24 Agustus 2012. Tempatnya di Keynai. Kami ngasih kado untuk Ayah. Huaaa, terharu. Dua buah bingkai foto yang ada foto kami bertujuh; Ayah, Mega, Kiky, WiNNy, Mey, Ragil dan saya.

@Keynai with them.

Detik-detik Ayah membuka kado. Taraaaa!!!

Cieee, kadonya. 😉

Yang ini bergifo-gifo ria alias narsis di Keynai. 😀 Sayang Ragilnya gak sempat ikut. 🙁

Ayah, Ning, Mega, Kiky, WiNNy, dan Mey.
Ehemmmm… 😀

Terima kasih, Ayah.
Terima kasih, sayang-sayangku… :* :* :*

Posted in Life, Place

Ikan Parende

P A R E N D E

Ini adalah salah satu makanan dan masakan khasnya orang Buton. Terbuat dari ikan segar yang mampu bikin ngiler… Rasanya? MANTAP E. Paling enak kasian. Apalagi kalau saya yang buat. Errrr… 😀
Kebanyakan para ibu rumah tangga bisa buat sendiri di rumah kok. Yang penting tahu resepnya. *Di akhir postingan, saya kasih deh. 😀

Kalau jalan ke Kota Baubau, yang saya tahu rumah makan yang menyediakan Parende itu ada tiga tempat,
1. RM. PARENDE (di dekat Umna Plaza Wolio),

RM. PARENDE

2. RM. PASEBA (Samping Akper Betoambari), dan
3. IKAN PARENDE WAMEO MAMA JANA (Sekitaran Pasar Wameo).

Ikan Parende Wameo Mama Jana

Well. Di postingan ini, saya mau berbagi cerita tentang pengalaman makan ikan parende di rumah makan IKAN PARENDE WAMEO MAMA JANA. Letaknya tak jauh dari pasar ikan, yaa dekat rusunawa lah. Paling ujung, dekat laut. Saya, Arini, dan Mama ke Pasar Wameo. Habis “cakar”. Rencananya cuma ikut-ikutan mereka saja. Daripada saya bengong sendirian di rumah. Ya udah, nemenin Arini nyari celana, baju, dan tas. Trus, slsai belanja, Mama nawarin kita makan ikan parende. Yang setahu saya, di Wameo gak ada lah. Cuma di dua tempat yang saya telah sebutkan tadi. Eh, tiba-tiba Mama nunjukin tempat makan yang bangunannya tuh sederhana. Mungkin karena masih baru, jadi masih dibuat dari jelajah. Tapi, gak masalah. Aje gileeee, PADAT. Orang-orang pada ngantri euy. Katanya sih, denger-denger, yang makan ikan Parende di sini banyakan orang kantoran euy. 😀 Gak heranlah. Berjejer tuh mobil dan motor di tempat parkir.

Memang sih Baubau terkenal dengan cuaca panasnya. Tapi, kalau udah tiba di tempat makan ini, gak bakalan ngerasain namanya panas deh. Iya. Ada ACnya euy. Hebat… AC alami maksudnya. 😀 Angin. Maklumlah letaknya di pinggir laut.

Untuk Parendenya itu Rp. 12.000/mangkok. Sudah dengan nasi dan air minum. Kalau mau pesan, kayaknya mesti sabar bin ikhlas. Lantaran terlalu banyak pengunjung, kadang pesanan kita datangnya tuh lumayan lama. Apalagi duduk paling ujung, jauh dengan dapur. Pertama-tama, yang datang mangkok cuci tangannya. Beberapa menit kemudian, nasi putihnya. Setelah itu Ikan PARENDEnya. Huiihhh, butuh kesabaran menunggu semua itu. -__-”
Jadi, saya menyarankan. TIPS datang ke sana. Duduknya kalau bisa duduk dekat dapur. Supaya mudah dipantau dan diliatin kalau pesanannya belum datang. Jangan kayak saya sama Tafry. Udah badannya kecil, duduk di ujung, jauh lagi dari dapur. Alhasil, LAMA yang kita rasain. Huiiihhhhh… Menguras hati. Tapi, gak apa-apalah. Yang penting, saya makan ikan PARENDE. 😀

Seperangkat alat pengenyang. 😀
Parende and Us

 

Ko makan dulu kasian, Arini. Jan dulu liat HPmu. HMB…
-___-“

Waktu makan di tempat ini, saya emang nikmati tuh makanan. Tapi, gak seberapa. Soalnya, baru aja selesai makan, saya udah disuruh berdiri sama Mama. Teman Mama kebetulan datang makan di situ, dan tempat duduk itu GAK ADA yang KOSONG. Jadinya, saya ngalah saja. Ededehhh. Pengunjungnya ramai nian euy.

Jadi, bagi yang belum ke sana, direkomendasikan deh untuk cobain Parende di tempat itu.
P.S. Karena dekat dengan pasar ikan, semoga penciumannya aman-aman saja ya. 🙂 It doesn’t matter.

Oh, iya. Saya mau bagi-bagi resep bagaimana caranya membuat ikan Parende. Ini bukan resep dari mana-mana ya. Cuma resep dari Mama saya. 😀 Dan Mama paling jago buat ikan Parende. Haahaa… I love you, Mamakyu… 😀 Ababil…

RESEP IKAN PARENDE ALA MANING (Mama Nining) 😀

Bahan:
Yang paling enak itu ikannya ikan karang atau Ikan Bobara atau Ikan Kakap Merah.
Jeruk Nipis,
Bawang Merah dan Bawang Putih (diiris),
Belimbing, Kunyit bubuk, Tomat, Daun Serei, Daun Kemangi, Garam dan Bumbu Penyedap.

*Semua bahan di atas, tidak mempunyai takaran tertentu. Ya, secukupnya saja. Menurut kemauan Anda bagaimana dan seperti apa.

Cara Membuat:
Airnya dimasak hingga mendidih, bersamaan dengan bawang, belimbing, tomat, daun serei. Setelah mendidih, masukkan ikannya, masak sampai matang. Jangan lupa beri bumbu penyedap. Setelah matang, angkat lalu masukkan daun kemangi.
Hidangkan bersama nasi hangat…
Eh eh, jangan lupa juga. Taburkan bawang goreng dan tiriskan jeruk nipis secukupnya. Kalau mau yang pedas, lombok biji paling mantep. *Aduuuhhhh, ngilerrr langsung… -__-“

Sekian resep dari Ning ‘Little’ Syafitri, anak Baubau. 😀

Habis googling eh, nemu artikelnya Pak Yusran Darmawan tentang pengalaman beliau bersama ikan Parende di RM. Parende, Baubau. Intip cerita beliau, yuk. Di SINI

Posted in Life, Place

Ikan Parende

P A R E N D E

Ini adalah salah satu makanan dan masakan khasnya orang Buton. Terbuat dari ikan segar yang mampu bikin ngiler… Rasanya? MANTAP E. Paling enak kasian. Apalagi kalau saya yang buat. Errrr… 😀
Kebanyakan para ibu rumah tangga bisa buat sendiri di rumah kok. Yang penting tahu resepnya. *Di akhir postingan, saya kasih deh. 😀

Kalau jalan ke Kota Baubau, yang saya tahu rumah makan yang menyediakan Parende itu ada tiga tempat,
1. RM. PARENDE (di dekat Umna Plaza Wolio),

RM. PARENDE

2. RM. PASEBA (Samping Akper Betoambari), dan
3. IKAN PARENDE WAMEO MAMA JANA (Sekitaran Pasar Wameo).

Ikan Parende Wameo Mama Jana

Well. Di postingan ini, saya mau berbagi cerita tentang pengalaman makan ikan parende di rumah makan IKAN PARENDE WAMEO MAMA JANA. Letaknya tak jauh dari pasar ikan, yaa dekat rusunawa lah. Paling ujung, dekat laut. Saya, Arini, dan Mama ke Pasar Wameo. Habis “cakar”. Rencananya cuma ikut-ikutan mereka saja. Daripada saya bengong sendirian di rumah. Ya udah, nemenin Arini nyari celana, baju, dan tas. Trus, slsai belanja, Mama nawarin kita makan ikan parende. Yang setahu saya, di Wameo gak ada lah. Cuma di dua tempat yang saya telah sebutkan tadi. Eh, tiba-tiba Mama nunjukin tempat makan yang bangunannya tuh sederhana. Mungkin karena masih baru, jadi masih dibuat dari jelajah. Tapi, gak masalah. Aje gileeee, PADAT. Orang-orang pada ngantri euy. Katanya sih, denger-denger, yang makan ikan Parende di sini banyakan orang kantoran euy. 😀 Gak heranlah. Berjejer tuh mobil dan motor di tempat parkir.

Memang sih Baubau terkenal dengan cuaca panasnya. Tapi, kalau udah tiba di tempat makan ini, gak bakalan ngerasain namanya panas deh. Iya. Ada ACnya euy. Hebat… AC alami maksudnya. 😀 Angin. Maklumlah letaknya di pinggir laut.

Untuk Parendenya itu Rp. 12.000/mangkok. Sudah dengan nasi dan air minum. Kalau mau pesan, kayaknya mesti sabar bin ikhlas. Lantaran terlalu banyak pengunjung, kadang pesanan kita datangnya tuh lumayan lama. Apalagi duduk paling ujung, jauh dengan dapur. Pertama-tama, yang datang mangkok cuci tangannya. Beberapa menit kemudian, nasi putihnya. Setelah itu Ikan PARENDEnya. Huiihhh, butuh kesabaran menunggu semua itu. -__-”
Jadi, saya menyarankan. TIPS datang ke sana. Duduknya kalau bisa duduk dekat dapur. Supaya mudah dipantau dan diliatin kalau pesanannya belum datang. Jangan kayak saya sama Tafry. Udah badannya kecil, duduk di ujung, jauh lagi dari dapur. Alhasil, LAMA yang kita rasain. Huiiihhhhh… Menguras hati. Tapi, gak apa-apalah. Yang penting, saya makan ikan PARENDE. 😀

Seperangkat alat pengenyang. 😀
Parende and Us

 

Ko makan dulu kasian, Arini. Jan dulu liat HPmu. HMB…
-___-“

Waktu makan di tempat ini, saya emang nikmati tuh makanan. Tapi, gak seberapa. Soalnya, baru aja selesai makan, saya udah disuruh berdiri sama Mama. Teman Mama kebetulan datang makan di situ, dan tempat duduk itu GAK ADA yang KOSONG. Jadinya, saya ngalah saja. Ededehhh. Pengunjungnya ramai nian euy.

Jadi, bagi yang belum ke sana, direkomendasikan deh untuk cobain Parende di tempat itu.
P.S. Karena dekat dengan pasar ikan, semoga penciumannya aman-aman saja ya. 🙂 It doesn’t matter.

Oh, iya. Saya mau bagi-bagi resep bagaimana caranya membuat ikan Parende. Ini bukan resep dari mana-mana ya. Cuma resep dari Mama saya. 😀 Dan Mama paling jago buat ikan Parende. Haahaa… I love you, Mamakyu… 😀 Ababil…

RESEP IKAN PARENDE ALA MANING (Mama Nining) 😀

Bahan:
Yang paling enak itu ikannya ikan karang atau Ikan Bobara atau Ikan Kakap Merah.
Jeruk Nipis,
Bawang Merah dan Bawang Putih (diiris),
Belimbing, Kunyit bubuk, Tomat, Daun Serei, Daun Kemangi, Garam dan Bumbu Penyedap.

*Semua bahan di atas, tidak mempunyai takaran tertentu. Ya, secukupnya saja. Menurut kemauan Anda bagaimana dan seperti apa.

Cara Membuat:
Airnya dimasak hingga mendidih, bersamaan dengan bawang, belimbing, tomat, daun serei. Setelah mendidih, masukkan ikannya, masak sampai matang. Jangan lupa beri bumbu penyedap. Setelah matang, angkat lalu masukkan daun kemangi.
Hidangkan bersama nasi hangat…
Eh eh, jangan lupa juga. Taburkan bawang goreng dan tiriskan jeruk nipis secukupnya. Kalau mau yang pedas, lombok biji paling mantep. *Aduuuhhhh, ngilerrr langsung… -__-“

Sekian resep dari Ning ‘Little’ Syafitri, anak Baubau. 😀

Habis googling eh, nemu artikelnya Pak Yusran Darmawan tentang pengalaman beliau bersama ikan Parende di RM. Parende, Baubau. Intip cerita beliau, yuk. Di SINI

Posted in Friend, Love, Place

Reuni SDN 2 NganganaUmala ’03 di 1433 H

ALhamdulillah. Alhamdulillah. Uhuhuhuyyy. Akhirnya saya dan teman-teman bisa reunian SD lagi. Gak disangka teman SD masih bisa saling kontak-kontakan. Hihihi… Insya Allah tahun depan lagi ya kita ketemuannya… Aamiinn…

Bagi yang merasa ALUMNI SDN 2 NganganaUmala Baubau 2003 yang lain, tolong ya kalau baca postingan ini dan mau gabung sama kami, hubungi saya saja melalui blog ini. Kontak kalian, we need it.

Habis bukber on 160812
with Ria… :*
Di rumah Rifa, Batauga. 21Agustus 2012
Di sawah Uciiii, 23Agustus2012
Menu Andalan. Ikan bakar dan saudara2nya. 😀
23Agustus2012

See you tahun depan yaaa… 🙂 Insya Allah… Aamiin…

Posted in Life

Believe in Them

Pengen seperti burung yang terbang bebas di angkasa.
Bisa ke mana aja. Semau dia. Bebas.
Mau ke utara kek, selatan, barat, timur. Seluruh penjuru mata angin bisa dilalui dengan mudah. Bebas hambatan. Siapa yang mau menghalangi? Gak ada. Terkecuali burung pecicilan yang mau ngegangguin dia. 😀

Hidup hiduuuppp.
So sweet banget sih lo. Bisa buat orang UP and DOWN.
Senang dan susah. Bahagia dan sedih. Kayak tarik tambang gitu. -___-”
Begini nih. Kalau sudah ada masalah, segala aspek dalam kehidupan sekitar saya ikut terlibat. Gak bisa diatasin. Saya seharusnya lebih DEWASA untuk menyikapi hal ini semua. Dituntut MANDIRI dan BERTANGGUNG JAWAB akan hal-hal yang terjadi dan akan terjadi pada diri saya sendiri. Yang pada kenyataannya, sepertinya belum mencapai titik kesempurnaan. OMG. Sampai kapan coba??? Sekarang udah umur 20-an. Hellooo??? Saya bukan lagi sebagai anak kecil rupanya. Hmmm… Harus bisa menimbang-nimbang dan memutuskan hal-hal yang baik untuk saya dan orang lain.

Kata Ayah saya, di umur kami yang sudah cukup dewasa ini, kami sudah cukup dinasehati ini itu. Sekarang tinggal memilih saja mana jalan yang baik untuk diri sendiri. *Addduhh, saya belum cukup dewasa kalau masalah ini. 🙁

Yang penting, saya harus yakin sama Allah dan orang tua saya. Kalau mereka memang yang terbaik. Apapun keputusannya saya ikhlas. For the sake of the happiness my parents. 🙂 Insya Allah. 🙂 Semoga Allah meridhoi. Aamiin…

Posted in Education, Friend, Life, Love, Place

Yudisium Sarjana Strata Satu FKIP Unidayan 2011/2012

Semoga saya juga menyusul tahun depan. Aamiin. 🙂

Heia, satu lagi pengalaman yang paling menyenangkan saya. Ya. That’s graduation.
Yudisium Sarjana Strata Satu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Tahun Akademik 2011/2012. Dilaksanakan tanggal 14 Agustus 2012 kemarin di Baruga Ld. Malim Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau. Dihadiri oleh beberapa pejabat penting universitas dan fakultas, diantaranya Rektor Unidayan, L.M. Arsal, S.Sos., M.Si.; Wakil Rektor III, Muh. Syarifuddin, SH., MH.; Dekan FKIP, Drs. Anwar, M.Pd.; Para wakil dekan, para kaprodi dan sekprodi, para dosen dan staf TU FKIP. Tidak lupa juga ada para mahasiswa yang akan diyudisium serta kami, ya junior-junior yang akan menyusul mereka (yang diyudisium) tahun depan. Aamiin ya Allah.

Dimulai pada sore hari sehingga kita berbuka puasa bersama di kampus atas. Jam 4 sore acara dimulai dengan MCnya adalah saudari saya tercinta, Memey. 🙂 Saya, Bambang, Dianti, Mimin, Atul, Iyan, Daus, dan Ade datang belakangan. So, kita gak bisa masuk ke dalam, cuma bisa di bagian teras baruga aja. Kita semua pake almamater, hanya Dianti yang tidak. Mungkin gak dengar instruksi dari Pak Rizal. 😀 Hehe… Tapi, gak apa-apa kok, adikku sayang. 😀

Anak2 FKIP Angkatan 2009 UNIDAYAN

Acara yudisium berlangsung lancar setelah rehearsal tanggal 13 Agustus 2012 pagi. Yang saya tahu, jumlah lulusan untuk yudisium bulan Agustus ini khususnya FKIP Pend. Bahasa Inggris sebanyak 44 orang dan Pend. Matematika sebanyak 40 orang. Kalau untuk Pend. Ekonomi dan Pend. Sejarah, saya agak kurang tahu. Salah saya sendiri juga soalnya, gak merhatiin. Cuma asyik narsis-narsisan di belakang. *Hummm, ciri-ciri reporter kurang baik nih. 😀 Soalnya pengaruh teman-teman lebih kuat sih. 😀 Gak kepikiran soalnya kalau ternyata lebih baik mengetahui jumlah semua peserta yudisium dari semua program studinya daripada cuma jumlah mahasiswa FKIP Pend. Bahasa Inggris saja. *Huuh, dasar. Saya yang masih egois. -___-“

Setelah mahasiswa dari semua program studi FKIP, baik Pend. Bhs. Inggris, Pend. Matematika, Pend. Ekonomi, dan Pend. Sejarah diyudisium, trus masing-masing lulusan terbaik di setiap prodi dipanggil maju ke depan untuk menerima penghargaan dan dipersilahkan kepada lulusan terbaik FKIP Unidayan TA 2011/2012 untuk membawakan kesan dan pesannya. Untuk lulusan terbaik kali ini jatuh pada mahasiswi Prodi Pend. Bahasa Inggris. Yup. She is Kk Yuli Yastiani. Eh, bukan. Sekarang namanya sudah beralih menjadi Yuli Yastiani, S.Pd., dengan IPK 3,92. Subhanallah… 😀 Semoga saya juga bisa menjadi orang-orang hebat seperti mereka ya. Aamiin…

Ini nih, dengan si Lulusan Terbaik. Semogaa… Aamiin. Hahaha…
With Kk Niar, my partner when teaching. 😀

Diawal acara, dibuka dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan sambutan dari Rektor Unidayan dan Dekan FKIP. Setelah itu, inti acara, kemudian di akhir acara ada Bpk. Ld. Safulin, S.Pd., M.Pd., satu lagi nih dosen tercinta saya. :), yang memimpin doa bagi kami semua, skaligus karena waktu buka puasa udah dekat. Hehe… Dan setelah itu, nguing nguing nguing nguing… Waktunya, buka puasa. Serbuuuuuu, nanti gak kebagian loooo. 😀 Hahaha… Ya, berbuka puasa bersama di kampus. Waaah, indahnya kebersamaan. Kapan lagi coba. Pasti setelah ini, semua udah pisah-pisah. Apalagi sesama para senior. Hummm… 

Setelah berbuka puasa, dilanjutkan dengan acara makan malam dan kemudian FOBAR, Foto Bareng. Saya? Duduk diam dengan manis begitu aja? Oh, nggak. Saya langsung lari mencari senior-senior untuk foto bareng. Serasa udah lulus aja saya nih. Hahaha. 😀
Rasa capek karena keluyuran kiri kanan gak terasa deh. Soalnya lihat para mahasiswa yang udah lulus ini, rasanya bagaimana yaaa. Senanggg sekali. Udah lega lagi. Perjuangan mereka benar-benar deh waktu nyusun skripsi. Banting tulang. Kurus, kurus dah. Gak enak makan, gak enak tidur. Pokoknya nano-nano. *Tjiaaaahhh, kayak saya pernah aja. 😀
Yang terpenting, untuk para seniorku, CONGRATULATION yaaa. Selamat, sudah jadi seorang sarjana pendidikan. Semoga dengan ilmu dan pengalaman yang senior2 dapatkan bisa menjadi bekal di masa depan untuk kehidupan yang baik bagi kita semua. Aamiin. 😉

yudisium
with kk senior :*
Bersama Bpk. Ld. Supardi, S.Pd., M.Pd.

Ini nih, ada bunga di mana-mana

This is video of English Educational Study Program students.

[youtube=http://www.youtube.com/watch?feature=player_detailpage&v=MFAIwWVhCyE]

Huaaaa, pokoknya acara tadi malam TOP BGT deh…
Semoga saya dan teman-teman bisa nyusul tahun depan yaaaaa… Aamiin… 🙂

Posted in Blog, Friend, Life, Love

I’m Not A Loser.nya Mbak Fanny Fredlina

Assalamu’alaikum, readers… Apa khabarnya??? Alhamdulillah kalau baik-baik. Hehehe… 🙂
Senyum dulu eee…

::I’m Not A Loser with the Writer::

Ok. Kali ini saya akan bercerita alias menulis tentang apa yang saya dapatkan setelah memenangkan GiveAway dari Mbak Fanny Fredlina beberapa minggu lalu (25 Juli 2012). And you know what I got? Yup. Kumcernya Mbak Fannyyyyyyy, I’M NOT A LOSER… Ye ye ye… Tapi sayang, saya terlambat ngasih tahunya, kalau bisa Mbak Fanny disertai tanda tangannya. Eh, jadinya tanggal 4 Agustus 2012 kemarin paketnya tiba di rumah, NO SIGNATURE. Hemmm… I’m Late. Kata Mbak Fanny kalau main ke Jakarta, bawa bukunya trus nanti ditandatangani deh. Aamiin. Aamiin… 🙂

Source picturenya dari sini

  • Ukuran: 13 x 19 cm
  • Tebal: viii + 170 halaman
  • Terbit: Juni 2012 (Cetakan Pertama)
  • ISBN: 978-602-225-437-9

Kalau ngebaca nih kumcer ingat masa SMA dulu euy. Paling hobi ngebaca teenlit. Tidak heran kalau udah ada teman yang bawa teenlit baru di sekolah, udah pada rebutan ngantri tuk baca tuh teenlit. Hahaha. Lucu skali kalau kembali mengingat masa-masa SMA kemarin.

Well, seperti yang udah diceritain sama Mbak Fanny sebelumnya, buku ini terdiri dari 15 cerpen. Memang pada dasarnya kumcer teenlit, yaa ceritanya tentang remaja dan percintaan. Mbak Fanny memang udah jadi cerpenis yang handal deh. Master of Short Story. Setiap cerita yang disajikan begitu padat, kata-katanya pun mudah dicerna. Ngalir begitu saja. Inspirasinya OKE banget deh. Hehehe. *Bukan asal ngomong lho, Mbak. Saya beneran serius. Ngebacanya tidak butuh waktu berhari-hari. Bisa sehari. Cuma butuh beberapa jam aja udah bisa.

Didominasi tentang cerita cinta. Tapi, cerita cintanya ini bukan sama kekasih saja, Mbak Fanny menyeimbangkannya dengan cerita cinta with family and friends. Dan setiap cerita pasti terselip pelajaran dari cerita tersebut. Kalau menurut saya. Nda tahu ya kalau yang lain.

Yang paling saya ingat di cerpen TEORI CINTA MAMA. *Saya kalau masalah cinta-cinta seperti ini nomor satu deh. Hahaha… 😀 Mbak Fanny, saya kutip ya sedikit kata-katanya. 🙂 Boleh?
“Sebesar apa pun cintamu pada seorang pria, jangan pernah mengejarnya. Apalagi nekat menyatakan cinta lebih dulu. Sebab, pria diciptakan bukan untuk dikejar (oleh wanita yang mencintainya) melainkan untuk mengejar wanita yang dicintainya. Sudah menjadi sifat dasar pria untuk menaklukkan hati wanita yang dicintainya. Maka, berbahagialah wanita yang dicintai lebih dulu. Dia akan disirami hujan cinta yang sangat deras oleh sang kekasih. Sebaliknya, apabila wanita menyatakan cinta lebih dulu, belum tentu cinta sang pria – yang akhirnya membalas cintanya – akan langgeng. Bisa saja dia hanya pura-pura mencintai wanita itu. Dalam kamus pria memang tidak ada istilah belajar mencintai. Pria adalah makhluk yang jatuh cinta. Bukan belajar untuk mencintai. Sedangkan wanita, bisa belajar mencintai. (Hal. 75-76; I’m Not A Loser; Fanny Fredlina)

Hmmm. Cinta. Tiada henti dan bosannya untuk diceritakan. Sesuatu yang indah tapi complicated.

Yup. Buku mungil ini bisa jadi salah satu bahan bacaan menarik untuk dibaca. 🙂
Bacaannya tidak terlalu berat, cocok untuk anak muda seperti kita. *Apa? Kita??? Ingat umur, Ning. 😀
So, silahkan hunting buku ini di toko-toko buku. Tapi sayang, hingga hari ini, di Kota Baubau belum ada GRAMEDIA. Huuuu, kesalnyaaaaa… Mau cari bahan referensi kuliah kok susah yaaaaaa di sini (red: Baubau). Coba donk, yang baca nih postingan yang punya kerjaan yang ada hubungannya dengan buku atau personil dari GRAMEDIA sendiri deh, coba ke Baubau donk… Toko buku sih ada, tapi gak selengkap di GRAMEDIA dan sejenisnya. Huhuhu… T.T

Posted in Blog, Friend, Life, Love

I’m Not A Loser.nya Mbak Fanny Fredlina

Assalamu’alaikum, readers… Apa khabarnya??? Alhamdulillah kalau baik-baik. Hehehe… 🙂
Senyum dulu eee…

::I’m Not A Loser with the Writer::

Ok. Kali ini saya akan bercerita alias menulis tentang apa yang saya dapatkan setelah memenangkan GiveAway dari Mbak Fanny Fredlina beberapa minggu lalu (25 Juli 2012). And you know what I got? Yup. Kumcernya Mbak Fannyyyyyyy, I’M NOT A LOSER… Ye ye ye… Tapi sayang, saya terlambat ngasih tahunya, kalau bisa Mbak Fanny disertai tanda tangannya. Eh, jadinya tanggal 4 Agustus 2012 kemarin paketnya tiba di rumah, NO SIGNATURE. Hemmm… I’m Late. Kata Mbak Fanny kalau main ke Jakarta, bawa bukunya trus nanti ditandatangani deh. Aamiin. Aamiin… 🙂

Source picturenya dari sini

  • Ukuran: 13 x 19 cm
  • Tebal: viii + 170 halaman
  • Terbit: Juni 2012 (Cetakan Pertama)
  • ISBN: 978-602-225-437-9

Kalau ngebaca nih kumcer ingat masa SMA dulu euy. Paling hobi ngebaca teenlit. Tidak heran kalau udah ada teman yang bawa teenlit baru di sekolah, udah pada rebutan ngantri tuk baca tuh teenlit. Hahaha. Lucu skali kalau kembali mengingat masa-masa SMA kemarin.

Well, seperti yang udah diceritain sama Mbak Fanny sebelumnya, buku ini terdiri dari 15 cerpen. Memang pada dasarnya kumcer teenlit, yaa ceritanya tentang remaja dan percintaan. Mbak Fanny memang udah jadi cerpenis yang handal deh. Master of Short Story. Setiap cerita yang disajikan begitu padat, kata-katanya pun mudah dicerna. Ngalir begitu saja. Inspirasinya OKE banget deh. Hehehe. *Bukan asal ngomong lho, Mbak. Saya beneran serius. Ngebacanya tidak butuh waktu berhari-hari. Bisa sehari. Cuma butuh beberapa jam aja udah bisa.

Didominasi tentang cerita cinta. Tapi, cerita cintanya ini bukan sama kekasih saja, Mbak Fanny menyeimbangkannya dengan cerita cinta with family and friends. Dan setiap cerita pasti terselip pelajaran dari cerita tersebut. Kalau menurut saya. Nda tahu ya kalau yang lain.

Yang paling saya ingat di cerpen TEORI CINTA MAMA. *Saya kalau masalah cinta-cinta seperti ini nomor satu deh. Hahaha… 😀 Mbak Fanny, saya kutip ya sedikit kata-katanya. 🙂 Boleh?
“Sebesar apa pun cintamu pada seorang pria, jangan pernah mengejarnya. Apalagi nekat menyatakan cinta lebih dulu. Sebab, pria diciptakan bukan untuk dikejar (oleh wanita yang mencintainya) melainkan untuk mengejar wanita yang dicintainya. Sudah menjadi sifat dasar pria untuk menaklukkan hati wanita yang dicintainya. Maka, berbahagialah wanita yang dicintai lebih dulu. Dia akan disirami hujan cinta yang sangat deras oleh sang kekasih. Sebaliknya, apabila wanita menyatakan cinta lebih dulu, belum tentu cinta sang pria – yang akhirnya membalas cintanya – akan langgeng. Bisa saja dia hanya pura-pura mencintai wanita itu. Dalam kamus pria memang tidak ada istilah belajar mencintai. Pria adalah makhluk yang jatuh cinta. Bukan belajar untuk mencintai. Sedangkan wanita, bisa belajar mencintai. (Hal. 75-76; I’m Not A Loser; Fanny Fredlina)

Hmmm. Cinta. Tiada henti dan bosannya untuk diceritakan. Sesuatu yang indah tapi complicated.

Yup. Buku mungil ini bisa jadi salah satu bahan bacaan menarik untuk dibaca. 🙂
Bacaannya tidak terlalu berat, cocok untuk anak muda seperti kita. *Apa? Kita??? Ingat umur, Ning. 😀
So, silahkan hunting buku ini di toko-toko buku. Tapi sayang, hingga hari ini, di Kota Baubau belum ada GRAMEDIA. Huuuu, kesalnyaaaaa… Mau cari bahan referensi kuliah kok susah yaaaaaa di sini (red: Baubau). Coba donk, yang baca nih postingan yang punya kerjaan yang ada hubungannya dengan buku atau personil dari GRAMEDIA sendiri deh, coba ke Baubau donk… Toko buku sih ada, tapi gak selengkap di GRAMEDIA dan sejenisnya. Huhuhu… T.T

Posted in Education, Life, Love, Words

This is About Totto-chan’s Children Book

Wuihhh, akhirnya saya bisa menyelesaikannya.
Membaca buku Totto-chan’s Children, A Goodwill Journey to the Children of the World. Ini buku udah dibeli dari bulan November 2011 kemarin dan saya baru selesai membacanya Agustus 2012 ini. -___-” Nda tahu berapa sesi saya harus berhenti, lalu membaca, berhenti, dan seterusnya. Tapi, gak apalah, yang penting udah finish dan saya bisa tahu apa sebenarnya yang terjadi di luar sana. That’s worse. :'(

Source from here.

Tentang Totto-chan’s Children. A Goodwill Journey to the Children of the World. By Tetsuko Kuroyanagi.

  • Ukuran: 13.5 x 20 cm
  • Tebal: 328 halaman
  • Terbit: Maret 2011 (Cetakan Ketiga)
  • ISBN: 978-979-22-5998-8
  • Harga: Rp. 54.000,-

Buku karangan Tetsuko Kuroyanagi sebelumnya adalah Totto-chan Gadis Cilik di Jendela. Dari awal melihat reviewnya di blog Mbak Fanny, saya sudah mulai jatuh hati dan memiliki hasrat untuk membacanya. Ya, ini tentang anak-anak. Psikologi tentang anak. Bagaimana anak harus diperlakukan semestinya. Dan di buku kedua ini, tentang perjalanan Miss Kuroyanagi sebagai Duta Kemanusiaan UNICEF (1984 – 1997) yang berkunjung ke berbagai negara untuk melihat keadaan anak-anak di sana. Utamanya negara-negara korban perang ataupun kekeringan. Hmm… :'(

Di buku ini, Totto-chan’s Children, Miss Kuroyanagi memaparkan secara detail apa yang ia ingin sampaikan tentang semua keadaan di negara-negara yang ia kunjungi. Tanzania, Nigeria, India, Mozambik, Kamboja dan Vietnam, Angola, Banglades, Irak, Etiopia, Sudah, Rwanda, Haiti, dan Bosnia-Herzegovina.

Setiap lembaran, jarang untuk menemukan kesenangan yang terjadi pada anak-anak. Senang ya senang, tapi senang dalam penderitaan. Senyum kecil dan tawa mereka sarat akan kekuatan dan keinginan besar mereka untuk tetap hidup. Anak-anak korban perang. Anak-anak korban kemiskinan. Anak-anak korban kekeringan. Semua karena perang.

Hei, tahu tidak, perang itu tidak baik! Anak-anak yang jadi korban. Hingga harus menanggung gangguan psikologis, gizi buruk, kematian dengan jumlah besar tiap tahunnya. Ada yang harus kehilangan orang tuanya dan hidup sendiri. *Oh Noooo!!! I CAN’T!!! >.<
Buku ini menyadarkan saya, kalau ternyata masih ada keadaan yang lebih buruk di luar sana. Mereka kekurangan kasih sayang dari orang tua mereka, mereka kekurangan makanan dan minuman, tapi mereka masih bisa hidup. Sementara di sini, saya masih punya orang tua (alhamdulillah), masih bisa makan, minum. Air juga melimpah. Apa yang saya butuhkan selalu tersedia. Mereka di sana, bagaimana??? Mereka, anak-anak kecil itu, bahkan rela menjadi pelacur hanya untuk menghidupi keluarganya. Mereka bahkan harus siap mengerjakan pekerjaan yang seharusnya dilakukan orang dewasa. Menjadi tentara, menjadi pengasuh seorang bayi yang rupanya mereka juga butuh kasih sayang dari seorang ibu. Anak-anak malang itu.

Melihat orang tua meninggal dengan tragis di depan mata mereka, meninggalkan luka yang sangat dalam. Bukan luka karena patah hati, tapi luka psikologis, yang membuat mereka berat untuk mengembangkan senyum manis mereka. Mereka cuma suka warna HITAM. Sampai kapan mereka harus menanggung penderitaan itu? Ini semua karena PERANG. Ranjau darat yang tersebar di mana-mana dan orang dewasa yang ingin menyelamatkan diri harus menjadikan anak-anak yatim piatu menjadi pendeteksinya. Resiko terbesar, jika menginjak ranjau itu, MATI. Mereka mati dalam kesia-siaan. Mereka hidup hanya untuk menanggung betapa sakitnya kehidupan di dunia ini. Tapi, saya suka sama semangat hidup anak-anak itu, Dalam kekacauan yang terjadi di negara mereka, semangat itu tidak pernah pudar. Mereka bersemangat menatap masa depan tanpa putus asa.

Miss Kuroyanagi sangat mencintai dunia anak-anak dan cerita inilah sebagai bukti cintanya yang memperlihatkan kepada dunia bahwa masih ada anak-anak yang bahagia dan berjuang hidup dalam gelapnya dunia. Dan ia sebagai Duta Kemanusiaan UNICEF berhasil memberikan segenggam harapan dan senyuman untuk setiap anak yang ia kunjungi. 🙂

Miss Kuroyanagi, I hope one day I can meet you. Amin. 🙂

Miss Kuroyanagi

Source: here

*Allah, terima kasih atas segala rahmat dan karuniaMu yang Engkau limpahkan kepada kami. :'( Saya terkadang jahat atas semua ini.