Posted in Education, English

My Little Sister in Learning English

Mengetahui keinginan anak kecil yang ingin belajar bahasa asing alias bahasa Inggris tentunya sangat menyenangkan. Sepertinya. 😀 Apalagi keinginan itu berasal dari adik saya, Nala.

Tiap melihat saya, pasti Nalanya minta mau diajar bahasa Inggris.
‘Iya. Iya. Nanti Ning ajar,’ begitu terus kalau mencoba menghindari ajakannya. Bagaimana tidak, kesibukan saya yang selalu menjadi penghalang. -____-” Maaf ya, Nala. Sengaja… 😀 *becanda denk…

Kebetulan tanggal 14 September kemarin saya lagi punya waktu kosong, maka belajar sambil bermainlah kita berdua di teras belakang rumah. Pagi.
Saya merasa kalau mau mengajarkan sesuatu pada anak kecil itu harus disertai dengan media alias alat peraganya. Apalagi ini berkaitan dengan penggunaan bahasa asing, biasanya cuma bermodalkan papan tulis putih dan spidol hitam ketika dalam proses belajar mengajar bahasa Inggris. Saya merasa metode itu tanpa WARNA. Tidak menarik, bukan? Apalagi ini tipe lingkungannya adalah anak-anak. Kita tahu sendiri kan anak-anak itu maunya seperti apa. FULL COLOR.

Kemarin kami belajar tentang nama-nama warna. Terus, minta tolong sama Nala untuk mengambilkan semua spidol warna yang dimilikinya. Pertama sih saya membuatkan bundaran warna-warni di sisi kertasnya sesuai warnanya. Kalau warna hijau, bundarannya berwarna hijau, dsb. Kemudian saya meminta Nala untuk menulis dan menghafalkan nama-nama warna sesuai warna yang ada. Berapa kali menghafal perbendaharaan kata tersebut, saya langsung meminta Nala untuk mengeluarkan semua spidol warnanya dan menyebutkan nama warnanya in English satu per satu. Hahahaha… Satu kali melirik lembar jawaban. Awas ya…

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=wquvUg5B0kw]

Memang ya kalau mengajar anak-anak harus penuh dengan keSABARan dan selalu senyum semangat. 😀 Harus memberikan pujian dan penghargaan atas hasil kerja kerasnya dalam belajar bahasa Inggris… Ini masih alhamdulillah karena yang diajar cuma satu, coba kalau di dalam ruangan yang jumlah muridnya ada 30 orang dengan berbagai macam karakter. Apakah saya masih bisa SABAR dan senyum semangat??? 😀
*Meragukan.

Posted in Blog, Friend, Life, Place

NingOcha (Ning) dan Dunia Pagi (Amel)

Kopdar 25 September 2011

Heia… Heia…
Hari ini, lebih tepatnya tanggal 25 September 2011, adalah hari kopdar bersama si blogger imut Dunia Pagi, Amela Erliana Christine. Amel ini adalah salah satu lulusan STAN yang baru Juni kemarin ditempatkan di KPPN Baubau. Simak ceritanya di sini. Kita kenalan pun karena Mba Ria yang ngasih info ke Amel kalau ada blogger (Nining: red) di Baubau. *Makasih ya, Mba Ria. 🙂  Oh iya, dari obrolan-obrolan kami selama di dunia maya, Ning juga baru tahu kalau Amel temenan sama sepupu Ning, Kk Nandi. Iya. Maklum, mereka kan anak-anak STAN. Waaahh, dunia sempit yaa, Mel. 😀

Sebenarnya janjian untuk kopdar sudah lama direncanakan dari bulan sebelum Idul Fitri kemarin, tapi karena kesibukan masing-masing maka hari ini barulah terealisasi keinginan kami berdua. Yippy. Yippy…

Kebetulan jarak rumah Amel tidak jauh dari rumah Nining. Cuma lurus-lurus saja, terus tiba deh. Berbekal petunjuk seadanya, Ning udah bilang memang kalau otw ke rumah tolong diSMS. Bener, sebelum Ashar Amelnya ngeSMS. Ning tunggu di pinggir jalan. Tidak butuh waktu lama, eh Amelnya nongol. YiPPy, yiPPy. Kopdaran lagiii… #ketagihan. 😀

Pas ketemu, kita saling ulur tangan, kenalan gitu. Walaupun udah tahu nama, tapi yaa untuk di dunia nyata harus begitu. Formalitasnya dank… 🙂 *logat Baubau. Sayang, Amelnya gak bisa lama-lama karena temannya mau tiba di Baubau dan kunci rumah Amel yang pegang. Gak apa-apalah, nanti lain kali kita main lagi. 🙂 Oke, Mel??? Sip. Sip. Sip.

Kita cerita banyak hal. Mulai dari alasan Amel tiba di Baubau, kesan tentang Baubau dan situasinya yang gak sepi-sepi amat, sampai memunculkan kalimat seperti ini, “Ikan mempermainkan hati para nelayan.” Huaahahaha… Ngakak deh kalau ingat kejadian itu, Mel. Hihihihi…

Sementara Amelnya lagi shalat Ashar, Ning ke dapur nyiapin bubur kacang hijau. 🙂 Kata Amel, dia udah lama gak makan bubur kacang ijo. *Ayo, Mel. Bubur kacang ijonya disikat. Kalau udah habis, nambah lagi… Hehehe… *Fotonya Ning recycle, Mel. 😀

Nyummmiiii...

Huaaaaa… Kenyangggg…

Amel, anaknya seru, enak diajak cerita. Mungkin karena sama-sama cewek ya. Lagian juga kita seumuran. Sama-sama kelahiran ’91. Tapi bedanya, Amelnya udah kerja, Niningnya masih jadi mahasiswi. Semangat. Semangat. 🙂

Walaupun jauh dari keluarga, tetap semangat ya, Mel. 🙂
Masih ada orang-orang yang sayang sama Amel kok di sini. Kalau ada kesempatan main lagi ke rumah yaaa…

Alhamdulillah ya, setelah kopdaran sama Kk Diah, Kk Gaphe, dan kali ketiga sama Amel. Ning dapat tambahan teman baru lagi. Ini berkat si blogesphere. Subhanallah… Punya teman-teman blogger seperti mereka. Semoga silaturahmi kita tetap terjaga… Coba ya kalau kopdarannya itu banyak blogger yang ngumpul, pasti seru. Mmm… Kalau di Baubau mah, mungkin bloggernya belum pada keliatan ya. Atau Ningningnya aja yang jarang BW. Hehehe… Bagi yang merasa blogger Baubau, ayo kita kopdaran… Ditunggu yaaa!!!

Iya, batas waktunya Amel hanya sampai jam 5 sore. Yaaaa, cepat pulang deh Amelnya.
Tapi, kalau namanya kopdaran, no picture itu sama aja dengan hoax. Sesi terakhir, FOTO BARENG… 🙂

NingOcha dan Amel Dunia Pagi

 Setelah sesi foto bareng, Amelnya pulang. Sayang, gak bisa nikmati sunset sama-sama.
Mel, salam kenal yaa. Makasih udah nyempatin datang ke rumah, walaupun takut kesasar ya, dan jaraknya jauh dari rumah. Hehehe… *Becanda.

Sukses slalu ya, Melll… 🙂

Nice to know you… ^^

**Baca postingan Amel di sini dan Ningning di sini.

Posted in Life

Fenomena ‘Nomor Kesasar’

sumber: google

Apakah Anda pernah mengalami kejadian ‘nomor kesasar’ di handphone Anda sendiri?
Ketika nomor baru masuk dan dengan SKSDnya si penelepon menanyakan nama, tempat tinggal, status, masih sekolah/kuliah atau sudah kerja, tanpa kita tahu yang sedang menelpon ini siapa? Mengapa sampai menelpon ke kita? #aneh.

Ada beberapa alasan yang sering, entah itu dari teman-teman atau saya sendiri ketika mengalami kejadian tersebut, dikemukakan oleh si penelepon kesasar itu kepada si penerima (kita).  Contohnya:

– “Saya tahu nomor kamu karena pernah missedcall ke nomor saya.”
*Padahal tidak merasa me-missedcall ‘nomor kesasar’ itu. -____-“

– “Nomor ini saya lihat sudah ada di daftar contact handphone saya.”
*Bukan urusan saya… :p Mana saya tahu… Kamu siapa, saya siapa? -__-“

Well, kejadian ini mungkin sudah lazim terjadi. Ada orang yang cuek dengan masalah ini hingga tidak mempedulikan nomor kesasar itu dan selesai. Stuck di situ saja, seperti tidak terjadi apa-apa. Nggak neko-neko. Langsung stop to be continued. Hehehe…

Ada juga orang yang mempedulikan nomor kesasar ini, dilanjutkan dengan SMSan, telponan, hingga akhirnya janjian untuk ketemu. Nah, di saat kopi darat itulah satu sama lain bertemu. Dagdigdug juga karena penasaran dengan wujud si penelepon kesasar itu seperti apa, apakah yang seperti diinginkan atau tidak, sesuaikah dia dengan suaranya, entahlah. Moment ketemuan itu adalah saat pembuktian kenyataan yang ada. 😀

Seperti teman sekantor saya alami beberapa minggu lalu. Teman saya seorang perempuan, kita anggap saja namanya A, dan si cowok nomor kesasar itu B. Tepatnya tanggal 5 September kemarin fenomena ‘nomor kesasar’ itu terjadi, si A menanyakan alasan kenapa si B menelepon, dan jawabannya seperti di atas tadi, karena nomornya si A pernah memissed call si B. Padahal si A tidak merasa begitu. Hmmm… Aneh. #thinking…  Beberapa hari si A tidak mempedulikan nomor itu, tapi kemudian si A mulai ada perhatian dengan si B itu. Dengan kata lain, mulai mengangkat telepon dari si B. Yaaa, cuma sekedar kenalan sih. Nah, tidak lama kemudian si B mengajak untuk ketemuan. Antara mau dan tidak mau ketemuan nih. Hiihihi… Tapi, akhirnya ketemuan juga. Dan tahu? Yang ketemuan dengan si B bukan cuma si A saja, tapi dengan teman-teman sekantornya juga, kami berlima. Sempat ada yang bilang di antara kami kalau seumpama orang yang punya nomor kesasar itu buru-buru mau ketemuan, biasanya orangnya ‘amburadul’. *Jeglek. Si teman juga menyarankan sama si A kalau untuk ketemuan bilang sama si B kalau si A memakai baju yang berbeda dari yang sebenarnya. Hahaha… Untuk antisipasi kali ya kalau orangnya ‘amburadul’. 😀 Soalnya teman yang menyarankan rencana itu pernah mengalami kejadian seperti ini dan hasilnya kurang memuaskan. Tau kan alasannya mengapa.

Alhasil, rencana dan saran itu tidak jadi. Malah langsung ketemuan dan syukuran si B itu ‘lumayan’ juga. Dan kita berlima pun berkenalan dengan si B. Hahaha…

Wah. Wah. Wah. Sepertinya teman saya ini beruntung berkenalan dengan si pemilik nomor kesasar itu. Sekarang, saya tidak tahu lagi bagaimana kelanjutan hubungan mereka, apakah masih menjadi teman atau sudah menjadi lebih dari teman. Entahlah. Hehehe…

Oh, iya. Fenomena ‘Nomor Kesasar’ itu jangan dianggap remeh lho. Bahkan bisa-bisa hubungannya lanjut ke pelaminan, seperti keluarga dari teman saya beberapa tahun lalu. Malah sekarang sudah memiliki anak. Ya, seperti itulah. Aneh, tapi bisa terjadi. Nothing is impossible. Hidup tak bisa ditebak. Bisa saja kenyataan yang terjadi di luar ekspektasi. *jiaaah, gaya bahasamu, Ning. Sok. Sok. -___-“

Posted in Blog, Life, Love

“Book Your Blog” – Mencoba untuk Mewujudkan Impian

Sudah seminggu lebih saya udah jarang bloggingan. Aktivitas yang (katanya) padat berhasil menyita perhatian saya untuk lebih fokus ke dunia nyata dan sedikit mengabaikan aktivitas favorit saya di dunia maya a.k.a blogging. Sepertinya udah berapa kali saya menulis seperti ini. Bagi yang sudah pernah membaca statement yang mirip seperti kalimat sebelumnya, mohon dimaklumi saja ya.

Oh, iya. Kemarin sempat blogwalking di sini. Di dalam artikel, si blogger memposting tentang Lomba Membukukan Blog alias BOOK YOUR BLOG. Mencoba membaca dengan seksama, sepertinya menarik juga untuk diikuti. Jujur sih, sebenarnya pengen skali punya buku dari hasil tulisan sendiri, tapi gimana ya. Belum ada waktu untuk fokus ke situ. Hehehe… Aliassss karena mungkin keinginan yang tinggi tapi aksinya gak cukup. Cape’ dehhhh… -_____-”
Ditambah lagi tulisan-tulisan saya yang masih jauuuuuhhhh di bawah standard. *PD banget lo ya, Ning, ngikut lomba kayak ginian kalau udah tahu kualitasmu seperti apa?
Apa salahnya dicoba. Semangat. Semangat!!!

Baiklah…
Daripada saya banyak nyerocos kiri-kanan tidak jelas adanya. Let’s see the requirement for this competition. *sok English. -_-“

Caranya? It’s easy!

  1. Tulis tentang event ini beserta logo event di blogmu dengan bahasamu sendiri, diberi tag #bookyourblog
  2. Pasang link website http://www.leutikaprio.com/ di blog kamu (di blog scroll)
  3. Kirimkan alamat blog kamu ke eventleutika@hotmail.com
  4. Tulis sinopsis blog kamu dalam 250 kata Ms Word. Sertakan nama, nama pena, TTL, alamat, nohandphone, alamat e-mail, akun FB, akun twitter. Kemudian attach file ke dalam e-mail.
  5.  Tulis “Book Your Blog” di judul e-mail.

Blog seperti apa yang bisa menang?

  1. Inspiratif, berisi cerita-cerita yang dapat menjadi inspirasi bagi orang lain.
  2. Tidak mengandung SARA dan pornografi.
  3. Berkarakter, konsisten berisi materi-materi yang terkonsep dan orisinil.

Apa Hadiahnya?

Dipilih 3 blog terbaik untuk mendapatkan:

  1. Tulisan-tulisan di blog kamu akan diterbitkan GRATIS dalam bentuk buku oleh Leutika Prio
  2. Royalti 15% dari harga produksi
  3. Paket buku dari Leutika Publisher

Bagi yang belum terpilih tetap mendapatkan diskon paket penerbitan sebesar 20%.

Deadline : 30 September 2011

Website:

 http://www.leutikaprio.com/

Twitter: @leutikaprio

Fanpage FB

http://www.facebook.com/leutikaprio

SEGALA JENIS BLOG boleh diikutkan di lomba ini. Blog umum, kisah sehari-hari, kesehatan, wisata, kuliner, fesyen, pendidikan, politik, kesenian, film,fiksi, dll asal tidak mengandung SARA dan pornografi. Jadi tunggu apa lagi, daftarkan sekarang 🙂
Mumpung masih ada kesempatan… Ayo. Ayo… Semangat menulis…!!! ^.^

Untuk informasi saja *dikutip dari FB milik Leutika Prio.
“Leutika Prio adalah lini self publishing dari Leutika Publisher yang menyediakan berbagai macam paket penerbitan dengan sistem mudah dan harga terjangkau www.leutikaprio.com. Self Publishingmerupakan alternatif baru menerbitkan buku dengan lebih praktis dan tanpa seleksi. Para penulis tidak perlu repot membuat cover, mengurus ISBN, dan teknis buku lainnya karena Leutika Prio menyediakan layanan edit aksara, cover, layout, ISBN dan konsultasi yang telah disusun pada paket-paket penerbitannya. Penulis juga tetap mendapatkan royalti sebesar 15% dari harga produksi. Misi dari penerbit ini adalah mengajak sebanyak mungkin orang untuk menulis dan berbagi inspirasi pada para pembaca.”

…Let’s write and show your ability…
…Share for goodness… 

Posted in Friend, Life, Love

‘Renungan Buat Ibu’ dari Pak Guru

Tepatnya tanggal 26 Agustus 2011 Pak Guru saya, L.M. Syahrir, mentagkan sebuah note on Facebook, judulnya Renungan Buat Ibu. Isinya sangat menyentuh. Ada 9 orang yang me-LIKE note dari pak guru dan empat siswinya mengomentari catatan itu. Semuanya terharu membaca note itu.

Penasaran? Ini dia.

RENUNGAN BUAT IBU

by Lm Syahrir on Friday, August 26, 2011 at 9:22pm

Ibu …. semalam engkau datang padaku… setelah sekian tahun kita tak bertemu….

Ibu … di malam jumat 26 ramadhan engkau datang mengunjungiku… seakan engkau datang menyirami hatiku dengan cahaya-cahaya kasihmu yang sudah cukup lama tidak kurasakan lagi…

Ibu… apakah engkau tahu bahwa anakmu sekarang sedang galau.. sebagaimana dahulu engkau paling tahu keadaan anakmu ini… walau jarak memisahkan kita berdua…

Ibu… masih lekat dalam ingatan ananda… bahwa begitu eratnya hubungan batin yang terjalin di antara kita berdua… lebih dari kakak-kakakku yang lain…. engkau sakit pada saat anakmu di negeri orang sakit…. dan anak tiba-tiba merasa resah dan gelisah… pada saat ibu merasa sedih….

Ibu… adakah makna lain dari kedatanganmu kali ini… selain untuk memuaskan dahaga kasih sayang bagi anakmu setelah sekian waktu engkau meninggalkanku….  apakah ibu merasa tidak nyaman di tempat ibu sekarang berada sehingga ibu ingin agar anak mengirimkan apa-apa yang terbaik bagi ibu….

Ibu … semalam ananda sangat bahagia…. anak dapat menikmati wajah ibu yang bercahaya… anak dapat mengelus kembali rambut ibu yang panjang, lurus dan harum… dan ananda dapat menggendong ibu kembali… sebagaimana dulu sering ananda lakukan….

Ibu… ananda sangat rindu pada mu…. walau akhir-akhir ini aku jarang sekali menyambangimu… tetapi ananda tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menoleh pada ibu di saat ananda lewat di kediaman ibu…. seraya melambungkan doa-doa dalam hati… semoga ibu senantiasa mendapatkan kelapangan, penerangan, dan kebahagiaan di kehidupan ibu sekarang….

Ibu… ananda sadar bahwa di saat ibu meninggalkan ananda… masih ada 2 harapan ibu yang belum ananda penuhi…. maafkan ananda ibu… ananda hanyalah manusia yang penuh dengan keterbatasan.. namun demikian.. ananda akan tetap mengusahakan hal tersebut agar dapat terwujud sebagaimana harapan ibu…. walau ibu tidak sempat lagi merasakan dan menikmati hal itu… sebagaimana yang senantiasa berulangkali ibu inginkan pada saat kita masih

bersama-sama….

Ibu … kembali ananda terkenang saat-saat indah sewaktu ananda masih kecil hingga besar…. selama waktu itu… tidak pernah terlewatkan waktu kita berdua… dimana ananda sering meletakkan kepala ananda di pangkuan ibu yang damai… ibu mengelus kepala ananda dengan seganap rasa cinta kasih yang paling tulus dari pada apapun yang pernah anda kecap di dunia ini… dan pada saat itu… mengalirlah cerita-cerita indah dan nasehat serta amanah-amanah… yang hingga sekarang masih ananda ingat dan menjadi patron hidup ananda ibu….

Ibu… ananda menyadari bahwa pada saat ibu pergi… belum banyak yang dapat ananda perbuat pada ibu.. yang dapat membahagiakan ibu… walau ananda tahu bahwa ibu tidak pernah menuntut hal itu….

Masih lekat dalam ingatan ananda… obrolan kita pada saat ananda mengintropeksi diri ananda atas sikap dan perilaku ananda terhadap ibu… yang senantiasa ananda lakukan setiap saat…. “ Ibu… dalam satu bulan terakhir ini… apakah ananda melakukan hal-hal yang membuat ibu tidak berkenan dan menyusahkan hati ibu “….. ibu selalu menjawab dengan penuh kasih : “Anakku… tidak ada satupun dari sikap dan perilaku yang ananda perlihatkan pada ibu yang menyusahkan hati ibumu ini… yang ibu rasakan darimu anakku…. ananda senantiasa membuat ibu senang dan bahagia “

Oh Ibu…. betapa dalam perasaan cintah kasih yang engkau  curahkan pada anakmu ini….

Ibu … tadi pagi aku datang di atas pusara ibu… dan menghaturkan doa-doa terbaik yang bisa dihantarkan oleh seorang anak kepada orang tuanya yang telah tiada… semoga ibu senantiasa mendapatkan kelapangan… penerangan… dan kasih sayang dari Sang Khalik yang sudah menetapkan untuk memanggil ibu kembali keharibaannya….

Oh Ibu… semoga ibu dapat dengan tenang menjalani masa penantian di alam Barzakh… saat ini ananda belum dapat mengikuti ibu… karena saat yang ditetapkan kepada ananda mungkin belum tiba…. tetapi satu yang ananda senantiasa harapkan…. pada saat waktu yang ditentukan pada ananda tiba… dan anandapun dipanggil menghadap kepada Sang Khalik…. ananda berharap dapat bertemu ibu dalam keadaan yang lebih bahagia… dari segala

kebahagiaan yang pernah kita rasakan di dunia ini….

Duhai Ibu… ananda sangat merindukan pertemuan denganmu kembali….

Allahuma… Rabbighfirli waliywaliydayya warhamhuma kamaa rabbayyani saghiroh….

Ibu….

Bagaimana? Apakah Anda tersentuh ketika membaca catatan yang dibuat dengan hati ini?

Dari sinilah awal ketidakbisaan saya dalam menganalisa. *Wuihhh, saya kalah, readers, kalau bicara menganalisa kata-kata itu. -_-” Maaf. Atau saya yang kurang konsen?

Oke. Lanjut.
Catatan ditulis pada tanggal 26 Agustus, tiba-tiba SMS masuk tanggal 28 Agustus. Dari Pak Guru.

Ning… Di catatanku yang terakhir itu ada sst yg aku ingin kalian sring lakukan.. kr2 apa yo..

Karena kebetulan malam itu saya kedatangan tamu alias teman-teman SD, saya meminta izin sama beliau untuk membalasnya setelah mereka pulang.

Esoknya. SMS masuk lagi. Dari Pak Guru. 0.O

Manami jwbnx ditunggu dr td malam

OMG. Saya lupa.  Saya tidak menepati janji karena ketiduran. *Maaf, ya, Pak Guru 🙁

Mulailah saya menjawab dengan jawaban yang tidak begitu baik. -_-”
Sayang, isi SMS untuk pak guru telah terhapus secara otomatis di HP saya. Jadi tidak bisa mempublishnya dalam artikel ini.
*Pak Guruuu, saya  minta maaf. Jawabannya tidak memuaskan…

Jawaban pertama saya. *kalau tidak salah ingat intinya seperti ini:
Kita harus saling menyayangi satu sama lain.”
Balasan SMS dari Pak guru. “Bukan itu.”

Jawaban kedua saya. *kalau tidak salah ingat.
Kita harus mematuhi segala perintah orang tua. Buat mereka bahagia. Selalu mendoakan mereka dengan segala kebaikan-kebaikan.
Balasan SMS dari Pak guru. “Itu sudah keharusan, g usah dibilang.. jd bkn itu jg.

#JEGLEK…
Saya langsung minder… Seperti nggak punya potensi apa-apa di dalam menganalisa catatan itu. Saya yang kurang baca, kurang paham, atau kurang merasakan isi catatan itu? Sampai-sampai semua jawaban yang saya kirimkan ke Pak Guru salah.
*Deehh. Hampir putus asa.

Akhirnya, saya kembali mengirim SMS ke Pak Guru berkat bantuan sahabat saya, Mega.  *Sudah hampir putus asa menemukan jawaban yang tepatnya.

Jawaban ketiga. “Manfaatkan wktu sebaik2x dgn sll berbkti kepada ibu slagi beliau msh shat karena kita tidak akan tahu sampai kapan ibu bersama kita.
Balasan SMS dari Pak Guru. Tidak ada. :'( *Sedddiiihhh… Padahal saya penasaran sekali dengan jawaban yang diinginkan pak guru itu.

Cek per cek, saya membuka Facebook. Ada notifikasi, Pak Guru mengomentari catatan Renungan Buat Ibu. Dan taraaaaa… Pak Guru telah menuliskan jawaban itu. *Mungkin. Perasaan saya kok bilangnya iya.

Membaca komentar dari Pak Guru itu, saya sadar. Telah banyak kesalahan yang saya lakukan kepada kedua orang tua. Saya malah pernah membuat mereka menangis. Utamanya kepada Mama. Iya, karena kelakuan saya. Saya akui itu. Saya masih belum bisa menjadi anak yang baik rupanya. Maafkan saya, Mama.

Setiap yang saya minta, mereka selalu berusaha untuk memenuhi permintaan itu. Tapi, setiap apa yang mereka minta, kadang saya berusaha untuk menolaknya. Malaslah, tidak mau lah, yang jelas tidak mau melakukan apa yang mereka minta. Padahal cuma pekerjaan ringan saja. Saya malah merasa masih kurang baik sebagai anak kepada orang tua dan kakak dari kedua saudara saya.
Oke. Mari kita lanjutkan cerita tentang catatan Pak Guru sebelum saya membahas terlalu jauh curhatan saya. Jangan biarkan saya menangis lagi ketika menulis di paragraf ini. -_-“

Komentar Pak Guru menyadarkan hati kecil saya kalau saya sudah seharusnya begitu. Harus bisa membahagiakan mereka. Seenggaknya berusaha mematuhi perintah mereka. Berbuat apa yang diinginkan mereka hingga mereka bisa tersenyum. Karena saya belum siap kehilangan mereka berdua untuk saat ini. Masih banyak hal yang saya belum lakukan untuk kebahagiaan mereka. Saya masih ingin bersama-sama mereka. Walaupun memang, terkadang apa yang mereka inginkan dari kita tidak selamanya sejalan dengan apa yang kita ingin lakukan. Dan hal inilah yang kadang berat untuk kita lawan. Antara keinginan diri sendiri dan orang tua yang berbeda arah.

Ada satu kata yang bisa meluluhkan hati ini *menurut saya. Kita harus IKHLAS. Iya. Segala yang kita lakukan untuk mereka harus dengan jalan IKHLAS. Iya. Ikhlas karena Allah. Saya juga masih belajar untuk bagaimana bersikap ikhlas melakukan apa yang orang tua inginkan ketika harus berlawanan dengan keinginan saya.

Pak guru, terima kasih untuk catatan dan komentarnya. Maaf, Pak. Saya belum bisa menjawab pertanyaan pak guru itu. Mungkin saya terlalu bodoh untuk menganalisa isi catatan itu atau mungkin saya masih kurang paham akan catatan itu. Pak guru, saya minta maaf dan terima kasih.

*Karena komentar Pak guru di catatan itu, saya akhirnya menanamkan kata-kata beliau di dalam pikiran dan hati dengan baik-baik setiap orang tua saya mulai berinstruksi. *LEBAY…. :p
Ketika saya rasa sanggup melakukan apa yang orang tua inginkan hingga mereka bisa tersenyum, saya akan jalankan. Kalau tidak, mmm… sepertinya saya harus belajar lagi.