Pertanyaan dan Jawaban
*Diperuntukkan khusus anak kelas B UNIDAYAN Semester III yang memprogram Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik. Di bawah ini sejumlah pertanyaan dan jawaban yang telah diajukan oleh teman-teman kelompok beberapa minggu lalu dan kami, kelompok VII PPD, mencoba untuk menjawabnya lewat blog ini. Cekidot.
Makalah PPD “Hukum-Hukum Perkembangan Sosial, Moral, dan Sikap”
Tindakan apa yang seharusnya dilakukan orang tua jika anaknya berkelakuan di luar batas kewajaran, walaupun sudah diperingati beberapa kali, tetapi tetap saja melakukannya?
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi tindakan anak/mendidik anak, yaitu:
Cara Konvensional dan Cara Modern.
– Cara Konvensional adalah cara mendidik anak yang menjunjung tinggi kedisiplinan dan aturan. Selalu menasehati anak jika berbuat salah. (Selalu menghardik anak jika melakukan perbuatan yang dianggap salah oleh orang tua. merupakan langkah terakhir yang dilakukan oleh orang tua jika sudah tidak ada cara lain yang ditempuh).
– Cara modern adalah cara baru yang sekarang menjadi tren yaitu memberi kebebasan penuh ke anak. Cara kedua ini bisa dibilang menguasai kebanyakan seminar soal anak dalam satu dekade terakhir. Cara ini merupakan cara revolusioner yang memang menggebrak cara lama yang selama ini dipakai oleh orangtua. Namun tentu saja cara ini tidak sepenuhnya disetujui terutama oleh golongan terdahulu. Selain itu cara kedua ini juga belum terbukti karena hasil dari generasi ini baru bisa kita lihat mungkin 20 tahun ke depan. Tapi, bagaimanapun cara kedua ini adalah cara yang banyak digemari oleh orangtua sekarang ini karena dianggap sesuai dengan perkembangan jaman.
Identifikasi Diri
Mendidik anak tidak bisa kita samaratakan. Setiap anak mempunyai karakter bawaan yang tentu tidak bisa kita lupakan ketika mendidiknya. Untuk itulah, ada baiknya kita mendidik anak dengan didahului yang disebut “identifikasi diri” anak. Baru setelah itu kita akan tahu mana cara yang kita gunakan apakah itu cara konvensional atau cara baru.
Identifikasi diri pada dasarnya adalah mengenali anak dengan lebih dalam. Kita harus tahu betul lokasi karakter anak sebelum memberikan pengaruh kepada anak. Misalnya, dalam skala sangat pemalu sampai sangat sombong, di manakah titik karakter anak kita. Atau dalam skala sangat sangat pemaaf sampai sangat pemarah, di mana posisi anak kita. Dalam skala sangat pendiam sampai sangat jago membantah, di mana posisi anak kita.
Penerapan
Jika kita sudah mengenali anak kita, kita bisa menentukan metode yang akan kita pakai untuk anak kita. Misalnya, anak kita termasuk anak yang sangat pemalu, maka akan lebih baik jika kita gunakan cara kedua yaitu cara yang membebaskan anak kita untuk bereksplorasi. Dalam teori yang banyak berkembang, kita jangan sampai membatasi ketika dia akan melakukan sesuatu.
Namun seandainya anak kita terlalu pede (percaya diri) sehingga masuk kategori sombong, rasanya kita harus menerapkan cara pertama (konvensional) untuk mengendalikan potensi berlebih anak kita. Sombong bukan sesuatu yang baik untuk dikembangkan. Kendalikan… Dan cara konvensional menurut saya lebih tepat untuk kasus seperti ini.
Dan seandainya anak kita berada di titik tengah dari garis karakter yang kita buat, ya berarti kita harus menggunakan 2 metode dengan seimbang. Logika aturan konvensional dan juga logika baru harus kita gunakan bersama-sama.
Jangan sampai kita terjebak oleh salah satu metode yang akhirnya membuat anak kita menjadi tidak seimbang. Kita ingin anak kita menjadi anak pede, tapi jangan sampai kita menjadikan anak kita anak yang sombong. Kita ingin anak kita menjadi anak yang sabar, tapi jangan sampai membuat anak kita menjadi anak yang tidak berdaya menghadapi tekanan.
Gunakanlah selalu keseimbangan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi diri anak kita.
Proses identifikasi diri adalah mutlak kita lakukan untuk mengenali anak kita. Namun sayang, seringkali diskusi seperti ini agak sulit dilaksanakan. Jangankan mengidentifikasi diri anak, sedangkan identifikasi diri orangtua sendiri biasanya belum dilaksanakan. Kebanyakan orangtua juga belum sadar betul bagaimana sifat diri mereka sendiri.
Kita juga perlu tahu bahwa identifikasi diri kita sendiri sangatlah penting. Kita harus mengenali diri kita sendiri. Dengan begitu kita tahu bagaimana harus berbuat dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai orangtua, kita harus bisa memiliki sifat perhatian terhadap anak, jika anak melakukan sesuatu hal yang positif maka harus diberikan reward, contohnya anak bisa mengerjakan PRnya dengan baik, maka orang tua memberikan sanjungan ataupun pujian terhadap anak, (pujian merupakan reward) dan jika melakukan sesuatu hal yang negatif, contohnya anak dengan sengaja berkata kasar/kotor, maka orang tua harus memberikan punishment yang dapat membuat jera anak agar tidak mengulanginya lagi. Continue reading “Perkembangan Peserta Didik “Hukum-Hukum Perkembangan Sosial, Moral, dan Sikap”” →